24. Turnamen

65 3 2
                                    

Tanggal penulisan :

21 Mei 2021 pukul 23.51 - 22 Mei pukul 23.53 (belum termasuk revisi)

Seumur hidup, mungkin baru saat ini dia merasakan gugup, takut serta khawatir yang begitu berlebihan. Sebenarnya, ia pernah merasakan perasaan seperti itu dulu, ketika ia memulai langkah pertamanya dalam dunia bisnis di usia 7 tahun. Tapi, untuk yang saat ini, terasa sangat berbeda dan begitu mengganggu. Menjadikan hati dan pikirannya benar-benar tidak tenang.

***

Semua barisan bangku penonton telah terisi penuh. Sorak sorai para pendukung juga sudah terdengar menggema memenuhi seluruh ruangan. Puluhan wartawan dari berbagai stasiun televisi juga tak mau ketinggalan untuk ikut andil meramaikan gedung olahraga itu. Alasannya, tentu saja karena turnamen yang di gelar adalah turnamen bergengsi antar sekolah menengah pertama yang di ikuti seluruh sekolah di Korea.

Selain itu, yang lebih istimewanya lagi, salah satu pemain dari tim yang akan bertanding sekarang adalah anak dari seorang pengusaha terkenal sekaligus orang terkaya di Korea. Ya, siapa lagi kalau bukan seorang Im Chaeyoung. Yang sedari tadi kehadirannya di tunggu-tunggu oleh semua orang.

Keriuhan semakin tak terelakkan kala satu per satu pemain dari kedua tim mulai memasuki lapangan pertandingan. Masing-masing dari mereka meneriakkan nama tim atau pemain yang menjadi idola mereka. Silih berganti saling bersaut-sautan membentuk irama sempurna yang tercipta begitu indah memenuhi seluruh penjuru gedung olahraga.

Di saat semua orang dan wartawan sibuk mengambil gambar dan mendukung pilihan mereka, Nayeon yang ada di antara barisan para penonton VVIP justru tampak serius mengamati salah satu tim yang akan berlaga. Entah apa yang tengah di carinya sampai mata sipitnya memicing untuk memastikan. Merasa ada yang janggal, dia pun memutuskan untuk keluar dari jajaran bangku penonton dan menghampiri salah satu tim itu sebelum pertandingan di mulai.

Jika kalian pikir itu melanggar, ya, memang benar. Tapi, saiap yang akan berani menegur atau mengusir seorang Im Nayeon melakukan keinginannya? Tentu saja tidak ada.

"Dahyun-ah, dimana Chaeyoung?" Nayeon bertanya karena tidak melihat keberadaan sang adik di antara mereka.

Padahal, yang Nayeon ketahui, adiknya itu berangkat pagi-pagi sekali dari rumah. Jadi mustahil kalau sampai sekarang, adiknya belum sampai. Apalagi, dia juga seorang captain tim sekarang, otomatis kehadirannya sangat di perlukan oleh para pemain yang lain.

"Dia masih di ruang ganti. Unnie, tolong temui dia. Sepertinya Chaeyoung demam panggung." Ucap Dahyun memberitahu.

Nayeon tersadar jika ini adalah turnamen sekaligus pertandingan pertama yang Chaeyoung lakoni. Jadi wajar rasanya kalau adiknya itu merasakan demam panggung sekarang. Harusnya, Nayeon ada di saat seperti ini dan menenangkannya. Meyakinkan sang adik bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sekaligus, memberikannya dukungan secara mental bahwa dia bisa melakukannya dengan baik.

***

Beberapa menit yang lalu, dia memang menyuruh teman-temannya untuk masuk ke lapangan terlebih dahulu. Sementara dia, hanya duduk tertunduk di bangku pemain dengan kedua tangan yang saling bertaut. Entah apa yang dia tunggu dan dia pikirkan, sampai membuatnya belum mau untuk bergabung bersama yang lain.

"Chaeyoung-ah!" Panggilan sedikit keras yang tiba-tiba menubruk telinga membuyarkan Chaeyoung dari lamunannya. Reflek, kepala terangkat untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Unnie?" Tubuh terangkat saat menyadari jika itu adalah sang kakak yang berjalan menghampirinya.

"Mianhae. Unnie lupa kalau ini panggung pertamamu." Pelukan tercipta. Dengan lembut Nayeon mengusap punggung dan kepala belakang Chaeyoung untuk menenangkan perasaan adiknya yang tengah berkecamuk saat ini.

IM MINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang