04. The story begin

109 4 0
                                    

Tanggal penulisan :

26 Maret 2021 pukul 23.07 - 27 Maret 2021 pukul 10.46 (belum termasuk masa refisi)

Seulong hanya bisa tertunduk lesu di hadapan ayah dan ibunya. Ia baru saja menceritakan apa yang terjadi. Dan hasilnya, Seulong harus menerima kemarahan sang ayah yang tak terbendung karena kesalahannya.

"Yeobo, tenanglah. Amarah mu tidak akan membuat waktu kembali mundur, semuanya telah terjadi. Yang bisa kita lakukan sekarang hanya berusaha mencari Mina dan berdoa agar Mina baik-baik saja." Entah sudah berapa kali Hyejeong meneriaki anaknya dengan kata-kata kasar bernada tinggi. Emosi lelaki paruh baya itu sungguh tak terkendali saat ini. Dan Hyesung, sebagai seorang istri sekaligus ibu hanya bisa menenangkan dengan mengusap dada bidang lelaki itu berkali-kali.

"Nak, masuklah ke kamarmu dan temani Sohee. Dia pasti sangat syok karena menghilangnya Mina." Titah Hyesung yang tak ingin suaminya kembali memarahi sang anak jika Seulong masih saja berdiam di tempatnya.

"Eomma mianhae." Sedari awal, hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Seulong. Tangis pria itu tak lagi bisa di sembunyikan saat mendapati fakta jika anak keduanya menghilang. Di tambah, ia juga benar-benar takut melihat kemarahan sang ayah yang baru pertama kali ia dapatkan seumur hidupnya.

"Pergilah nak." Sekali lagi Hyesung memerintah. Sebelum semuanya bertambah parah dan tak terkendali.

Dengan kepala yang tertunduk lesu dan tubuh yang terasa sangat lemah, Seulong bangkit dari tempat duduknya meninggalkan ruang kerjanya. Meninggalkan kedua orang tuanya di sana tanpa berani mengatakan sepatah kata lagi.

Prang

Hyesung yang tengah menatap kepergian sang anak, seketika terkejut bukan main kala mendapati suaminya membanting benda yang ada di hadapannya. Ia sungguh tak menyangka melihat kemarahan Hyejeong saat ini yang benar-benar dalam puncaknya.

"Brengsek!" Umpatan kasar itu akhirnya lolos dari mulut Hyejeong tanpa filter sama sekali.

Sedari tadi, Hyejeong menahan diri untuk tidak melampiaskan kemarahannya pada Seulong. Tapi sekarang, ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Alhasil, lampu meja yang ada di meja kerja sang anaklah yang harus menjadi korbannya.

"Yeobo, tenanglah. Kita pasti menemukan Mina secepatnya." Hyesung mendekat dan mengusap bahu lelaki itu perlahan.

"Kau dengar ini. Siapapun pelakunya nanti. Aku pastikan jika detik itu adalah hari terakhirnya hidup di dunia ini." Hyejeong menggeram dengan kedua tangan yang bertumpu di atas meja mencengkram kuat pinggiran meja. Ia tak main-main dengan ucapannya barusan. Dalam hati ia bersumpah, ia sendiri yang akan melakukannya dan melenyapkan orang itu.

Percuma rasanya menenangkan Hyejeong yang tengah di kuasai amarah hanya dengan kata-kata, suaminya terlalu marah saat ini. Pilihan terakhir dan satu-satunya yang bisa Hyesung hanya memberikan Hyejeong sebuah pelukan hangat dan usapan lembut di punggung lelaki itu.

"Kumohon tenanglah, kita pasti menemukannya."

***

Setiap hari, hanya ada air mata, kesedihan, penyesalan dan keterpurukan yang ada di keluarga itu. Tak ada lagi canda tawa dan senyuman yang menyelimuti kehidupan mereka.

Segala cara dan upaya telah mereka kerahkan sekuat tenaga, tapi hampir dua tahun waktu berjalan, tak ada sedikitpun kerja keras yang membuahkan hasil memuaskan. Semuanya seolah tak pernah menemui titik terang dan jalan di tempat. Meski begitu, baik Seulong maupun Hyejeong, keduanya tak pernah menyerah selagi Mina belum ditemukan. Entah itu sang anak dalam keadaan sehat atau hanya tinggal jasad.

"Permisi Tuan. Ada petugas kepolisian di depan." Beritahu seorang pelayan wanita yang baru saja memasuki kamar mewah itu pada sang majikan yang tengah menemani Nayeon tidur.

IM MINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang