19. Fever

87 3 2
                                    

Tanggal penulisan :

9 Mei 2021 pukul 23.31 - 15 Mei 2021 pukul 00.59 (belum termasuk revisi)

"Morning."

Baru saja membuka pintu, Mina sudah di kejutkan dengan keberadaan seseorang yang dengan santainya berdiri di depan pintu rumahnya dan tersenyum tanpa dosa kearahnya.

Jika saja dia memiliki riwayat jantung atau semacamnya, sudah pasti dia akan mati saat ini juga karena terkejut. Beruntung, dia tidak memilikinya.

"Astaga. Tidak bisakah kau tidak mengejutkanku seperti ini?" Tegur Mina seraya menutup pintu rumahnya.

"Maaf."

"Kenapa tidak mengetuk pintu?"

"Aku baru ingin melakukannya, tapi unnie sudah terlebih dulu membuka pintunya."

"Sendiri atau bersama Nayeon unnie?" Tanya Mina karena tak melihat kehadiran gadis bergigi kelinci itu bersamanya. Mina pikir, Nayeon menunggu keduanya di depan gedung.

"Bersama N oppa. Nayeon unnie di rumah. Hari ini dia tidak masuk sekolah karena demam." Beritahu Chaeyoung terdengar lesu.

"Demam?"

"Hm. Dia memang selalu seperti itu setiap kali kami selesai melakukan perayaan." Meski sudah terbiasa, entah kenapa Chaeyoung selalu saja khawatir jika kakaknya itu tengah jatuh sakit.

"Apa keadaannya baik-baik saja?"

"Eomma sudah memanggil dokter untuk datang ke rumah dan memeriksa kondisinya. Kata eomma, dia akan memberitahuku nanti."

"Tolong berikan ini pada Dahyun nanti." Pinta Mina seraya menyodorkan sebuah bungkusan yang sejak tadi dia bawa.

"Apa ini?" Chaeyoung bertanya tanpa berniat membukanya.

"Kimbab. Aku sudah berjanji untuk membuatkannya."

"Untukku?"

"Lain kali lagi."

Obrolan keduanya terhenti saat sudah memasuki mobil dan siap untuk berangkat ke sekolah bersama.

***

Sebagai seorang ibu, Sohee tentu tak akan tega meninggalkan sang anak sendirian di rumah. Meski ada pembantu dan pelayan yang akan menjaganya, tapi tetap saja hatinya tidak akan tenang. Itu sebabnya, dari sejak ia tahu anak sulungnya terkena demam, Sohee sama sekali tak mau beranjak dari kamar sangat putri. Ia hanya ingin terus berada di sana dan memastikan bahwa Nayeon memang benar sudah baik-baik saja.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Sohee pada Dokter yang baru saja memeriksa putrinya.

"Nona muda hanya kelelahan dan banyak pikiran Nyonya. Saya sudah menuliskan resep untuk menurunkan demamnya dan beberapa vitamin untuk meningkatkan daya tubuhnya. Jika dalam 3 hari demam Nona Nayeon belum juga turun, anda bisa langsung menghubungi saya atau membawanya ke rumah sakit." Beritahu Dokter lelaki itu sembari tersenyum dan menyerahkan selembar kertas yang tadi di tulisnya.

"Gere. Gumawo Hongbin-ah. Maaf karena pagi-pagi sekali aku sudah merepotkan mu."

"Aniya gwenchana. Ini memang sudah tugasku."

"Kau pasti belum sarapan kan? Makanlah dulu sebelum berangkat ke rumah sakit. Aku sudah menyuruh pelayan untuk menyiapkannya."

"Baiklah, terimakasih."

"Maaf karena tidak bisa menemanimu. Aku harus tetap disini untuk menjaga Nayeon."

"Gwenchana, aku mengerti."

Setelah kepergian Hongbin dari kamar Nayeon, Sohee kembali duduk di pinggir ranjang. Menggenggam tangan Nayeon yang terlipat di atas dada serta mengusap sural rambut sang anak yang saat ini tengah terlelap.

IM MINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang