Tanggal penulisan :
2 April 2021 pukul 20.43 - 27 Mei 2021 pukul 23.33 (belum termasuk refisi)
Suasana belajar mengajar yang awalnya tenang, mendadak terganggu saat seorang guru kepala mengetuk kelas mereka. Tersenyum sekilas pada semua murid yang ada di sana saat guru di kelas itu mempersilahkannya masuk.
"Selamat pagi anak-anak." Sapanya pada semua murid di sana.
"Selamat pagi Pak." Sahut semua murid di kelas itu bersamaan.
"Kedatangan bapak di kelas kalian karena bapak ingin memperkenalkan seorang murid baru yang mulai sekarang akan belajar bersama kalian. Nak, ayo masuk."
Seketika semua mata tertuju pada sosok yang perlahan masuk ke dalam kelas mereka. Postur tubuhnya tinggi, gagah, dan ideal. Wajahnya rupawan, senyumnya juga menawan, dan kulit tubuhnya juga putih bersih, terlihat dari kulit wajahnya yang juga putih bersih, mulus tanpa noda. Benar-benar sosok sempurna bagaikan pangeran dari negri dongeng yang turun ke bumi.
"Anyonghaseo, perkenalkan, namaku Kun Bhuwakul Bambam. Aku dari Thailand, senang bisa berkenalan dengan kalian. Mohon bantuannya." Sapa pria itu memperkenalkan diri. Menatap semua orang di sana satu per satu seraya tersenyum ramah setelah membungkuk hormat.
"Kun ini, harusnya sudah bergabung bersama kalian sejak sebulan yang lalu. Tapi, karena satu dan lain hal, akhirnya dia baru bisa bergabung bersama kalian hari ini. Bapak harap kalian semua bisa berteman baik dengan Kun. Kun, silahkan ke tempat duduk mu."
"Terimakasih Pak." Kun tersenyum seraya membungkuk hormat lalu melangkah menuju kursi kosong yang tersisa di sana. Kursi di sebelah jendela nomer 2 dari belakang sebelah kiri.
"Silahkan di lanjutkan." Perintahnya pada sang guru pengajar sebelum akhirnya pergi meninggalkan kelas itu.
Fokus dan konsentrasi yang tadi sempat teralihkan karena kehadiran Kun, dengan mudah kembali di dapat di kelas itu saat guru pengajar kembali melanjutkan pembelajarannya. Suasana yang begitu hening dan tenang.
Tampak jelas jika mereka sama sekali tak tertarik dan teralihkan dengan kehadiran Kun di sana.
Kring..... Kring.... Kring.....
Bel tanda berakhirnya jam ketiga mengakhiri sesi pembelajaran di kelas itu. Setelah kepergian sang guru, barulah semua murid di sana mengalihkan fokus dan perhatian mereka pada orang yang baru saja masuk di kelas mereka. Padahal, biasanya mereka akan langsung keluar menuju kantin sekolah untuk mengisi perut.
"Hey murid baru. Apa latar belakang keluargamu?" Tanya seorang murid laki-laki yang duduk tepat di depan Kun.
"Keluargaku?"
"Nde. Kau bukan dari Korea, jadi kami penasaran tentang latar belakang keluargamu. Sekolah ini bukan sekolah sembarangan, kau tahu itu kan?" Sahut salah seorang murid yang lain yang duduk di samping Kun.
"Katakan pada kami kau dari golongan mana?" Tanya gadis yang duduk di belakang.
"Aku tidak mengerti dengan maksud kalian."
'Murid yang bersekolah di sini, hanya mereka yang berada di 3 golongan teratas. Kalau kau tidak termasuk dalam ke 3 golongan itu, itu artinya kau pecundang disini." Terang seorang murid laki-laki yang baru saja ikut bergabung bersama mereka. Menarik kursinya sendiri untuk lebih dengan Kun lalu menatapnya dengan intens.
"3 golongan?"
"Nde. Golongan pertama, adalah mereka yang memiliki latar belakang keluarga pengusaha. Seperti anak, saudara, atau hubungan keluarga yang lain. Golongan kedua, adalah mereka yang di usia 15 tahun sudah memiliki saham mereka sendiri yang di dapat dari orang tua mereka sebesar 20%. Dan Golongan ke 3, adalah mereka yang datang dari keluarga Hakim, Pengacara, Jaksa serta anggota kepolisian dan TNI yang sudah memiliki jabatan minimal bintang 3. Adapun mereka yang berada di luar 3 golongan itu, kami menyebut mereka adalah pecundang." Tak mau kalah dengan teman-temannya yang lain, seorang murid laki-laki lain juga ikut bergabung. Tanpa sungkan atau meminta izin terlebih dahulu, dia duduk di meja Kun dan menjelaskan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM MINA
FanfictionHarta tahta dan wanita menjadi penghancur sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. kehilangan seorang putri yang teramat sangat di sayangi, dicintai dan di jaga sepenuh hati bak bom nuklir yang menghempas ketenangan nurani. semua berubah, kala k...