~19 cikal bakal permusuhan

1.5K 341 19
                                    

Sambil meminum teh yang di sajikan pun, [Y/n] tetap menahan diri untuk tak menabok pria yang menjadi penghancur keluarga nya ini.

Beda dengan seseorang yang langsung main gebuk saat ketemu musuhnya.

"[Y/n]-chan kawaii nee." Kata si kakak tiri luna membuat Luna sedikit memandang sinis ke arah si kakak tirinya, berbeda dengan [Y/n] yang menganggap itu angin lewat.

"Akihiro Arta-san. Sepertinya anda tidak tau jika memanggil nama depan seseorang tanpa persetujuan orang itu adalah tindakan yang tidak sopan." Kata [Y/n] lalu memberi senyum ke ibu nya Luna.

"[Y/n] kemari untuk kerja kelompok dengan ku, jadi permisi!" Kata Luna lalu menarik tangan [Y/n] agar menjauh dari sana.

Jujur [Y/n] senang karna bidak yang dia poles sedikit mulai menurut.

Di dalam kamar Luna, [Y/n] pun mulai membelai nya dan berbisik.
"Tidak apa apa, tahanlah. Aku janji kau akan lepas dari mereka semua."

Luna pun hanya mengangguk dengan muka pasrah.

'mental mu sudah hancur, tapi bagus juga kau masih menahan untuk tak membunuh mereka. Aku sepertinya harus berusaha ekstra untuk membuat mu menjadi pembunuh ya.' Batin [Y/n] dengan senyum nya

"Luna, ayo pura pura belajar, mereka mengawasi loh." Ucap [Y/n] lalu mulai duduk di kasur milik Luna.

'Empuk banget gila!' Batin nya sambil memasang muka santai dan mengeluarkan beberapa buku catatan.

Luna yang ada di sana pun hanya duduk di lantai dengan takut takut dan mulai membuka buku nya.

Yang punya rumah siapa yang malu malu siapa.

10 menit kemudian [Y/n] langsung merebahkan diri karna capek duduk terus menerus, dan mulai melakukan kegiatan random seperti berguling guling di kasur dan melihat lihat laptop Luna.

Tentu itu hadiah darinya saat tahun lalu.

'Hahh, calon pembunuh ini terlalu lemah, apa ku tabur benih permusuhan dulu ya?' Batin nya lalu izin ke Luna untuk menggunakan Toilet.

Pas saja di dekat Toilet ada ibu nya Luna yang sedang menyimpan beberapa hal.

[Y/n] berjalan mendekati wanita itu dan mulai membisikkan sesuatu.

Sang Ibu itu pun berlari ke arah suami dan menamparnya.

'Mental mu harus lebih hancur Luna. Tapi melihat kau yang sekarang bisa menahan diri, pastinya hanya perlu 1 atau 2 bulan agar kau menjadi pembunuh.' Batin [Y/n] sambil tersenyum tak

"Aku jadi nostalgia. Luna-chan aku pulang dulu ya, Tetta pasti sedang menunggu di depan pintu karna aku mengunci nya." Kata [Y/n] sambil berjalan pergi dari rumah minimalis yang menyembunyikan kasus kdrt nya.

"APA aku bisa balas budi pada dia ya." Gumam [Y/n] sambil mengingat masa masa saat dia akan bebas dari penjara akibat tuduhan kisaki saat itu.

***

"Kau bukan pelaku kan?" Kata Polisi Wanita itu sambil memandang [Y/n] yang masih diam di tempat makannya tanpa mau menyentuh makanan itu sama sekali.

"Aku akan membantu mu, kau ingin balas dendam?"

"Ya, aku ingin." Kata [Y/n] pelan, tenggorokannya sudah 
lering dan sakit untuk berbicara secara normal.

"Baiklah, telepon aku kapan pun setelah kau bebas, aku akan berusaha membantu mu." Kata polisi wanita itu sambil tersenyum.

Sampai saat itu lah tiba. Yang di telpon memang kantor polisi, tapi saat yang sama [Y/n] juga memakai ponsel lain untuk mengirim kode pesan pada polisi wanita yang menawarkan bantuan saat itu.

Di saat sudah capek dengan kehidupan tapi masih memiliki niat balas dendam, di saat itu lah satu cara terlintas di benak [Y/n].

Dia akan bunuh diri, pistol yang pernah ia buang sembarangan itu adalah pistol yang pernah di pakai suami brengsek nya untuk menembak mati seorang pelayan.

Tentu saat memegang pistol dia memakai sarung tangan, tak pernah di deskripsi kan karna author yang malas.

Selepas melempar pistol beberapa detik kemudian [Y/n] melempar sarung tangan itu ke tempat lain, meski polisi wanita itu berbohong sekali pun,

Meski rencana nya saat itu tak berhasil, tetap saja tak akan mengubah fakta bahwa dirinya sudah mati.

Karna target utamanya adalah kehancuran geng touman, bukan dua lalat yang bisa dia hancurkan dengan memainkan mental.

Maka kertas yang di tinggalkannya waktu itu pun memiliki kode, hanya dirinya dan beberapa orang terdekatnya yang tau makna kode yang meminta polisi mengecek basement perusahaan Azuka.

Makna kode di kertas itu ialah, letak touman melaksanakan pertemuan.

***

"[Y/n]! Sialan capek tau!" Kata Kisaki yang berdiri di dekat pintu yang terkunci.

"Salah mu yang bangun pagi." Celetuk [Y/n] sambil memandang Kisaki dari depan pintu dan mulai mengambil kunci yang ada di tasnya.

"Eh?"

"Apa?"

"Kunci nya ga ada." Kata [Y/n] dengan pandangan horor membuat Kisaki sendiri langsung ikutan lemas.

"Aaaaa kaa-san Cepetan datang." Kata [Y/n] sambil bengong di depan pintu

"Sinting." Kata Kisaki lalu melempar tas nya dari sana untuk pergi.

Sementara itu di sisi Mikey yang sedang kebetulan lewat.

"...siapa dia." Gumam Mikey sambil menahan diri untuk tak menendang pria berkacamata itu

Tanpa ba bi bu Mikey pun langsung menghampiri [Y/n] yang bengong kek anak siput yang hilang.

"Yaa Dorayaki-Chin!" Sapa Mikey tak di Hiraukan oleh [Y/n] yang sudah hilang semangat nya

"Nee? Dorayaki-chin" panggil mikey sekali lagi meski yang di panggil sama sekali ga menyahut.

Akhirnya setelah beberapa puluh kali panggilan [Y/n] pun di getok kepalanya pakai tongkat besi.g

Pakai tangan.

"Eh? ANJIR?!" Umpat [Y/n] refleks sambil menampar pipi kiri Mikey.

"Agkh [Y/n] kok aku di tampar sih?"

Kata Mikey sambil mengelus pipi nya

Ok jika di tampar tangan kosong, masalahnya tangan [Y/n] ada cincin yang sedikit tajam

Apalagi wajah [Y/n] saat menampar mikey tuh datar banget kayak buku MTK yang di simpannya di dalam brankas.

'ANJI- Sial aku nampar kriminal tokyo, aduhh gimana kalo dia dendam dengan aku nanti, astaga nanti aku di bunuh dengan cara di tabrak truck kun dong? Eh bentar kalo truck ga papa deh siapa tau isekai, tapi kalo-'

Padahal batinnya sedang mental brekdens.

"Kenapa diam di depan?" Tanya Mikey dengan pipi kiri nya yang tergores dan mungkin mengeluarkan darah sedikit.

"Aku kehilangan kunci rumah. Dan sekarang ga bisa masuk, harus menunggu ortu." Jelas [Y/n] dengan nyawanya yang mau lepas.

"Hmm kalau gitu mau main?"

Nyawa yang mau lepas itu pun langsung kembali ke raga [Y/n] setelah mendengar ucapan Mikey tadi
"Ha?"

"Baiklah ayo Main!" Kata Mikey lalu menggandeng tangan [Y/n], tak lupa melempar tas milik [Y/n] ke genteng rumah.

"TAS KU?!"

My revenge {Sano Manjirou X Reader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang