~29 Money must be funny

285 54 1
                                    

Hembusan nafas penuh ketegangan langsung keluar begitu saja ketika sang penemu jasad- ah bukan, maksudnya sang penemu badan korban yang kini tengah tak sadarkan diri di basement akibat darah yang keluar terus menerus dari kaki nya maupun punggung nya. Dibaringkan ke kasur setelah melakukan pertolongan pertama supaya luka luka tersebut tak infeksi tiba tiba, gumaman penuh kata kata umpatan tampak terdengar dari mulut perempuan itu.

"Kau ini, kalau kedengaran jii-san aku yang dicurigai pembawa ajaran buruk." Gumam Kisaki si penemu dan perawat sementara yang kini terengah engah sendiri membopong sepupu nya yang tengah mengumpat secara tak sadarkan diri. remaja bergender lelaki itu menatap perlahan anak gadis satu itu dan mulai menyusuri area lain untuk di cek apa masih ada luka atau tidak.

Seluruh badan di rasa aman sampai dirinya mulai menyinggung satu kotak kecil yang kayaknya tersembunyi di bawah ranjang pemilik kamar, 'barang? Apaan? Kalau diintip sekarang dia ga bakal tau sih, lihat ahh.' batinnya iseng sambil mulai mengeluarkan kotak yang disembunyikan dibawah ranjang.

Kotak mulai dibuka dan menunjukkan satu buku yang terlihat seperti menulis sesuatu dalam bahasa Inggris. 'Top Secret? Kau apain hah? Rencana penyeludupan atau apa?' batin Kisaki sambil mulai membuka buku itu perlahan sebelum akhirnya ditutup kembali karna melihat hal hal tak manusiawi di dalam sana.

Dilirik kembali apa yang ada di dalam buku itu kemudian di tutup lagi dengan ekspresi yang mangkin datar, remaja berkacamata itu langsung melihat kembali ke sepupu nya yang masih dalam kondisi pingsan.
"Aku dilecehkan sepupu sendiri dalam bentuk gambar. Aku perlu jaga jarak yang jauh dengan Hanma." Gumam Kisaki sambil pergi setelah merapikan kotak itu dan menaruhnya kembali ditempat semula agar tak dihajar oleh orang yang membuat buku haram tersebut.

Jam mulai berlalu begitu saja, tangan yang sebelumnya kaku di tempat tidur pun akhirnya mulai bergerak dan memukul kepala sendiri agar bisa merasakan sakit. Mata berwarna biru pekat itu mulai terlihat, pandangan yang pertama kali ia lihat sudah jelas langit langit kamar yang dicat sedemikian rupa agar terlihat persis dengan langit di dunia asli.

Emosi yang kembali meluap luap pun akhirnya mulai kembali terasa hingga dirinya ingin memukul seseorang dengan kecepatan penuh sekarang, urat urat kekesalan tampak terlihat, softlens nya juga tak terasa membuat dirinya hanya melihat hal hal buram untuk kejauhan tertentu.

"Sadar? Menyedihkan sekali, segitu saja mental mu?"

Ucapan lain dengan suara bariton yang khas menjadi salah satu perhatian yang membuat [Y/n] terdiam sejenak, perempuan yang masih berada di usia belasan dalam bentuk tubuh itu pun segera mendongak melihat sang ayah yang menjadi pelaku kenapa dirinya pingsan tadi.

"Apa? Mau marahin lagi? Bunuh sekalian, biar kaa-san naik pitam dan membakar dirinya sendiri. Kalian masih aman berkat ku, kau tau?" Ujar [Y/n] sambil berusaha duduk agar masih terlihat sopan walau tengah berbicara dengan pelaku yang dulunya juga membuatnya ga ada pilihan lain selain ikut dengan rencana busuk nan bullshit milik sepupunya.

"Tidak. Bagaimana pun aku ini orang yang menghargai hadiah, walau kau membuat nya mengabaikan ku selama 5 tahun hanya untuk merawat mu." Balas si Ayah sambil mulai mengambil satu rokok dan menyalakannya di ruangan [Y/n] yang jendelanya sendiri bahkan belum terbuka.

"Tou-san, siapkan berkas palsu dan identitas palsu, buat skenario kau malu pada ku dan melemparku ke luar negri di program pertukaran pelajar."

"Lalu? Kau mau mendekap di rumah sebagai orang bodoh?"

"Ha? Kau ga dengar? Identitas palsu. Kau daftarkan aku yang menyamar sebagai orang yang berada di luar negri. Uang mu berlimpah, kau tak masalah kan. Kalau kau setuju aku akan membuat Kaa-san tak memberontak selama beberapa waktu." Tawar [Y/n] sambil mulai menunjukkan satu ilustrasi yang ia gambar dalam waktu singkat, sosok pemuda dengan rambut coklat pendek dan mata berwarna toska.

"... Setelah SMP, kau ku daftarkan di SMA seni yang ada asramanya."

"Aku menghargai itu, walau itu masih lama. Ah jangan pakai ponsel untuk berkomunikasi dengan ku. Langsung temui saja. Aku mendapat musuh menyebalkan."

"Bukan urusan ku sayang. Jika ga ada hubungan sama ibu mu maka aku ga peduli."

.

.

.

[Y/n] POV

Uang

Uang

Uang.

Semua tak perlu uang, tapi kitalah yang perlu uang.

Luna memang gila, aku sampai lupa kalau dulu dia sendiri bukan anak polos yang suka memoroti uang saja, gimana pun dia bisa menjalankan tugas sebagai pengacara gadungan milik Toman di masa dulu merupakan hal gila.

Taktik nya sudah jelas terasah, tapi sepertinya sekarang aku malah mengasah taktik itu juga, entah itu emang ada sejak dulu atau tidak. Yah itu bukan hal yang terlalu penting, hacker satu ini atau mungkin mata mata satu ini, rasanya sedikit menyebalkan karna ketahuan oleh orang yang bahkan ga disadari.

Bisa saja dia orang yang dulu memotret kejadian Luna yang bertengkar dengan ku, tapi bisa saja dia orang lain.

Aku perlu info, tapi aku tak bisa keluar dalam waktu singkat sampai formulir dan penyuapan sekolah selesai dilakukan si tua bangka sialan itu.

Keluar sebentar dari kamar, kepala ku pusing karna berfikir sembari rebahan dalam diam, mata ku langsung memandang satu siluet tak asing yang tengah duduk sambil menikmati secangkir teh dengan tenang, padahal bau rokok nya menyebar di seluruh rumah yang ventilasinya saja minim.

"Hanma Shuji. Kebetulan ya."

Aku mendekati dirinya yang tengah duduk di ruang tamu rumah ku, entah apa yang membuat Tetta tak terlihat di sekitar seme nya yang satu ini.

Kantung celana ku mulai ku rogoh dan meletakkan segepok uang yang bisa dibilang ada 20 ribu yen. Jatuh kemeja begitu saja dan mulai duduk di pangkuan Hanma dalam keadaan tenang.

"mau membantu ku dalam sesuatu?"

"Haa? Kau mau aku jadi algojo?"

Balasan yang diberikan oleh anak ini sudah jelas lah, algojo, apa lagi kalo bukan itu karna aku meletakkan duapuluh ribu Yen saja dan duduk di pangkuannya tanpa ijin. Pemuda kurus kering dengan paru paru beracun bukan tipe ku lagi, hembusan nafas ku keluarkan dan mulai duduk di samping pemuda pecandu rokok ini dalam keadaan tenang.

"Culik seseorang, ini uang muka mu, besok kau dapat 5 juta Yen."

"Oh waw, aku di pakai oleh orang yang lebih muda dariku. Apa yang mau kau culik?"

Kekehan penuh kesenangan, kesenangan duniawi yang menjijikan.

Uang segini bukan seberapa lagi, bapak sialan itu pasti akan oke saja, lagipula dia abdi negara, agak ga heran uangnya melimpah di gaji.

Uang memang harus lucu.


Ilustrasi yang di buat [Y/n]:

Ilustrasi yang di buat [Y/n]:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

By: picrew

My revenge {Sano Manjirou X Reader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang