~28 Helen

282 53 8
                                    

Sudahi sebuah kejadian dimana ada manusia cantik yang membuat [Y/n] berdoa tujuh hari tujuh malam berturut turut hanya untuk dijodohkan oleh manusia tersebut, langkah kaki nya yang lebih bersemangat ini pun harus kandas seketika ketika melihat suasana sekolah yang sedikit lain.

Bisik bisik dari tiap orang tampak membuatnya sedikit risih sebelum sebuah kertas yang terpajang di dinding membuat matanya melotot seketika, seluruh potret dirinya tersebar di dinding dengan sangat jelas, bukan dengan pose yang aman, namun dengan kondisi semenjak dirinya membayar orang orang untuk melecehkan Luna dan merekamnya. Mata yang berkedut, kepala yang mulai bergetar mengikuti irama tubuh, dan tangan yang dingin. Rencana yang sudah disusun sedemikian rupa akan kandas ketika seseorang sudah mencurigai dirinya.

"Menjijikan."
"Padahal dia perempuan juga."
"Kasian Akihiro-chan."
"Mati sana kau sialan."

Suara maupun sampah mulai dilemparkan secara bersamaan, kejadian tersebut kian menjadi jadi hanya dalam 3 menit, degupan jantung yang mangkin panik, rasa kesal dan amarah tampak dirinya dapat sekarang.

Melangkah kembali ke gerbang sekolah untuk kembali ke rumah, [Y/n] langsung mengunci pintu rumah ketika masuk kembali.

"SIALAN PADAHAL SEDIKIT LAGI! ORANG MANA LAGI INI SIALAN, KEJADIAN INI GA PERNAH ADA AKHHHHHHHHHHHHH BRENGSEK."

Pekikkan yang membuat seluruh ibu, ayah maupun kisaki yang tengah berada di ruang tamu itu pun langsung tertuju pada [Y/n] yang kini tengah mengambil nafas dalam dalam untuk menenangkan diri sendiri.

Tangan yang bergetar hebat itu pun terus menjadi jadi, dengan ponsel nya sendiri yang dibanjiri umpatan kebencian dari tiap orang di sekolah.

Sementara itu di sisi lain, Luna yang dari tadi di sekolah dan melihat kejadian tersebut cukup tersenyum kecil sembari menutup wajahnya menggunakan tangan.

'Kena kau. Harusnya kau lakukan dengan cepat, aku kan bukan anak baik.♡'_Luna.

"Akihiro-san pasti terpukul banget, memang orang bermuka dua seperti perempuan gila itu layak dijauhi, sudah ku duga dia seperti itu."_orang 1

'bohong, kau juga sekongkolan ngebully diriku anjeng.'_Luna

"Akihiro-san! Semangat! Orang seperti itu pantas dijauhi"_Orang 2

'kau yang membuat rumor ku dibesar besarkan sialan.'_Luna

Sekelompok orang yang dulunya memihak [Y/n] pun kini mulai memihak Luna, kata kata kekhawatiran, dengan segala hal lainnya, seluruh hiburan yang hanyalah bualan belaka tersebut pun mulai menjadi jadi.

Ketika kerumunan tersebut memudar barulah Luna mulai berbalik ke kelasnya dalam perasaan bahagia sekarang, rasanya seolah dia sedang bertarung dengan anak yang masih berbelas kasih.

"Yah, dia punya keluarga lengkap, ga heran lemah lembut dalam menjatuhkan ku. Padahal dia harus jadi anjing baik dan aku akan biarkan dia hidup tenang sampai dewasa." Gerutu Luna sambil mencuci tangannya di toilet perempuan yang sepi.

Suara air yang dimatikan pun tampak menjadi suara yang bergema, tawa nya yang tak tertahan pun mulai keluar secara frontal.

'salah sendiri. Bego sih.'

"Helen~ thanks banget loh, besok besok gini lagi, terus menerus sampai dia hancur. Kita pakai metode dia. Yah kau ga mungkin denger sih, tapi kalo lagi ada di sekitar sini ngomong dong, jangan surat menyurat, kuno banget."-Luna.

Sementara itu di sisi [Y/n]

Perempuan yang pulang dalam keadaan histeris mulai tenang kembali, kedua tangannya kini sedang memegang secangkir coklat panas untuk menenangkan diri lebih dalam, sementara si ayah sudah mulai mencari cari seluk beluk keluarga tetangga yang membuat istri nya sendiri sampai menangis keras ketika melihat anaknya tengah berusaha membawa pisau untuk membunuh keluarga teman masa kecilnya. 

"Berantakan. Ku kira kau tak terlibat apa apa, eh ternyata. Makan tuh, harusnya kau tak berperasaan sedikit." Jelas Kisaki sembari tertawa sendiri bagai orang yang telah melihat musuh bebuyutan yang terbaring sakit.

"Mama gimana?"

"Ah Tante tidur. Kau ini, pakai otak mu sana, bye, bentar lagi natal mau hadiah?"

"Kepala Luna."

"Dih, sikopat. Minta sama bapak lu sana soal itu. Spesialis kang menggal kepala soalnya."

Percakapan antara kedua sepupu tersebut pun berakhir ketika pintu rumah ditutup lagi setelah dibuka, keheningan mulai terjadi dan cuma terdengar suara ketukan keyboard.

Sampai akhirnya meja ruang tamu hancur dan menampakkan sang ayah yang tengah dalam keadaan murka.

"Ibu mu sampai menangis dan demam, kalau kau mau dicambuk lagi harusnya kau cukup bilang, basement. Sekarang."

[Y/n] mendengus pelan, padahal situasi ini salah satu hal yang ingin dihindari, tapi kalau dia melawan sekarang maka besok mungkin dia bukan lagi melihat dunia melainkan neraka. Cukup patuh maka dirinya akan aman, turun dan mulai berlutut mengarah ke depan, mendengar seluruh suara yang random di belakang nya.

Dan ketika sebuah suara cambuk mulai mengenai kulitnya, disitulah [Y/n] kembali melotot dalam keadaan lidah yang ia gigit untuk tak berteriak histeris lagi.

Cambuk yang gila, bahkan mungkin dia merasa ada daging nya yang terkeluar akibat cambuk itu, tali cambuk yang dilapisi hal hal tajam itu pun mulai diarahkan ke dirinya sebanyak 20 kali.

Perkiraannya segitu. Tentu dengan segala kasus yang berbeda, dan kali ini ia membuat ibunya sakit, sudah jelas 20 adalah angka minimal, besok hidup tanpa terkena anemia adalah sesuatu yang bisa digolongkan sebagai mukjizat.

"Ah. Dah lah, jika besok besok ibu mu kembali seperti ini karna ulah mu, ku pastikan anak sialan seperti mu akan ku kubur hidup hidup bersama kakak kakak mu yang lain."

Lega, setelah 30 kali ayah [Y/n] kini sudah selesai dalam kegiatannya dan membersihkan diri, sementara itu [Y/n] mulai mendesah kesal sendiri, ga bisa bohong cambukkan brutal tersebut memang asalnya dari si bapake.

Bukan di punggung saja, bahkan area cambuknya mencangkup telapak kaki dan area yang nyaris mengenai leher.

"Gila, aku hidup begini? Ah tau gini aku pake cara gini ju.... Lah iya bener juga. Kenapa ga kepikiran."

My revenge {Sano Manjirou X Reader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang