17. Kontemplasi

206 37 6
                                    

Sejak diterapkan hukuman untuknya, Adiba jadi sering merengek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak diterapkan hukuman untuknya, Adiba jadi sering merengek. Tiap pulang sekolah jam dua siang, Sita langsung menyuruh anaknya mengulang hafalan.

Ternyata tidak mudah. Meskipun sebelumnya Adiba sudah menghafal juz 29, tetapi kalau disuruh mengulang, ia sering lupa terusan ayat yang dibacakan Sita.

"Makanya kamu jangan main terus. Jadi susah kan hafalnya. Terus kapan kamu munaqosah kalau begini terus?" gerutu Sita.

Sementara yang diomeli memajukan bibirnya beberapa senti. "Aku nggak suka hafalan," kata Adiba pelan, sambil memainkan ujung jilbabnya.

Sita mengembuskan napas kesal. "Terus kamu sukanya apa? Main? Keluyuran?"

"Nilai bahasaku bagus, kok. Aku suka Bahasa Inggris sama Bahasa Arab. Ana uhibbuki fillah. La tagdhob, Ummi. Fil mustaqbali saakuunu dibluumaasiyyan***," ucap Adiba dengan mata mengedip-ngedip kepada bundanya. Kalau sudah seperti itu, Sita yang maunya marah, malah akhirnya tertawa.

Menghadapi anaknya yang satu ini memang harus menguatkan hati. Kalau tidak, ya akhirnya kalah dengan tingkah konyolnya kalau sudah merayu bundanya. Dan memang benar, khusus bahasa, Adiba memang selalu mendapatkan nilai yang tinggi.

Tapi kan ... Pelajaran yang lain Adiba cenderung seenaknya.

Lagipula Sita mendengar kalau anak Nisa selalu mendapatkan nilai terbaik di kelas. Kabarnya, ia akan merebut gelar juara kelas dari teman Adiba yang sudah juara sejak kelas satu.

Itu satu poin lain yang menyebalkan bagi Sita.

"Adiba! Adiba!" Suara anak laki-laki dan perempuan bersahutan dari halaman depan, membuyarkan lamunan Sita.

Pasti Gani dan Humam. Teman sekolah sekaligus teman keluyuran Adiba.

"Ingat, ya. Kamu masih dihukum. Jadi, belum boleh keluar," kata Sita memberi peringatan kepada Adiba.

Adiba cemberut, sambil meraih remot televisi. "Baik, Bunda yang lagi nggak kusayang. Aku mau nonton teve aja," katanya.

Sita tersenyum simpul, lalu menemui dua teman anaknya.

"Gani sama Humam cari Diba, ya?" tanya Sita ramah pada dua anak yang naik sepeda lipat.

"Iya, Tante. Kita janjian mau cari buah kresen lagi," jawab Gani, anak perempuan yang memakai celana jeans, kaos biru, dan jilbab putih.

"Ke hutan di pinggir desa?" tanya Sita tak suka. Hal ini yang menyebabkan ia menghukum Adiba.

Gani dan Humam mengangguk.

"Kalian sudah minta izin sama orang tua kalian?" tanya Sita menyelidik.

"Sudah, Tante." Kali ini Humam yang menjawab.

Siku Sita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang