20. Tak Terduga

214 34 7
                                    

Sita tidak tahu, bagaimana sekarang Nisa menjadi sangat percaya kepadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sita tidak tahu, bagaimana sekarang Nisa menjadi sangat percaya kepadanya.

Ah, salah. Mungkin bukan percaya. Namun Sita adalah pilihan terbaik di antara yang ada. Setahu Sita, Nisa memang tidak punya sahabat dekat di kota ini, meskipun ia asli sini. Jadi, bercerita padanya adalah pilihan yang tak bisa dihindarkan.

Lalu di sinilah Sita, setelah mengantar anaknya ke sekolah. Berdua di dalam mobil merah Nisa, setelah ia menitipkan motornya di penitipan dekat pasar. Mendengar curahan hati Nisa yang dulu tidak disukainya. Sekarang? Entahlah, ia belum memutuskan bagaimana perasaannya. Mungkin nanti, setelah Nisa bercerita lebih banyak, ia akan bisa menentukan arah hati.

"Aku akan bercerai."

Kalimat Nisa langsung mengagetkan Sita. Ia yang awalnya menatap alun-alun kecamatan, tempat yang dipilih Nisa untuk curhat, langsung menoleh kepada orang yang memberikan pernyataan.

"Kamu pasti bercanda," kata Sita tak percaya. Apa gara-gara uang yang hilang itu? Tidak mungkin, kan?

"Mana mungkin aku bercanda untuk urusan semacam ini," kata Nisa dengan senyum sedih. Matanya mulai berkabut, tetapi dapat ditahannya agar hujannya tidak turun.

Sejujurnya Sita tidak tahu harus berkomentar bagaimana. Jadi, ia membiarkan Nisa melanjutkan ceritanya.

"Masalah kami sudah terlalu banyak, Ta. Bertumpuk-tumpuk, tak pernah ada penyelesaiannya. Mungkin aku juga ikut menyumbang permasalahan yang ada, tapi dia selalu mementingkan diri sendiri. Dia selalu sibuk dengan pengembangan usahanya. Aku sakit pun dia tak peduli. Anaknya mendapatkan nilai tertinggi waktu kelulusan, dia juga tak memberi apresiasi." Nisa menarik napas untuk memberi jeda pada ceritanya.

Sita mendengarkan sambil kembali melihat ke arah alun-alun yang sepi di pagi hari. Kalau sore, banyak PKL yang berjualan di sana.

"Aku bertahan selama ini, karena berharap dia akan berubah. Aku mati-matian mendidik anak-anakku agar berprestasi adalah untuk menarik perhatiannya. Tapi yang dia dengarkan malah saudara-saudaranya yang ada di sini."

Kemudian Nisa menceritakan bagaimana saudara sang suami menghasut suaminya. Dengan mengatakan kalau Nisa menghabiskan uang suami untuk saudara-saudaranya di kampung, gara-gara para saudara Nisa berhasil dalam usahanya dan terlihat hidup makmur.

Nisa dan suaminya memang sama-sama berasal dari kota kecil ini. Kemudian mereka membuka usaha di Jakarta. Awalnya hanya berupa warung kecil, lama-lama berkembang menjadi restoran makanan Jawa yang terkenal. Suami Nisa juga membuka cabang di mana-mana.

Padahal Nisa sama sekali tidak pernah mengirimkan apa pun pada keluarganya. Karena jatah bulanan suaminya tidak berlebih untuk kebutuhannya.

Lalu sekarang, menurut Nisa, disebabkan uang yang hilang sebelum sampai ke Nisa, saudara suaminya semakin tak menyukainya. Mereka mencurigai Nisa berbohong, dan menyimpan uang itu sendiri. Sedang Nisa juga suuzan, bahwa sebenarnya suami dan saudara-saudaranya sengaja membuat uang itu tak sampai padanya, lalu menyalahkannya.

Siku Sita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang