Hai! Selamat membaca ceritaku untuk kesekian kalinya. I hope u like it 🥰 📌Ini adalah bagian kedua dari cerita About Sahara (ceritaku sebelumnya) 📌Jadi, aku sarankan kamu harus baca About Sahara dulu baru cerita ini. Biar nggak bingung. Oke?
Btw, jangan lupa vote dan komen ya.
SPAM KOMEN BIASANYA MEMBUAT AUTHOR SEMANGAT UNTUK MENULIS.
ENJOY TO MA STORY 🥰🥰
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🦋🦋🦋
Seorang gadis tengah sibuk dengan kertas-kertas dan laptop di meja kerjanya. Sejak tadi siang, ia belum memakan sesuap nasi atau apapun untuk mengganjal perutnya. Bahkan, ia tidak merasa lapar, apalagi saat kerjanya sangat menumpuk begini. Suara klik an mouse, dan ketikan di keyboard terlihat sangat beradu dengan kedua jari putih mungilnya.
Baju kemejanya sedikit basah saat tadi ia membeli makan siang di luar, dan hujan tiba-tiba turun. Padahal tadi pagi sangat cerah.
"Makan dulu, Ra," kata Yulia teman sekantor gadis itu. Yulia terlihat sedang membawa segelas kopi untuk menemaninya lembur malam ini.
"Bentar lagi, Lia, ini belum kelar, kata Pak Danu harus kelar sekarang," jawabnya tanpa menoleh pada Yulia-temannya. Yulia hanya bisa memutar bola mata malas, sudah biasa mendapati sikap gadis yang kerap dipanggil Hara itu. Gadis yang tidak mau menunda-nunda waktu beda dengan Yulia yang santai.
"Mck! Aku heran sebenarnya, bisa-bisanya kantor kita ini merekrut banyak naskah sekaligus," keluh Yulia.
Beruntung mereka tinggal berdua di kantor saat ini, bisa-bisa Yulia kena marah dengan Bu Herlin selalu Ketua Tim Redaksi, jika mendengar perkataan Yulia.
"Ya wajar lah, Lia. Kan ini penerbit besar," balas Ohara melirik sebentar pada Yulia.
"Iya juga , sih. O iya, kamu udah jadi pinang naskah yang aku saranin kemarin?" tanya Yulia.
"Belum, rencana setelah ini selesai, aku juga belum baca lagian," jawab Ohara meregangkan otot tubuhnya yang terasa pegal.
"Pokoknya jangan sampai lepas, itu naskah cerita keren banget," kata Yulia memekakan telinga Hara.
"O iya, weekend kamu sibuk, nggak? Nongkrong yuk di kafe baru deket kantor kita."
"Emang ada kafe baru?" tanya Ohara pada Yulia, merasa heran sejak kapan ada kafe baru di dekat kantor mereka.