Perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, tak heran mereka sering menjadi target kejahatan yang dilayangkan orang-orang tak bertanggung jawab.
Tak terkecuali dengan Rania Mahendra, gadis 17 tahun yang harusnya hidup dalam selimut kebahagiaan d...
Terkadang kita hancur oleh mereka, yang kita anggap penting.
_Rania Mahendra_
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Plak
Sebuah tamparan sukses menyapa pipi Marsel, bersamaan dengan rasa sakit, panas sekaligus malu yang bercampur menjadi satu.
"GUE BENCI SAMA LO! HIKS."
Isak Rania menjadi tontonan yang cukup menarik bagi teman-teman Marsel dan pengunjung lainnya. Tanpa mempedulikan tatapan beraneka ragam yang terarah padanya, Rania memungut tasnya kemudian berlalu pergi.
"Wah... kayanya lo gagal Sel, lo tau kan apa artinya?" ejek laki-laki berkulit sawo matang.
Marsel menoleh sekilas, wajahnya berubah merah padam menahan amarah. Dia pergi menyusul Rania yang berada dilantai dansa, guna menyibak lautan manusia yang tengah meliukkan tubuh mereka.
"Dapat!"
Rania tersentak ketika merasakan cekalan kasar pada pergelangan tangannya, ia menoleh dan mendapati Marsel dengan seringai tajamnya. Rania ditarik menjauh dari kerumunan pengunjung, yang menatap keduanya penuh tanya.
Mereka mengira Marsel dan Rania adalah sepasang kekasih yang tengah terlibat konflik, jadi mereka memilih untuk melanjutkan aktivitas masing-masing.
"LEPAS!"
Marsel menggeram kesal "Diam Ran!"
Bukannya menuruti perkataan Marsel, Rania justru semakin memberontak. Dia meraih apapun yang mampu digapainya, entah itu kursi, pegangan tangga maupun kenop pintu. Namun hasilnya sia-sia, tenaga Marsel jauh lebih besar darinya. Hanya dalam sekali hentak saja, Marsel mampu membuat Rania melepaskan pegangannya pada semua benda-benda itu.
"LEPAS!"
"LEPASIN GUE SEL!"
Marsel memasukkan Rania kedalam sebuah kamar bernuansa remang, lalu menguncinya dari dalam.
Mata Rania melotot waspada, ketika Marsel mulai mengikis jarak dan otomatis memukul mundur gadis itu secara perlahan.
"L... lo mau apa?" cicit Rania ketakutan.
"DIAM!"
Marsel memasukkan kunci itu kedalam saku jaket yang dikenakannya, perlahan ia mulai melucuti jaket yang menyembunyikan seragam sekolahnya lalu membuangnya asal.
"L.. lo mau apa?"
"Bersenang-senang." jawabnya enteng.
Rania menggeleng cepat, sekuat tenaga dia mendorong tubuh Marsel hingga mundur beberapa langkah. Melihat ada sedikit kesempatan, Rania langsung berlari menuju pintu. Ia memutar kenop dengan cepat, namun tak ada hasil.