Setelah mendengar hal itu Felix buru-buru pergi menuju kamar meninggalkan bibi Lee yang masih memasang raut wajah kebingungan nya.
Felix jalan tergesa-gesa menuju futon dan menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal nan hangat. Pikiran Masih terpaku atas kejadian aneh yang telah ia alami.
Apakah kemarin ia benar-benar telah bertemu dengan orang mati?
Tidak masuk akal, sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa hal itu terjadi padanya. Apa iya saat itu Felix tengah bermimpi? Tapi tidak mungkin, rasanya terlalu nyata untuk disebut sebagai bunga tidur.
Tubuh Felix seketika merinding, teringat ia sering sekali mendengar cerita horror orang lain dan menganggap itu hanyalah sebuah omong kosong belaka namu kini ia malah mengalami hal itu sendiri.
Ah, iya. Felix teringat akan sesuatu. Ia buru-buru meraih suatu benda yang menggantung di leher jenjangnya, berharap benda itu tak pernah ada di sana namun harapannya harus terkubur dalam sedalam-dalamnya.
Felix lagi-lagi dibuat gamang, kalung itu ternyata masih bertengger apik di sana. Ada suatu hal yang membuat Felix jelas ketakutan seperti ini.
Ini adalah kalung pemberian nyonya bang. Felix jelas ingat dari mana ia mendapat kan benda ini. Kalung indah berbandul bunga berwarna biru yang kata nya sudah digunakan sejak turun temurun oleh keluarga bang. Wanita cantik itu yang memberikan kalung secara langsung kepadanya.
Menyadari kejanggalan tersebut Felix buru-buru bangkit dari futon dan segera melepas kalung itu.
Si manis menatap lekat-lekat benda indah tersebut setelah itu ia meletakkan kalung ke dalam lemari tepat nya dibawah pakaian yang sudah terlipat rapi.
Berarti Felix tidak bermimpi, itu semua adalah hal nyata yang telah terjadi dan ia alami sendiri.
The house
Matahari telah menghilang dalam sementara waktu tergantikan oleh rembulan indah yang sekarang menduduki singgasana nya.
Seorang pria lengkap dengan balutan kemeja rapi perlahan turun dari sebuah mobil. Pria bang itu kemudian berjalan menuju pintu rumah, sangat samar wajah letih nya itu terlihat dan tak ada satupun yang menyadari hal itu.
Saat membuka pintu ia dibuat membeku melihat cahaya berasal dari lampu seisi ruangan yang tampak terang benderang. Wajahnya seketika mengeras, langkah nya semakin cepat menghampiri sebuah kamar yang menjadi tujuannya saat ini. Ia geser Shōji itu dengan kasar kamudian meneriaki nama seseorang dengan lantang.
"Felix!"
Tubuh ringkih Felix tersentak begitu saja dari tidur kala mendengar nama nya di teriaki sebegitu marah dari kejauhan. Jantung nya seperti semaksimal mungkin mengeluarkan sisa tenaga akhir nya, organ itu berdegup kencang. Felix tak pernah merasakan hal ini sebelumnya.
Sungguh, ia tak pernah melihat suaminya semarah ini saat memanggil serta menatap nya. Felix bahkan tak tau kesalahan apa yang telah ia perbuat.
"a-apa?" Suara yang ia keluarkan bahkan sangat lirih dan terbata-bata saking takut nya.
"Siapa yang ganti lampu ruangan depan!?" Pria itu kini tengah berdiri di depan nya, tatapan tajam pria itu lagi-lagi membuat Felix terintimidasi. Pria itu benar-benar sangat marah saat ini.
Felix tak menyangka ia akan mendapatkan pria tempramental seperti ini.
"a-aku." Jawab nya lirih. Pandangan nya ia tundukkan sedalam-dalamnya demi mengindar dari tatapan tajam si jangkung.
"Saya enggak suka rumah ini terlihat terlalu terang. Kamu ingat Itu dan jangan coba-coba untuk ngelakuin hal yang sama seperti ini, satu lagi jangan dekati ruang bawah tanah. Paham gak kamu?!"
Felix mengangguk, pelupuk kristal sudah menggenang di manik indahnya namun sebisa mungkin ia tahan sebisa mungkin.
Niat nya baik, ingin mengganti lampu yang pikirnya sudah terlalu tua itu. Terlebih ia juga tak suka suasana temaram yang membuat rumah ini berkali-kali lipat menyeramkan jika diperhatikan.
"Jawab saya!" Pria itu lagi-lagi membentaknya membuat Felix kembali terkejut.
"I-iya maaf." Jawab Felix dengan suara kecilnya.
Pertama kali Chan marah besar, pria itu bahkan tak pernah mau berbicara dengannya sehari-hari namun jika sekali bicara dia cenderung akan mengeluarkan kata-kata menohok dan berbicara hanya saat marah.
Tubuh Felix melemas, ia menatap kepergian pria itu dengan kegelisahan sepenuhnya seraya mengusap butiran kristal bening yang mulai berjatuhan dengan bebas.
Setelah merasa cukup tenang ia pun beranjak dari atas futon, berniat keluar kamar dan mencari-cari keberadaan sang suami, memastikan bahwa pria itu tak pergi dari rumah dan meninggalkan Felix seorang diri di rumah terasing dari penduduk setempat.
Baru saja menggeser pintu ia langsung saja secepat kilat menutup nya. Felix kembali menangis sesenggukan seraya berjalan menuju futon. Mengurungkan niat awalnya.
Saat ia membuka Shōji pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah gelap nya gulita di seluruh ruangan. Seperti nya pria itu telah mematikan lampu seisi rumah kecuali kamarnya.
Aneh sekali tingkah nya, Felix benar-benar membenci Pria itu.
The House
Felix terbangun dari tidurnya, semenjak menginjakkan kaki di kediaman ini ia kerap kali terbangun saat jam menunjukkan pukul dua atau tiga malam.
Manik nya masih terpejam enggan untuk terbuka walau sadar sepenuhnya. Sebenarnya ia tak berani hanya untuk sekedar melihat Temaramnya cahaya lilin di ruangan besar ini.
Felix baru tersadar jika sebuah tangan memeluk tubuh mungilnya erat dari belakang. Tanpa sadar ia mengelus lengan kekar tersebut dan mendekatkan tubuh nya berharap mendapatkan lebih banyak kenyamanan disana.
"Kamu bangun?" Hembusan nafas pria itu menyentuh tengkuknya. Ia bertanya seraya memeluk tubuh Felix dengan erat.
Pertama kali Felix diberi afeksi lebih seperti ini.
"Huum." Felix hanya menjawab dengan gumaman, terlampau malas untuk sekedar berbicara.
"Maaf untuk tadi, saya benar-benar menyesal Sudah berbuat keterlaluan hanya karena masalah sepele." Tubuh Felix di balik secara paksa membuat nya kini mau tak mau berhadapan dengan sang suami.
"Tolong mengerti saya." Bisik nya.
Refleks si manis membuka manik nya dan langsung bertemu tatap dengan sang suami. bersyukur akan cahaya lilin yang menerpa wajah Chan.
Pertama kali baginya menatap wajah pria itu dalam jarak sedekat serta selama ini. Satu kata, dia benar-benar tidak manusiawi sebab terlewat tampan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The House (Chanlix)
HorrorFelix tidak tau setan mana yang merasuki raga nya ketika mengiyakan perjodohan yang orang tuanya tawarkan semudah itu-hanya karena ia merasa putus asa akan hubungan asmara yang bahkan belum pernah ia coba, terlebih pria yang yang menjadi suaminya it...