night

1.9K 297 84
                                    

Felix mengerjapkan manik nya perlahan, aroma menyengat kini menusuk Indra penciuman nya membuat si manis terusik dari lelapnya.

"Ughh..." Hal pertama yang ia lihat adalah eksistensi seorang pria dengan raut khawatir yang kentara.

"Syukurlah kamu bangun." Felix terduduk ketika Chan menyodorkan segelas air putih kepada nya.

"Makasih kak."

Tubuh Felix seketika di terjang oleh yang lebih tua membuat Raganya terjatuh begitu saja di atas futon. Felix jelas kebingungan dengan tingkah pria itu. Gila, pria itu kini menindihnya membuat jantung Felix lagi-lagi kembali berdetak kencang. Bisa-bisa ia pingsan lagi.

"Saya laper." Chan berbisik tepat di cuping nya membuat tubuh Felix serasa tersengat listrik. Suara berat yang terkesan mendominasi itu benar-benar membuat sistem tubuh Felix menggila untuk sesaat.

"Kakak ma-mau makan apa?" Tanya Felix dengan susah payah. Padahal Felix sudah berusaha untuk tidak terdengar bodoh, tapi sepertinya hal itu sia-sia.

"Makan apa aja yang kamu masak."

Kedua tangan Felix di cengkram di kedua sisi oleh Chan membuat Felix tidak bisa melakukan hal yang berarti ketika cuping nya di gigit. Oh, tidak! Bahkan kini lidah pria itu bermain-main di sana. Menjilat dan mengecup nya berkali-kali.

Felix berusaha untuk menelan Saliva nya. Sial, apa maksud dari pria ini? Dia berujar jika ingin makan sebuah makanan namun kenapa tindakan nya malah begini?

"Eungh..." Desahan yang sedari tadi si manis tahan akhirnya terjun bebas begitu saja. Membuat Chan menarik dirinya secara tiba-tiba tak lama setelah itu, Felix jelas merasa kecewa. Apa? Kecewa? Tolong katakan Felix gila padahal beberapa menit yang lalu ia tak sadarkan diri. Mata nya sudah tertutup dengan rapat, malu sekali rasanya.

"Jangan pingsan." Bisik nya lembut, Felix masukin susah bernafas dibuatnya.

"Eh? Mau kemana?" Felix bertanya ketika tubuh nya di angkat ala pengantin oleh si pria.

Chan tidak menggubris pertanyaan Felix, ia lebih memilih untuk fokus menuju suatu tempat. Sebenarnya Felix sangat malu tapi ia tak dapat melakukan apa-apa selain menyembunyikan diri tengkuk yang lebih tua.

"Huh, dapur?"

Felix diturunkan di atas meja makan dengan wajah bertanya-tanya yang kentara.

Seolah peka dengan raut wajah anak manis itu Chan pun akhirnya mengeluarkan suara nya.

"Masak sesuatu, saya lapar."

Ugh... Felix ingin sekali mencakar wajah pria itu saking kesalnya. Wajah nya juga kini sudah memerah padam, sempat-sempatnya ia berfikir Chan akan membawanya ke sebuah ruangan yang sudah tertata rapi khusus untuk mereka bercinta.

Felix mengangguk dengan perasaan jengkel, ia turun dari atas meja dan berjalan menuju kulkas sekira nya mencari beberapa bahan makanan untuk di olah.

Sementara pria menyebalkan itu kini tengah duduk di meja dengan santainya sembari menatap setiap pergerakan yang Felix lakukan.

Felix lupa satu hal, faktanya ia sama sekali tidak bisa masak. Oh tidak! Ini sangat mengecewakan sekali.

Si manis kemudian membalikkan tubuhnya secara perlahan dan menatap kearah Chan dengan takut-takut.

"Maaf aku cuma bisa masak telur dadar dan ceplok."

Chan berdiri dari atas kursi nya, perlahan namun pasti ia mulai berjalan mendekat ke arah Felix yang semakin menciut nyali nya. Takut-takut Chan akan memarahinya karena setau Felix suaminya adalah seseorang yang cukup perfeksionis dalam hal apapun.

Menikahi seorang Felix yang tak Pandai melakukan apapun hanya akan membuat nya tambah kerepotan.

Pikiran tak menentu nya buyar begitu saja ketika merasa pinggang nya di remat pelan oleh jemari kekar sang suami membuat Felix ingin mengeluarkan suara laknatnya.

Jari itu kini beralih meraih dagu nya membuat Felix di paksa mendongak begitu saja hingga tatapan keduanya bertemu satu sama lain, saling mengunci dengan sejuta pesona yang menguar dari masing-masing.

Cuping nya digigit pelan membuat Felix hampir memekik kalau saja ia tak segan dengan Chan.

"Bagaimana jika aku memakan mu saja?" Felix tak tau kenapa Pria itu senang sekali berbisik tepat di telinga nya. Itu bukan hal yang bagus karena jujur Felix sangat sensitif terhadap hal itu.

Chan tampak panas di mata Felix saat pria itu berujar demikian. Oh, ia tak pernah tau jika pria berumur seperti Chan bisa sangat menggoda seperti ini. Tubuhnya keras sekali, benar-benar definisi dari fantasi terliar yang selama ini selalu Felix bayangkan.

Apa ini saat yang tepat untuk menjaga sesuatu yang telah ia jaga selama ini kepada dia?

"Di dapur?" Hebat sekali! Felix sangat bangga dengan dirinya sendiri karena dengan mudahnya membiarkan kata-kata itu meluncur dari mulutnya begitu saja.

tatapan saling mengagumi keduanya masihlah terkunci satu sama lain. Jujur ia bisa saja malu walaupun hanya tinggal berduaan di rumah ini.

Bagaimana jika ada yang mengintip?

Tapi siapa?

Gak akan ada yang mengintip, bodoh. umpat Felix pada diri sendiri.

Pria bang itu tidak menjawab pertanyaan Felix, ia lebih memilih menggendong tubuh pemuda mungil itu kembali menuju kamar. Si manis tak henti-hentinya memeluk tubuh kekar tersebut, ia terlampau gugup saat ini di tambah kepala nya cukup pening.

Ugh... Felix benci pada dirinya sendiri, ketika gugup ia cenderung akan berlaku aneh dan efeknya terbilang cukup cukup parah. Terkadang ia bisa saja pusing, susah berbicara bahkan pingsan seperti tadi.

Hal tersebut yang menjadi alasan terkuat kenapa Felix tidak pernah mau berteman dengan orang lain.

"K-kak sepertinya a-aku mau pingsan lagi." Ucap Felix terbata-bata sementara chan hanya terkekeh pelan mendengar perkataan yang lebih muda.

"Jangan pingsan dulu. Kamu bakalan ngelewatin sesuatu yang menggairahkan." Felix memekik keras ketika tangan besar Chan meremas bongkah mochi miliknya.

TBC

Aku tau ff ini ngebosenin banget, sabar aku lagi mikir buat lanjutin ini gmn🏄

The House (Chanlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang