HAPPY READING
Felix berbaring di atas kasur dengan tubuh yang sedari tadi tak berhenti berguling kesana-kemari. Bukan tanpa alasan si manis melakukan hal demikian, ini semua karena perjodohan yang Ia terima. Sebenarnya ia bisa saja menolak tapi entah kenapa Felix malah menyetujuinya.
Di usia yang baru menginjak 23 tahun ini sang orang tua memintanya untuk menikahi seorang Pria yang bahkan usianya lebih tua dari pada Felix.
Felix yang tak memiliki tujuan maupun rencana hidup pun akhirnya hanya pasrah saja saat di minta. Lagi pula kehidupan nya kelewat monoton, dengan di tentukan masa depan nya seperti ini Felix merasa tak perlu khawatir dan cemas,
namun tetap saja secercah keraguan muncul di benak nya.
Mau bagaimana pun Menikah dengan orang asing benar-benar terdengar asing bagi nya, bahkan nyaris tak pernah terfikir di dalam kepala. Felix jadi merasa ia adalah tokoh dalam sebuah cerita umum.
Ketukan di pintu mampu membuat si manis tenang dan duduk seperti biasa di atas kasur.
"Felix... Mama masuk ya." Suara hangat sang mama terdengar dari luar, Suara mama terlalu lembut, hangat serta menenangkan, menurut nya ini adalah alasan paling kuat kenapa Felix tak pernah bisa menolak permintaan nya.
"Iya masuk aja." Balas Felix bersamaan dengan itu pintu kamar terbuka menampilkan seorang wanita paru baya yang tetap cantik walaupun garis keriput di wajah nya terlihat.
"Kamu serius mau? Papa kan tadi cuma nawarin, ngga maksa, lho..." Mama nya terlihat sangat khawatir sementara Felix membalas nya dengan senyuman.
"Gak apa-apa, ma. Mama tau kan aku anak nya gimana? Ga punya temen, ga pernah kenal sama siapa-siapa. Jujur aku ga yakin bisa punya suami buat kedepannya soalnya aku orang nya aneh begini. Mumpung ada kesempatan kenapa di sia-sia in?" Ucap Felix, perkataan nya terdengar sangat memelas membuat wanita paru baya itu menampilkan wajah tak setuju nya.
"Kamu gak aneh! Kan mama udah bilang ratusan kali." Telinga Felix di tarik dengan sepenuh hati oleh wanita itu membuat si pemuda manis mengasuh kesakitan.
"Iya maaf-maaf... Janji ga ngomong gitu lagi."
Tarikan maut di telinga nya terlepas membuat Felix menghela nafas lega.
"Tapi serius kamu ga kenapa-napa? Jangan sampe kepikiran, ya? Mama ga mau anak manis mama sampe sakit."
"Iya astaga, aku ga kepikiran. Santai aja." Berbohong sedikit rasa nya tak apa, dari pada membuat mama juga kepikiran.
"Nama nya bangchan. Anak nya baik, pekerja keras tapi orang nya pendiem banget kaya kamu. Mama takut sama hubungan kalian kedepan nya gimana dilihat dari sifat Kalian yang ga beda jauh." Wanita itu akhirnya mencurahkan isi hati nya yang sudah ia tahan dari kemarin kepada Felix. Jujur saja setelah mendengar itu perasaan Felix sedikit goyah dan semakin khawatir dengan nasib nya.
Membayangkan betapa susah nya mencari topik pembicaraan suatu saat nanti, setelah mereka menikah. Seumur hidup Felix tak pernah sekalipun memulai perbincangan kepada orang lain kecuali mama dan papa.
"Tenang aja nanti aku ajak dia ngobrol." Ucap Felix, wajahnya kelihatan sangat serius yang mana hal itu membuat sang mama menarik sudut bibirnya saat melihat tingkah Felix yang menurut nya konyol.
The house
sampailah ia di depan sebuah rumah megah sang suami. Bangunan ini terlihat sangat megah dari luar, namun bergaya agak kuno. Mungkin saja rumah ini dulu adalah tempat tinggal paling megah di zamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The House (Chanlix)
TerrorFelix tidak tau setan mana yang merasuki raga nya ketika mengiyakan perjodohan yang orang tuanya tawarkan semudah itu-hanya karena ia merasa putus asa akan hubungan asmara yang bahkan belum pernah ia coba, terlebih pria yang yang menjadi suaminya it...