perjalanan

1.1K 198 50
                                    

Chan tidak tau kemana kemana mereka akan pergi, ia hanya menuruti apa yang Jake perintahkan pada nya untuk pergi menuju suatu tempat.

"Aku curiga sama kalung ini." Jake menjulurkan tangannya ke memberi isyarat kepada Chan untuk menatap benda tersebut.

Sebuah kalung berbandul bunga berwarna biru yang terlihat cukup kuno jika di jabarkan.

"Itu punya siapa?"

"Punya Felix. Aku nemu kalung ini di kamar dia. Kata Joy kalung ini hawa nya samar-samar gak ngenakin dan aneh." Ucap Jake sementara Chan hanya mampu mendengar dengan seribu pertanyaan yang bersemayam di dalam kepalanya. 

"Maksudnya gimana?" Chan bertanya, ia harap Jake mampu menjawab pertanyaan nya dengan baik sehingga kepalanya tidak usah repot-repot pecah hanya karena kebingungan.

"Kakak tau kutukan? Kutukan itu nyata adanya. Kamu aku atau siapapun bisa kena kutukan kalau kita bernasib buruk. Bisa aja ada orang yang ga suka dan menggunakan kalung ini sebagai perantara nya." Jelas jake, Chan diam ia mengangguk, rasanya ia mudah mengerti ketika ia sendiri mengakui bahwa 'mereka' memang benar adanya.

keduanya kemudian hening, percakapan pun hanya diisi dengan instuksi Jake sampai tak lama kemudian mereka sampai di sebuah rumah tua yang berada kokoh di ujung kota.

"Semoga kita ga nyasar." gumam Jake khawatir yang tentunya masih dapat didengar dengan baik oleh Chan.

"Jangan gila." Gigi pria yang lebih tua bergemeletuk ketika mendengar hal itu karena mereka kini tengah berada di jalan tanah merah antah berantah, di tambah keadaan kini hujan lebat membuat Chan khawatir jika saja tanah ini berubah menjadi lumpur dan membuat mobil mereka tidak bisa berkutik.

Pikiran Chan meronta-ronta kesakitan, tidak mungkin ada manusia yang tinggal di tempat seperti ini yang lokasinya saja jauh dari keramaian manusia. Namun sekali lagi ia berusaha meyakinkan diri setelah semua yang terjadi.

"Belok kanan, aku yakin rumah nya gak jauh dari situ." Jake kembali memberikan instruksi kepada Chan. Mobil hitam itu melaju melaju membelah jalan yang sempit nan gelap gulita kalau saja penerangan mobil tidak berfungsi.

Dan benar tak lama kemudian mereka berhenti di sebuah pekarangan rumah sederhana yang dindingnya usang diselimuti dengan lumut hijau yang menjalar ke sana kemari. Benar-benar terlihat seperti rumah kosong yang tidak pernah dihuni lagi selama bertahun-tahun lamanya.

"Jake jangan bercandai saya."

"Aku gak bercanda, ayo turun. Kita ada di tempat yang tepat."

Setelah itu Jake membuka pintu mobil dan keluar mobil diikuti oleh chan. keduanya pergi melangkah kan kaki dengan tergesa mengabaikan terpaan hujan dan angin kencang menuju teras rumah.

Chan bahkan belum sempat melontarkan kembali pertanyaan untuk jake namun tiba-tiba tanpa adanya aba-aba sesuatu telah mengusik mereka.

pintu rumah tersebut di buka dari dalam, terlihat seorang pria tua bertubuh bungkuk keluar dari sana. Wajahnya terlihat sangat tidak ramah. Jalan nya sangat bungkuk membuat Chan berfikir sudah berapa lama pria ini hidup di dunia?

"Hush! Pergi kalian pembawa sial!" Kakek itu menodongkan tongkat kayu lusuh miliknya kearah Chan dan Jake, ia terlihat sangat marah akan sesuatu, yang pasti keduanya tidak tau apa alasan kakek tua itu bersikap kasar pada mereka.

Manik Chan menajam, ia dengan menyalak-nyalak menatap kakek tua itu layaknya anjing hutan membuat jake berinisiatif untuk menahan lengan yang lebih tua untuk tetap tenang.

"Chris, jangan kurang ajar! Ini demi Felix." Bisik Jake memperingati.

Tubuh Chan melunak kala nama Felix disebut, benar apa kata Jake ini semua demi Felix dan biarkan Chan menebus kesalahannya nya kali ini untuk Felix.

"Kakek, tolong bantu kami." Ucap Jake memohon.

"Hati kotor yang membusuk. Kalian kira kalian pantas berbicara seperti itu?Sialan, berapa banyak arwah yang kalian bawa kesini!" Pria itu kembali berang. Ia kemudian melirik kearah belakang tubuh Chan dengan manik yang membelalak serta ringisan tertahan.

Ada banyak arwah mati yang mengikuti pria itu, sosok mereka terbentuk berbagai macam yang pastinya mampu menyakiti Indra penglihatan orang awam dan jumlah mereka sangat banyak hingga membuat sang kakek berlari masuk kedalam rumah, namun sebelum hal itu terjadi sang kakek sempat meninggalkan beberapa patah kata untuk Jake.

"Dia sudah di kutuk bersama pasangan nya. bersyukur, nak kamu punya wanita ini (Joy)." Ucap sang kakek seraya menunjuk keberadaan Joy yang sedari tadi berada di sebelah Jake.

"Sebaiknya kamu menjauh jika tidak ingin terseret lebih jauh." Ia menatap Chan dengan sangsi sebelum benar-benar memutuskan untuk masuk kedalam dan mulai mengabaikan penggilan Jake dan Chan.

Chan mengusak surai nya frustasi, rasa gamang kembali menyelimuti. Ia mulai merasa takut oleh perkataan sang kakek tua—entah omong kosong atau apapun yang pasti ketika nama pasangan nya di seret ia tidak mungkin kembali ceroboh dengan mengabaikan hal yang tidak masuk akal seperti ini.

"Kakek, tolong kami kek! saya mohon tolong!" Sekali lagi Chan memohon, hanya untuk Felix yang tengah berjuang bersama anak mereka. Biarkan ia menembus semua kesalahannya.

Chan kembali berteriak memanggil namun seperti dugaan tidak ada sahutan di dalam sama sekali.

Benar-benar di tempat gelap terpencil yang sunyi, hanya terdengar suara hujaman hujan yang lebat dan hewan-hewan kecil yang makin menambah kesan mengerikan.

'Jake ayo cepat pulang, keadaan di sini menjadi tidak kondusif. Arwah penunggu disini bisa murka dan kita semua bisa celaka' Joy berbisik pelan di kuping Jake, arwah itu berusaha untuk memberitahu segala kemungkinan buruk yang sangat mungkin terjadi pada keduanya jika memutus untuk tetap berdiam diri disini.

Ini tentu memiliki alasan, karena mereka membawa cukup banyak arwah membuat penghuni asli disini terusik dengan kehadiran kita sendiri.

"Ayo pulang!" Ujar Jake yang tentunya dibalas dengan gelengan kepala dari sang kakak. Ini sudah berlangsung sangat lama dan perasaan Jake semakin tidak karuan ketika menyadari jika banyak pasang mata melirik kearah mereka dari balik semak belukar dan pohon yang menjulang tinggi.

"Saya harus menyelamati Felix. Kamu bilang dia bisa bantu kita, kan?" Ujar nya, pria itu terlihat tidak ingin pulang membuat Jake lama kelamaan menjadi panik.

"Kek, tolong bantu saya dan suami saya!" Panggil Chan.

"Kasih aku kasih waktu buat nyusun rencana. aku janji bakalan nyari orang lain yang lebih dari pada yang ini, kita ga bisa lama-lama disini karena aku punya alasan." Ujar Jake final yang mana hal tersebut membuat Chan diam berhenti mengetuk pintu rumah kakek tersebut.

Kedua pria itu akhirnya memutuskan untuk pergi melangkahkan kakinya dengan berat hati menjauhi pekarangan rumah sang kakek. Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba suara panggilan menyapa rungu keduanya.

"Ambil dan pakai ini!" Kakek tua itu melemparkan gumpalan plastik ke bahu Chan. Entah sejak kapan pria itu keluar dari dalam rumah.

Chan melirik Jake, meminta izin lewat tatapan nya, apakah ia bisa mengambil gumpalan kertas tersebut.

"Ambil aja Chris. Ayo kita harus cepat!"


TBC





Hehe aloo, ga pede banget ngetik nya takut kalian ga ngefeel 😔

Setelah sekian lama Ku baru nyentuh wattpad, semoga bisa namatin ini secepatnya 😭

The House (Chanlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang