TW // blood, death
Happy reading
Manik Chan harus terbuka secara paksa ketika mendengar suara jeritan sang istri yang melengking hebat. Perlahan ia bangkit dari tidurnya lalu memakai celana seadanya dan berjalan pelan keluar menuju sumber suara.
Dari kejauhan Pria itu mengeryit heran ketika mendapati Felix duduk bersimpuh ketakutan. Kepala si manis tertunduk Seolah ngeri menatap kearah depannya. Chan kemudian berlari kencang sebelum tubuh Felix menghantam lantai.
The house
Felix masih berteriak bak kesetanan, tubuhnya seakan mati rasa lalu jatuh begitu saja tanpa mampu bergerak. Felix hanya bisa berteriak sekencang mungkin.
Ketika membuka pintu pemandangan pertama yang ia lihat adalah kaki seorang wanita yang menggantung di depan wajahnya.
Felix kenal siapa wanita itu, dia adalah seorang maid yang bekerja di tempat ini. Lidah nya terjulur keluar dengan darah yang tak mau berhenti menetes dari sana. Bukan tali berbahan serat yang menggantung si wanitanya itu namun sebuah besi memanjang bergerigi runcing yang menembus lehernya.
Felix salah, Maid itu belum mati sepenuhnya. Felix tak sengaja bergulir menatap jemari wanita itu yang ternyata masih bergerak kecil seolah meminta pertolongan. Anehnya dia tidak berusaha meronta-ronta sama sekali ia terlihat— terlihat putus asa.
Bagaimana bisa tubuh wanita itu tergantung disana tepat di depan pintu rumah nya.
Terlalu banyak berfikir di situasi seperti ini membuat kesadaran Felix hilang begitu saja dan gelap menyapa nya.
The house
Pemandangan pertama yang Felix lihat adalah isi dari sebuah kamar yang terlihat sangat asing. Felix yakin sekarang ia bukan rumah yang sudah hampir sebulan ia tempati.
Perasaan gamang langsung menyelimuti nya saat itu juga. Ingatan tadi entah mengapa langsung sergap menghampiri.
"Kak Chan... Hiks..." Felix menangis seraya memanggil manggil sang suami. Ia takut berada di tempat asing sendirian terlebih setelah mengalami kejadian itu.
Pintu terbuka perlahan tangisan Felix sedikit mereda ketika mendapati presensi seorang yang sedari tadi ia panggil. Chan terlihat menghampirinya perlahan dan duduk di sebelah Felix.
Pria itu membawa Felix kedalam sebuah pelukan hangat—ya walaupun sebenarnya tubuh pria itu tetap saja masih terasa dingin.
"Kak a-aku ngeliat dia gantung diri di depan pintu. Tatapan nya melotot ke arah ku kak hiks..." Felix tumpahkan perasaan yang ada di kepala nya saat itu. Mata nya sudah membengkak karena terlalu banyak menangis sebab ingatan itu masih terngiang-ngiang membekas jelas di kepalanya.
"Shtt... Jangan dipikirkan." Tangisan Felix berangsur-angsur mereda. Terima kasih karena Chan tak berhenti mengucapkan kata-kata penenang hati.
Keduanya terdiam dengan posisi yang masih saling berpelukan. Tak ada yang ingin mengakhiri tautan tubuh keduanya karena saling merasa nyaman satu sama lain sampai Felix Akhirnya membuka suara.
"Kenapa dia begitu?" Celetuk Felix, tetap saja walau sudah merasa baikan kepala nya tetap diisi penuh oleh kejadian tadi. Ia masih tak menyangka.
Seolah mengerti Chan menjawab. "Saya gak tau pasti. Kita serahin semua ke pihak berwajib dan untuk sementara waktu kita tinggal di apartemen saya ya."
Felix hanya bergumam sebagai jawaban. Ia sebenarnya merasa tak puas mendengar Penjelasan tersebut tapi kembali lagi, siapa juga yang tahu?
The house
Sudah hampir seminggu Felix dan Chan tinggal di apartemen mewah yang berlokasi di pusat kota. Ia senang tinggal di hiruk-pikuknya kota dari pada di sunyi kosong rumah nya. Disana rasanya Seperti terisolasi dari dunia luar dan jujur Felix sangat kesepian.
Apa Felix harus mengajukan permintaan pada Chan agar mereka tinggal di sini saja?
Si Manis lantas menggeleng cepat. Tidak mungkin sang suami akan menuruti permintaan omong kosong nya dilihat dari bagaimana si pria mengistimewakan rumah itu.
"Bau apa, sih ini!" Felix protes sendiri ketika mencium aroma sesuatu yang sangat menyengat, sangat bau tapi jelas ini bukan bau sampah.
Felix yang tengah duduk di sofa langsung saja bangkit, ia berusaha mencari sumber bau tersebut.
Bermenit-menit sudah ia habiskan untuk mengitari apartemen namun sumber bau tersebut sama sekali tidak ditemukan. Bau nya selalu terasa namun samar-samar tercium.
Memutuskan untuk tidak peduli Felix pun akhirnya kembali menuju ruang tamu untuk lanjut menonton tv dan berusaha untuk mengabaikan.
The night
Sebuah Mobil Rolls-Royce bergaya mewah yang hanya dimiliki oleh segelintir konglomerat terlihat tengah melaju dengan kecepatan sedang membelah gelap nya jalanan.
Entah untuk yang keberapa kali hari ini Felix menghela nafas gusar. Wajahnya juga masih tertekuk, sedikit merajuk. Tak ada yang menyadari perangai si manis yang satu ini terlebih lagi seorang pria yang berada tepat disebelah nya.
Dan Felix juga tidak berharap lebih untuk sekedar di bujuk atau apalah itu karena standar cuek yang Chan miliki itu benar-benar berada di level yang tinggi.
Tepat hari kedelapan, Chan dan Felix Akhirnya kembali menuju kediaman mereka. Rela tak rela Felix harus meninggalkan pusat kota dan kembali kedalam hutan entah berantah, maksud Felix di sini adalah rumah mereka.
Apa pria itu sama sekali tidak peka? Felix tak ingin lagi tinggal di rumah itu lagi. Bagaimana bisa tempat bekas pembunuhan itu masih di tempati seseorang.
Harusnya polisi itu menutup saja rumah itu selama-lamanya agar tidak bisa di tinggali.
"Ada apa?" Suara dingin dan berat sang suami menyapa rungu nya tanpa izin membuat Felix yang tengah berkutat dengan pikiran nya seketika terlonjak kaget.
"e-eh! Tidak."
Lagi-lagi, Felix hanyalah Felix. Ia hanya bisa menggerutu jauh di lubuk hati nya tanpa bisa berbicara langsung dengan yang bersangkutan. Nyali nya bisa tiba-tiba menciut kalau berhubungan dengan tuan bang yang satu ini.
Ia hanya berani protes dua kali saja setelah itu Felix jadi kapok sendiri.
Kalimat yang Felix lontarkan adalah percakapan terakhir mereka sebelum keduanya kembali sibuk dengan dunia masing-masing.
Hubungan mereka memang belum berubah terlalu signifikan karena sifat keduanya sama saja. Felix yang pemalu dan Chan yang terlalu tidak peduli dengan sekitar, hal itu menciptakan pembatas diantara mereka tanpa sadar.
At least ini jauh lebih baik dari pada awal mereka bertemu.Beberapa puluh menit telah berlalu mereka akhir sampai di kediaman tujuan. Felix perlahan turun dari mobil, ia berjalan lebih dulu meninggalkan
Chan yang tengah sibuk membawa koper keduanya. Ia tak ingin membantu yang lebih tua, biar saja pria pucat itu kelelahan."Adik saya akan datang dan tinggal disini untuk nemenin kamu, jadi berhenti merengek."
"Kakak bikin aku kaget!"
Felix mendegus kesal dengan tangan menyentuh detak jantung nya, apa-apaan tingkah laku abnormal pria itu. Tiba-tiba saja ia berada di belakang Felix padahal beberapa detik yang lalu Felix lihat Chan masih sibuk dengan bagasi.
Pria itu kini mendahului Felix dengan menggandeng dua koper mereka. Felix akan langsung mengunjungi kolam ikan di belakang rumah saja.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/276654323-288-k263924.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The House (Chanlix)
HorrorFelix tidak tau setan mana yang merasuki raga nya ketika mengiyakan perjodohan yang orang tuanya tawarkan semudah itu-hanya karena ia merasa putus asa akan hubungan asmara yang bahkan belum pernah ia coba, terlebih pria yang yang menjadi suaminya it...