cara?

856 197 30
                                    

"kita udah lama gak ketemu, mangkanya aku kesini." ujar jake setelah meneguk teh di cangkirnya sekaligus membuka percakapan diantara ketiga nya. sejenak ia melirik heran ke arah Hyunjin yang sedari tadi hanya diam. tentu Jake merasa bertanya-tanya, secara Hyunjin adalah pria hiperaktif. ia selalu memliki riabuan topik yang akan di pakai untuk hanya sekedar mengobrol atau basa-basi pada siapapun. hanya dia satu-satunya teman yang jake punya.

"ngomong-ngomong kalian menetap di sini?" tanya jake.

"engga. katanya kak chris bosen disana, mungkin kita bakalan pulang lagi tapi gak dalem waktu dekat." jake hanya mengangguk sebagai jawaban.

felix beralih menatap teman yang Jake bawa. pria itu dari tadi hanya diam membuat felix akhirnya mengeluarkan pertanyaan basa-basi sebagai tuan rumah.

"rumah Hyunjin dimana?"

"gak jauh dari sini kak, sebrang swalayan. Aku ngekost sama Jake." Balas Hyunjin seadanya. Pria jangkung itu sedari tadi terus menunduk seolah-olah tidak ingin beradu pandang dengan Felix. Padahal saat pertama kali bertemu pria Hwang itu sama sekali tidak ingin melepaskan tatapan lekat nya pada Felix bahkan ia sempat ceplas-ceplos menyatakan perasaannya.

"Eum... Aku numpang ke toilet ya, kak." Felix mengangguk tanda mengizinkan seraya menunjuk dimana letak kamar mandi berada.

Kini hanya tersisa Jake dan Felix berdua di ruang tamu, keadaan hening seketika. Mereka seolah-olah sibuk dengan dunia masing-masing. Sebenarnya ada pertanyaan yang selama ini Felix ingin tanyakan kepada adik ipar nya ini, ia rasa ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya ketika Hyunjin tengah pergi.

"Jake."

"Lix."

Keduanya saling mengeluarkan suara secara bersamaan. Jake kemudian memberi izin kepada yang lebih tua untuk berbicara, Felix mengangguk mengerti dan menarik nafas sejenak sebelum mengeluarkan pertanyaan yang sudah lama ingin ia tanyakan.

"Kamu bisa jelasin kenapa aku di ganggu sama 'sesuatu' atau mungkin kamu bisa jelasin sosok apa yang selama ini selalu ngehantuin aku?"

Felix bertanya dengan putus asa.

Akhirnya, pertanyaan yang selama ini ia tahan dan simpan untuk dirinya sendiri kini bisa terlontar bebas. Tidak mungkin kan dia selama ini gila? Lagipula Jake berkata jika di rumah itu memang ada pengganggunya.

"Entahlah, aku juga gak yakin sebenernya," pria itu menggantungkan kalimatnya ia terlihat kesusahan dalam merangkai kata dan Felix tetap menunggu sampai akhirnya Jake kembali membuka suara.

"Percaya gak percaya pohon besar yang ada di depan rumah itu memang sarang dari mereka semenjak papa sama Mama meninggal. Kamu tau, kan kak chris itu bukan orang baik?"

"Dia bos kartel narkoba terbesar di kota."

Kepala Felix pening, sedari awal memang ia sudah salah. salah tinggal di tempat itu dan juga mungkin salah sebab menaruh hati kepada Chan. bisa-bisa nya felix selama ini masih menaruh rasa pada pria itu walau sudah mengetahui kenyataan nya.

"Ngebunuh orang udah jadi kebiasaan, kadang beberapa jasad korbannya dia bawa pulang ke rumah dan di bakar di ruang perabuan."

'Dia bahkan ngoleksi beberapa abu dari mereka.' Jake membatin, ia tidak berani mengatakan hal lebih gila ini kepada Felix. yeah, Jake tau latar belakang kehidupan Chris dan Felix sangat jauh berbeda. bayangkan saja orang berbudi luhur seperti felix bertemu dengan manusia yang kelakuan nya sebelas dua belas dengan monster seperti chris. 

"aku tau jelas." balas felix.

"orang yang mati gak tenang bakalan gentayangan. aku ngeliat banyak arwah jalan di belakang tubuh chris, ngikutin setiap langkah nya sampai detik ini."

perasaan gamang menelusup masuk membuat tubuh felix meremang seketika. rasanya ingin tidak percaya namun semua itu pasti benar apa adanya. tapi kenapa? alih-alih menganggu chan kenapa mereka menganggu felix? kenapa? memang nya felix salah apa?

"mereka cuma ngikutin. tapi arwah itu gak bisa ganggu chris, tenang aja." Jake kemudian tersenyum lebar, raut serius nya hilang entah kemena dalam waktu sepersekian detik. 

felix ingin sekali menonjok wajah menyebalkan Jake. bisa-bisa nya dia berfikir jika felix menghawatirkan chan disaat seperti ini. justru felix, lah yang tercam disini.

"kenapa mereka seakan-akan marah? aku salah apa?" air di pelupuk manaik felix sudah menggenang, kapan saja siap jatuh dari tempat asalnya.

"Aku juga heran semenjak kamu dateng mereka kelihatan banget risau. termasuk si merah yang bahkan ngikutin kamu sampai saat ini."  Ujar jake seraya tak henti menatap sesuatu di belakang felix, pria itu seperti memberi isyarat dan felix menegup saliva degan perasaan menjadi-jadi, perlahan ia memberanikan dirinya untuk membalikkan kepala menujusesuatu yang sedari tadi Jake perhatiakan.

tak ada apapun di belakang nya, hanya ada guci berisi bunga replika namun tak lama setelahnya Felix mencium bau anyir entah dari mana asalnya. bau ini yang selalu felix cium sebelum wanita merah itu datang. 

felix percaya jika ada sesuatu dibelakang nya walau nyataya ia tak dapat melihat.

"tolong, aku gak bisa hidup kaya gini. kamu bisa lihat mereka, kan?"

''cuma bisa liat bukan berarti ngusir. tapi aku tau kita harus minta bantuan siapa."

tak lama setelah jake mengucapkan kata-kata itu Hyunjin dantang menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. "kita bicarain nanti lagi." felix hanya mengangguk mengerti.

"jake pulang yuk, laporan gue belom selesai. deadline nya besok." ujar Hyunjin dengan panik. pria itu langsung meraih tas nya dan menarik tangan teman nya, isyarat menyuruh jake untuk cepat-cepat menuruti permintaan nya.

"aku pamit pulang. nanti ke sini lagi."

"k-kak felix, aku pamit." felix mengernyit ketika melihat raut ketakutan Hyunjin. mungkin saja tugas kuliah pria itu benar-benar di ujung tanduk.

"iya. kalian hati-hati, ya."

...

"STRESS ANJINGG!" Hyunjin mengumpat ketika keduanya berhasil keluar dari gedung apartemen, sementara jake yang di sebelah hanya bisa diam. 

ia cukup mengerti dengan apa yang terjadi dengan Hyunjin.

"gue ngeliat cewe baju merah dari tadi bangsattt! di belakang kak Felix! rambut nya panjang, serem banget asu, mau ngomong tapi lidah kelu! gue kira manusia, pas gue jalan mau ke kamar mandi ngelewatin dia--lo tebak apa yang gue liat?" jake tutup telinga nya yang sudah berdenging hebat. pria ini berujar tanpa jeda sedikitpun, jake yang mendengarnya saja pusing.

"lo liat kaki dia gak napak kan?"

"BANGSAT KOK TAU!" teriak Hyunjin histeris.

dan jake harus menyesal karena sudah berkata demikian.



TBCCCC


The House (Chanlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang