percaya?

1.2K 287 48
                                        

The house

Keduanya berjalan menuju kamar Felix guna memastikan. Felix bergidik ngeri dari belakang ketika melewati lorong remang-remang, entah karena takut pada Chan atau yang lain, entahlah.

Pintu di geser, hanya gulita yang menyapa indra pengelihatan sang pria. Lampu yang mati membuat Chan tak dapat melihat apapun isi kamar tersebut.

"Kenapa lampu nya mati?"

Felix hanya mampu menunduk seraya menggeleng cepat ketika Chan menatapnya penuh tanda tanya.

"Mau ke-kemana?" Felix menarik ujung kemeja Chan dengan pelan ketika mendapati sang suami hampir pergi meninggalkan nya. Tega sekali meninggalkan Felix sendirian di sini.

Melihat manik si pemuda taburan bintang berkaca-kaca entah kenapa membuat Chan merasa kasihan. "Saya mau ambil senter dulu." Felix lagi-lagi hanya mengangguk.

"I-ikut..." Felix mencicit kecil, untungnya suara itu terdengar oleh sang suami.

Chan tak menjawab ia hanya menarik lengan Felix, menuntun pemuda manis itu pergi meninggalkan kamar menuju dapur untuk mengambil lampu senter. Setelah itu mereka pun kembali menuju kamar dengan Felix yang setia mengekor dibelakang.

Pria bang mulai mengarahkan cahaya senter mengelilingi ruangan dan memperhatikan dengan seksama, jelas ia tak menemukan hal mencurigakan apapun disini. Felix menegup saliva ketika mendapati wajah menuntut penjelasan yang pria itu lemparkan.

"ta-tadi pas aku bobo ada yang ngelempar sesuatu ke kepala. Terus ada angin kuat dan lampu nya makin lama makin meredup." Ucap Felix panjang lebar, berharap Chan mau mempercayai nya namun sepertinya pria itu tidak yakin. Felix tau ini aneh, tapi ia tak pernah berbohong seumur hidup nya.

"Terserah kamu aja." Chan berspekulasi Felix hanya mencari perhatian padanya. Langkahnya baru saja akan pergi dari kamar dan meninggalkan kamar sebelum tindakan nya dicegah oleh si kecil.

"Tunggu." Chan hanya diam, Felix lepas jari besar itu lalu berjalan dengan tergesa menuju futon. Anak itu terlihat mengambil sebuah bantal dan guling lalu kembali menghampiri Chan, kepala nya sedari tadi ditunduk seolah-olah enggan menatap nya. Ah, ia paham jika Felix pasti tak berani tidur sendiri, tunggu-- apa ini termasuk rencana guna menarik atensi nya? Chan mendengus, sebenarnya pemuda kecil ini kenapa? "a-aku ikut keluar."

Felix sepertinya tak akan berani tidur sendirian malam ini. Hei, Bayangkan saja ia bahkan harus menahan takut berhari-hari selama ini walau tak ada hal yang aneh di kamar dengan kejadian aneh tadi jelas pertahanan yang ia bangun selama ini langsung hancur begitu saja.

kamar jake mungkin bisa ia gunakan dengan baik. pria itu tak akan mungkin menolak Felix.

Jika Chan perhatikan Felix kini sudah sedikit berubah, tak ada Felix yang galak ataupun cerewet, kini ia selalu terlihat takut jika berbicara. Se-seram itukah diri nya?

"mau kemana?"

"e-eh? a-aku..."

lagi-lagi Felix berbicara tak jelas ketika menjawab pertanyaan yang pria itu lontarkan. rasa gugup konyol ini benar-benar akan membunuhnya lama kelamaan. lagi pula ia juga mana berani menjawab jika ia ingin tidur di kamar Jake. Ya Tuhan, ia harus apa saat ini.

"saya temani tidur, sebelum itu kamu makan dulu." Jangan tanya kenapa Chan begini. Bayangan kata-kata Jake akhir-akhir ini selalu berputar di dalam pikiran nya. Jake selalu berkata jika Felix dan calon buah hati mereka rindu pada Chan yang notabene adalah sang ayah. kapan lagi pendosa ulung  seperti dia mau berbuat  baik?

"e-ehh..."

The House

Selama ini mereka memang selalu mengabiskan waktu berdua dengan canggung namun rasanya tak pernah mengalami canggung yang mencikik seperti ini. Sumpah demi apapun, Felix malah tak bisa terlelap dalam mimpi berkat eksistensi pria yang ada di sebelah nya sementara Chan yang sebenarnya belum tertidur karena terganggu oleh Felix yang sibuk bergerak dengan rusuh pun akhirnya berinisiatif untuk mendekat dan memeluk erat tubuh mungil Felix dari belakang, tak lupa ia juga mengusap perut Felix.

Tubuh si manis jelas menegang, setelah sekian lama ini adalah pertama kalinya Chan kembali memeluknya namun dalam keadaan yang sudah berbeda. Felix tak tau apa motif pria itu dan ia juga tak ingin tau.

Karena mencari tau hanya akan membuat Felix jatuh semakin dalam pada rasa sakit, ia akan menikmati kebohongan mapun sandiwara yang pria itu limpahkan kepada nya.

usapan jemari besar pria itu pada perut nya membuat Felix menggeliat tak nyaman bahkan sedikit rusuh, bukan nya ia tak suka hanya saja tubuh nya kini malah bereaksi berlebihan, sepertinya hormon senang kini tengah bekerja dengan baik.

"tidur sekarang atau saya buat terjaga kamu semalaman?" Felix membelalak ketika bokong nya di remas pelan dari belakang. Seolah paham kemana arah pembicaraan, wajah nya pun sempurna memerah malu. oke, sebaiknya Felix harus mengesampingkan rasa bahagia nya. ia harus cepat-cepat tidur atau ancaman itu akan terealisasi.

The House

Chan dan Felix sudah terlelap nyaman diatas futon dengan tubuh saling memeluk satu sama lain beberapa jam yang lalu sampai dimana keduanya harus terbangun ketika tubuh Felix di tarik paksa dalam rengkuhan hangat sang suami.

"AKK..." Felix berteriak ketakutan membuat Chan sempurna membuka manik nya dan segera meraih Felix mendekat kearahnya sebelum makin jauh tarikan itu membawanya ke ujung ruangan.

Felix tidak menarik diri dengan sengaja, sesuatu menarik telah menarik si manis menjauh dan chan tau itu. Chan melihat kaki Felix terangkat sperti ada yang menarik, Tapi siapa? di kegelapan malam pun Chan masih bisa melihat dengan jelas jika tak ada siapaun di sini selain mereka berdua. Masa bodoh, yang penting kini ia harus menenangkan Felix yang menangis tersedu-sedu.

"shtt... tak apa Felix, ada saya." Biasanya Felix akan tenang jika di perlakukan seperti namun sekaran sepertinya hal itu tidak berguna, Felix masih menangis bahkan lebih kencang dari sebelum nya. Tak ada pilihan lain Chan memilih opsi untuk menggendong pemuda kecil itu keluar dari dalam kamar, tangan nya tak berhenti mengelus rurai pirang nya berharap si manis mau berhenti menangis.

Jake datang dari arah kamar nya  dan langsung mendekat kearah Chan dan Felix. Ia sudah akan merenteti Chan dengan banyak pertanyaan namun hal itu sepertinya harus urung.

"hawa nya gak enak banget dari arah sana, kalo gak enak gitu tanda nya buruk." Ucap Jake.

Chan tidak peduli, sungguh ia sama sekali tidak akan peduli pada omongan sampah yang lagi-lagi Jake lontarkan padanya. Bagaimana bisa anak aneh itu berujar demikian dengan enteng di keadan yang sudah kacau seperti ini?

"kakak percaya sama omongan ku, gak?"

TBC

KAGET AKU, CEPET BGT VOTE NYA 100😭🖐🏿 LANGSUNG BURU-BURU UPDATE

Haruskah ak update setelah vote nya 100 lagi?

Maaci Sayangku😘

The House (Chanlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang