bDUT

1.1K 249 23
                                    

Bangchan, 32 thn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bangchan, 32 thn.

Felix Lee, 21 thn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Felix Lee, 21 thn

Jake Bang, 20 thn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jake Bang, 20 thn.

Happy reading

Felix terbangun dari tidurnya, presensi yang pertama kali ia lihat adalah tubuh tegap sanga adik ipar yang tengah tersenyum lebar menatap nya. Felix tentu merasakan dejavu untuk yang satu ini. ia memejamkan maniknya rapat-rapat, ini adalah mimpi buruk yang sebanarnya. 

Kenapa ia masih hidup? pertanyaan itu kini berputar-putar acak acak di dalam pikiran nya. Felix kira saat mata nya tertutup ia sudah mati.

"Selamat ya atas kehamilan nya." Ucap Jake, Pria jangkung itu langsung memeluk Felix tanpa aba-aba. Jake hanya menguarkan guyonan berkualitas rendah ketika mendapati Felix hanya terdiam dan tidak membalas pelukan nya. Oke, apa yang harus Jake lakukan saat ini agar Felix dapat memandang nya seperti dulu tanpa dinaungi ketakutan yang menyalak-nyalak?

Harus nya mereka tidak ceroboh dengan membawa mayat orang tak berguna itu ke ruang bawah tanah dan Felix tak perlu tau maka semua akan berjalan seperti perkiraan. 

Apa ia harus tiba-tiba mengatakan kalau Felix kemarin hanya sedang bermimpi? dan berharap Felix dengan polosnya akan percaya. Pria manis ini kan bodoh dan mudah percya perkataan orang.

"Oke, denger, Felix. Jangan takut, ya. Aku sama kak Chan sebenernya bukan orang jahat." Ucap Jake. Ia kini memberikan senyuman lebar terbaik yang ia punya kepada Felix, tujuan nya tentu agar Felix lebih percaya padanya. Jake dibuat semakin pusing, bukan nya percaya justru Felix makin terlihat ketakutan.

si jangkung kemudian menggelengkan kepala nya ribut, orang dungu pun tak akan mempercayai ucapan nya sampah yang ia lontarkan. Bahkan ia berusaha untuk mendorong Jake menjauh, masih dengan mata yang terpejam.

Sementara sosok tuan rumah yang ada di balik pintu hanya mendengus mendengar ucapan sang adik. Felix memang bodoh dan kadang terlihat konyol tapi mana mungkin anak keecil itu percaya dengan apa yang Jake lontarkan kepada nya.

Hidup Felix terasa di jungkir balik secara paksa, tak sekalipun ia membayangkan hal gila ini akan menjadi salah satu dari genre kehidupan nya.

Felix ingin pulang saja ke rumah orang tua nya lalu mengadukan perbuatan tidak manusiawi yang Chan dan Jake lakukan semalam. Felix hanya tak ingin mati menyedihkan di sini apalagi kini ada calon buah hati yang bersemayam di dalam perutnya.

Ia tak sudi memiliki suami seperti Chan, logika nya memang berkata demikian namun hati nya malah menjerit pilu karena jujur Felix mulai jatuh hati pada sang suami.

"Kak, jangan coba-coba bocorkan hal ini ke siapapun. Bahkan sebelum bocor kak Chris bakalan bikin kakak nyesel lebih dulu." Tak ada senyuman menakutkan yang pria itu pasang, yang ada hanya tatapan serius. Jake tidak bermaksud untuk menakut-nakuti Felix, ia hanya berujar apa adanya.

Felix tak mengerti dengan orang yang ada di hadapannya ini. Jake bisa selalu menebak isi kepalanya dengan benar tanpa meleset sedikitpun. Itu membuat Felix semakin ketakutan, semenjak pindah ke rumah ini semua orang yang felix temui bertingkah aneh dan tak wajar, baik itu Chan, Jake maupun para maid.

"aku mau pulang, hiks.." Felix kini sudah meledakkan tangisan nya membuat jake jelas kelimpungan sendiri. Jake tentu tak bisa menuruti permintaan Felix yang satu ini, walaupun ia sudah bersujud-sujud di depan sang kakak tetap saja keinginan Felix tak akan pernah terkabul.

Felix bisa meminta apa saja pada Jake asalkan bukan yang satu ini.

"Felix, kamu gak bisa pulang dan gak akan pernah pulang." Felix kenal suarah dingin yang begitu khas ini, si manis dengan cepat mengusap air mata dan membuang muka ketika melihat presensi sang suami. 

Chan menggeser pintu, ia melangkahkan kakinya masuk kedalam rungan dimana tempat Felix dan jake berada. Aura nya penuh dengan dominasi membuat Felix merasa tercekik sebab terintimidasi. Mengapa Chan kini sangat berbeda di saat Felix lambat laun sudah terbiasa dengan kehadiran nya?

"terserah kamu mau nurut engga tapi disini saya yang berhak nentuin semua nya." Jelas jika di dengar dari nada suaranya pria ini tak akan pernah bisa terbantah, apapun kata yang keluar dari mulutnya adalah sebuah perintah mutlak, Felix langsung paham akan itu.

Felix hanya diam tak menjawab sedikipun, ia hanya menundukkan kepala sedalam yang ia bisa sementara Chan hanya tersenyum kemenangan ketika melihat Felix pasrah.

The House


Semenjak itu felix dan Chan tidur dengan kamar terpisah, Felix masih tidur di kamar utana sedangkan Chan tidur di kamar lain nya yang berada tak jauh dari Felix. Intensitas pertemuan keduan nya juga semakin langka, mereka bahkan tak lagi saling bicara sejak saat kejadian itu.

Felix lebih memlilih untuk mendekam diri di dalam kamar walaupun sebenarnya ingin bertemu dengan sang suami.

Felix kira itu bagus untuk ya dengan begitu ia makin mudah untuk melupakan rasa suka sejenaknya pada pria itu, namun apa daya jika spekulasi tersebut kini menjadi angan-angan kosong sebab Felix makin merindukan sosok Chan. Felix tau sistem kinerja otak nya sedang bermasalah.

Felix bahkan beru sedikit merasakan indahnya hati berbunga-bunga ketika jatuh cinta namun kini ia malah merasa patah hati lebih banyak.

pria itu, Felix ingin kembali merasakan pelukan hangat sebelum tidur hingga menjelang pagi,  Felix juga rindu dengan pipi semu merah jambu yang akan muncul ketika chan menggodanya. ia menyesal harus tahu semua itu, ia sungguh menyesal. ia tak masalah harus menghabiskan hidup dalam kebongan yang Chan inginkan, sekali lagi ia akan menyatakan secara gamblang  tak apa karena yang penting baginya adalah Chan kembali seperti dulu.

Memang secara fisik kini ia hidup dengan baik namun Felix rasa tidak dengan psikis nya. beban pikiran nya semakin banyak, makin lama bertambah besar.

The House (Chanlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang