ruangan

1.7K 321 44
                                    

Seperti hari-hari yang sebelumnya, kehidupan Felix tetap berjalan seperti biasa dan semestinya. Tak ada yang spesial di keseharian, semua tampak sama dan tidak menarik.

Ia tak sadar sudah beberapa minggu berada di tempat ini. Hanya berada di dalam rumah layaknya terkurung dalam sangkar emas.

Lagi pula Felix akan pergi kemana? Kanan kiri rumah ini hanya diisikan oleh pohon-pohon, sedangkan rumah warga berada lumayan jauh, kira-kira berjarak dua kilometer dari rumahnya.

Orang-orang di rumah ini terlalu pasif sama seperti nya. Semenjak bibi Lee pergi tanpa kabar Felix merasa makin kesepian, padahal jarang sekali ia merasa cocok dengan orang lain. Jika ia bertanya kemana bibi Lee, pasti maid yang lain langsung berkata aneh menghindari nya.

Yang bisa Felix lakukan saat ini hanya duduk berdiam diri di teras belakang rumah seraya menatap kolam jernih yang berisi banyak ikan hias.

Semenjak menempati tempat ini Felix merasa sangat aneh, seperti ada yang tidak beres entah itu dengan dirinya sendiri atau yang lain, Felix tak tau pasti di tambah dengan kedatangan tamu tak di undang itu, mau tak mau membuat Felix makin memikirkan nya.

Tak sadar jika langit sudah siap menggelap, Felix tersadar ketika mendengar suara benda jatuh yang berasal dari dalam rumah.

Felix kemudian bergegas bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju tempat yang ia yakini sebagai sumber suara.

Felix mengeryit ke arah rumah yang terlihat gelap, matahari sebentar lagi benar-benar akan terbenam.

"Walaupun tidak pernah pamit, setidaknya sebelum pulang mereka menyalakan lampu rumah seperti biasanya." Felix bergumam dengan kesal sembari berlari-lari kecil mencari tombol untuk dinyalakan sebelum rumah ini benar-benar gelap gulita. Hal tersebut cukup memakan banyak waktu sebab rumah ini terlalu besar.

Beberapa cahaya penerang di rumah berhasil ia nyalakan namun ruang belakang disana sempat ragu untuk ia jamah. Niat hati ingin mengabaikan, namun sialnya Felix adalah pribadi yang totalitas sehingga mengabaikan ruangan ini sama saja membuat nya tak tenang.

Setau nya ruangan itu mengarah ke ruang bawah tanah, tempat yang pernah Chan wanti-wanti untuk dijauhi oleh nya yang, entah karena alasan apa.

Cukup mudah ia hanya perlu menekan tombol dan buru-buru pergi. Felix tau jika biasanya lampu di ruangan ini juga turut di nyalakan, berarti tak ada salahnya bukan jika ia menyalakan lampu yang ada di sana? dengan begitu ia tak usah takut dimarahi kembali.

Konyol memang, bisa-bisanya ia dimarahi hanya karena sebuah lampu bohlam tua nan usang, dengan alasan itu adalah lampu yang sudah ada sejak dulu kala.

Dasar kolot!

Felix Akhirnya berjalan menuju ruangan yang sudah sepenuhnya gelap jika di masuki tersebut dan buru-buru mencari saklar.

Saat memasuki ruangan ini, Felix dibuat keheranan, baru saja terjadi perubahan suhu di tempat ini. Disini sangat panas dan pengap sangat berbeda dengan ruangan lainnya yang terbilang cukup sejuk, tak heran karena rumah ini di kelilingi oleh pohon-pohon besar yang menjulang tinggi.

Hawa hangat masih saja terasa. Iseng, Pikiran konyolnya tiba-tiba teringat akan sesuatu. Ia juga pernah merasakan hal ini saat berdesakan di dalam lift. Rasanya sesak seperti berbagi nafas dengan orang lain.

Setelah menemukan saklar dan memastikan lampu telah hidup ia langsung bergegas pergi menuju kamar guna membaca novel sembari menunggu kepulangan sang suami.

The house

Felix tersenyum malu-malu dengan semburat merah samar yang menghiasi wajah, manik nya fokus menatap buku yang sudah bertengger apik dikedua tangan nya. Salah satu karakter yang ada di buku ini sangat romantis, ia cukup terbawa suasana jadinya.

Felix meletakkan bukunya kemudian perlahan berbaring, ia cukup mengantuk saat ini. Seperti nya ia terlalu lelah untuk menunggu Chan pulang walau nyatanya seharian tidak melakukan apa-apa.

Baru saja maniknya terpejam suara yang berasal dari pintu berhasil mengusik nya. Felix mengerjap dan melihat seorang pria menggeser Shōji.

Felix hanya diam, samar-samar memperhatikan gerak-gerik Chan. Pria itu kini tengah berdiri di depan lemari membelakanginya. Manik Felix leluasa menatap punggung kokohnya, ia terus mengamati bahkan saat pria itu membuka jas kantornya sebelum kemudian membuka kemeja untuk di ganti dengan pakaian rumahan.

Felix meneguk saliva kesusahan, tubuh yang Chan miliki saat indah. Terlihat dari punggung serta lengan berotot nya yang terbentuk sempurna. Felix bisa gila dibuat nya kalau begini.

"Kamu natap saya seolah-olah mau nerkam, ada apa?" Tanya pria itu.

Felix serasa mati di tempat saat pria itu berujar demikian. Dengan panik ia buru-buru membalikkan tubuhnya yang mana hal itu membuat Chan berhasil mengembangkan senyum tipis nya.

Si manis semakin kalang kabut ketika mendengar langkah kaki pria itu semakin mendekat ke arah nya. Tubuh ringkih nya di peluk dari belakang, Felix sama sekali tidak menolak, namun ia bisa merasakan jika Chan tidak memakai baju membuat jantung berdetak dengan tak semestinya.

"Saya lapar, bisa buat sesuatu?" Bisik nya.

Felix menenggelamkan wajahnya semakin dalam dibawah selimut. wajahnya kembali memanas bak kepiting rebus, entah kenapa ia tiba-tiba ciut seketika.

Suaminya itu lapar akan apa? Lapar ingin makan makanan atau lapar dalam tanda kutip. Felix tidak terlalu polos, Banyak novel dewasa yang sudah ia baca, seperti nya hal itu membuat otak nya terkontaminasi. Ingin menangis, Felix sama sekali tak mengerti maksud dari pria itu.

Bagiamana jika Chan ingin 'menyentuh' nya sekarang? Frustasi, Felix belum memiliki persiapan apapun untuk hal ini.

Oh, tidak. Pikiran Felix sekarang mulai bercabang kemana-mana.

"Mungkin ramen atau nasi goreng?" Lanjut pria itu.

Rasa nya seperti tersambar petir, ia hanya terlalu banyak berfikir. Ini terlalu memalukan!

Setelah itu semua radar pandang nya menjadi gelap, Felix pingsang seketika.

Chan Mengernyit heran ketika merasakan perubahan dari Felix. Punggung mungil pemuda manis itu awalnya menegang sebelum tiba-tiba melemas secara tiba-tiba.

"Felix? Hei! Kamu kenapa?"

Oh, Felix. Selamat kau berhasil membuat Chan panik seketika.

Padahal si manis itu pingsan karena terlalu malu dengan perlakuan mu.

TBC

The House (Chanlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang