lembaran

1.1K 269 42
                                    

"Felix, hari ini kamu mau makan apa?" Jake masuk kedalam kamar Felix, ia lalu mendudukkan dirinya tepat di samping futon yang tengah felix tiduri. semenjak kejadian itu Felix hanya bermalas-malasan sepanjang hari dan bergelung di atas hangat nya futon tanpa mau melakukan hal apapun.

Hal itu membuat Jake khawatir karena Felix terlihat tidak aktif seperti biasanya. Hal ini tentu akan membahayakan kesehatan calon buah hati bahkan Felix sendiri dan juga Jake jadi tidak punya teman.

"Gak mau." Jawab Felix singkat dengan suara lemah nya. Jake menghela nafas gusar.

"anak yang ada di perut mu ini bisa terancam kalau kamu suka mogok makan." Jawab Jake berharap jika Felix akan menuruti perkataan nya.

Felix kini berusaha menahan diri nya mati-matian untuk tidak menangis. Felix rasa tak ada yang memperdulikan nya dengan tulus, Jake hanya karena janin yang ada di perut nya tidak dengan dirinya.

Bukan nya Felix membenci sang buah hati, ia sangat menyayangi nya walaupun Chan tak pernah peduli pada mereka. Felix hanya terlalu sensitif dan mudah overthinking pada hal-hal kecil, contohnya sekarang.

Felix merasa hidupnya jauh lebih hampa dari sebelumnya, semua ini karena Chan. Rasa rindunya akan pria itu mekin menjadi-jadi walau sebenarnya ia takut jika di pertemukan dengan pria itu. Oke, mungkin saat itu ia hanya terlalu shock tapi saat ini Felix berusaha untuk menerima kenyataan.

Melihat punggung Felix bergetar Jake hanya bisa meringis, kali ini apa lagi salahnya? Jake rasa semua yang ia lakukan di mata Felix selalu salah. Diam-diam ia menggeram rendah, harusnya Chan yang ada di sini bukan dirinya. Bersyukur, Jake sudah menganggap Felix sebagai keluarga nya sendiri.

Lihat saja kalau begini terus menerus Jake benar-benar akan menyuruh Felix untuk menceraikan Chan, lebih baik ia saja yang menikah dengan Felix. Tolong ingatkan Jake untuk berbicara hal ini dengan sang kakak.

"Maaf oke... Jangan nangis."

Tak ada jawaban dari Felix, hanya terdengar suara isakan-isakan kecil yang ia keluarkan kalau sudah begini bisa di pastikan Jake tak bisa berbuat apa-apa. Ia memilih untuk bangkit dan berjalan keluar menuju ambang pintu, sebelum keluar ia sempatkan diri untuk berbicara kepada Felix.

"Susu nya aku taro di meja, jangan lupa kamu minum. Kalau ada apa-apa panggil maid atau ke kamar ku." Pria itu akhirnya lenyap di balik pintu.

Felix merasa bersalah selama ini ia selalu merepotkan Jake, pria itu aneh itu baik dan kelihatan tulus namun Felix benar-benar tengah dalam kondisi yang buruk. Hasrat nya seakan menghilang jauh entah kemana, ia hanya ingin Chan peduli dan tahu kondisi nya saat ini, setidaknya.

Felix ingin melihat wajah pria itu tiga kali sehari, ck sudah seperti obat saja.

The house

Ruang tamu yang biasanya terlihat sepi kini telah terisi oleh entitas sang tuan rumah. Chan baru saja sampai, tubuh nya lelah karena seharian penuh berkutat dengan masalah dalam dunia kerja nya tak selesai selesai. Perlahan ia dudukkan dirinya guna melepas penat namun tak lama setelah Jake datang dengan raut khawatir yang kentara.

Chan menghela nafas, sebab raut Jake suram begitu pasti berhubungan dengan Felix.

Ia terpaksa bangkit dari sofa setelah mendengar laporan detail yang Jake berikan, "suruh maid siapkan maknan kesukkan anak itu, saya yang antar." ucap Chan pda jake sebelum menghilang di panjang nya lorong.

Tak butuh waktu lama bagi Chan untuk membersihkan diri sebelum memutuskan untuk pergi ke kamar Felix. Kalau sudah begini ia benar-benar harus bertemu dengan anak nakal itu dan berbicara supaya tidak merepotkan Jake maupun dirinya.  Tak lupa sepiring makanan kesukaan sang suami pun ia bawa.

The house

Felix masih bergelung di atas kasur, tangis tak berguna nya pun kini sudah mereda. Mata nya memberat, Felix rasa ia lelah walau nyatanya ia tak melakukan hal apapun seharian. Sebaiknya Felix tidur untuk memperbaiki mood berantakan nya.

Ia baru saja akan memejamkan mata dan terlelap dalam bunga tidur, namun hal tersebut harus di urungkan ketika mendapati sebuah benda berukuran kecil terlempar di atas kepalanya.

Felix jelas meringis, itu terasa sangat ngilu. Ia mengelus kepala nya seraya menggapai benda yang baru saja terlempar tak jauh dan mengernyit setelah nya, Felix berfikir keras ketika melihat benda yang tak asing itu.

Ah, ini adalah kalung yang pernah di berikan oleh mertua nya.

Sebentar— Felix rasa ada yang tidak masuk akal disini.

Semilir angin berhembus melewati perpotongan tengkuknya dengan sangat cepat layaknya kedipan mata, Felix yakin jika tak ada kipas maupun jendela yang ia biarkan terbuka disini. Pria bertabur bintang itu merasa gamang setelah tersadar akan sesuatu.

Felix tak mau memikirkan dari mana datangnya angin, kepala nya kini hanya tertuju pada kalung yang telah Felix dapatkan dari sang mertua pada malam itu— si manis tiba-tiba merinding ketika mengingat kembali hal tersebut, entahlah ia juga tak yakin siapa gerangan dua orang yang sudah bertamu saat itu.

"Shit, siapa yang lempar?" Felix menatap segala arah ruang kamar ini, ia sama sekali tak mendengar pintu kamar di buka setelah kepergian Jake. So, jelas tak ada siapapun di dalam sini dan sial nya lampu kamar yang memang sudah remang lama-lama makin meredup secara tiba-tiba.

Semua ketidaksengajaan ini makin tak masuk akal ketika datang disaat bersamaan. Tanpa ingin berfikir lebih panjang Felix lun memutuskan untuk berlari menuju pintu dengan kesetanan. Felix yakin ada orang yang tengah bersembunyi di dalam kamar ini.

The House

Chan mengernyit heran ketika melihat Felix berlari dengan tergesa-gesa dari kejauhan menuju dirinya, anak itu menangis dengan mata terpejam. Semua terjadi begitu saja, piring yang Chan bawa tumpah karena tubrukan kecil yang mereka dapatkan, syukurnya sebelum Felix jatuh ia sudah lebih dulu sigap menangkapnya.

Felix terdiam, ia tak tau jika betemu dengan Chan dalam keadaan menubruk dan memecahkan piring adalah hal terburuk dari pada keanehan tadi. Bagaimana ini? Mengingat sang suami yang cukup perfeksionis membuat tubuh Felix lemas akan ketakutan bertambah dua kali lipat.

Bagaimana jika Felix membuat nya marah dan berakhir di bunuh? Pria itu pasti sudah menahan diri untuk waktu yang lama.

Melihat Felix tiba-tiba menangis dengan tersedu-sedu entah kenapa membuat Chan kelabakan. Kenapa dia yang menangis saat membuat kesalahan?

"Hei, ada apa?"

Dan kenapa pula ia harus peduli?

"Pi-piring pe...cah." Felix menjawab dengan susah payah, pria itu sebentar lagi pasti akan meledak dan memaki Felix habis-habisan. Di mana Jake?.  Apa Felix harus kabur?

"Masih sama bodohnya." Gumam pria itu ya g mana masih dapat Felix dengar dengan jelas sejelas-jelasnya. Pria itu menggelengkan kepalanya tak habis pikir dan itu jelas membuat Felix makin merasa buruk tak karuan.

Kan... Sudah Felix bilang.

"Gimana bisa kamu nge-khawatirin piring? Maksud saya kenapa kamu lari-lari?"

Walau masih tak percaya dengan apa yang di dengar Felix tetap menjawab pertanyaan pria itu. "Di ka-kamar ku kayaknya ada orang kak, a-aku takut..."

TBC

Aku update nunggu vote nya 100 biar engk greget liat nya😭🖐🏿


The House (Chanlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang