"Lo gak minta jemput Kak Jeno?" tanya gadis berambut panjang yang berdiri tepat di sebelah Jena.Jena menggeleng, "Kak Jeno sama Jihan lagi ambil barang di Bandung." jelasnya singkat.
Teman di sebelahnya hanya mengangguk mengerti, "Tapi, ini gue duluan gapapa? Apa lo mau gue tungguin dulu?"
"Gak usah Yun, lagian masih rame kok." jawab Jena sambil menggerakkan kepalanya ke belakang, mengisyaratkan Yuna kalau di belakang mereka masih banyak murid yang menunggu.
Yuna mengangguk lagi, kemudian mereka kembali terdiam mendengarkan suara hujan yang sebenernya cukup berisik bagi Jena.
Hari ini nyatanya tidak sesuai harapan Jena. Ia berniat untuk menghabiskan waktu sorenya di taman dekat komplek sekolah, hitung-hitung menghindari rebahan dan scroll media sosial saat di rumah nanti sebab Jeno dan Jihan belum sampai. Tapi, hujan malah turun deras tepat setelah bel pulang sekolah berbunyi.
"Eh, Jen. Jemputan gue udah dateng!" seru Yuna, sambil menatap iba ke arah Jena yang tengah memasang tampang malas. "Jangan nakal ya lo, gue tinggal sendiri."
Jena melotot kaget, "Gue udah 17 tahun, Yuna! Udah sana pulang lo."
"Dih, diusir gue." Yuna mendelik. "Ya udah, byebye Jena. Chat aja kalo lo gabut!"
Jena mengangguk, dengan begitu Yuna berlari kecil menerobos hujan untuk masuk ke dalam mobilnya. Jena melambai sebentar ketika mobil Yuna meninggalkan pekarangan sekolah, lalu ia melihat sekitar.
Banyak murid bermuka masam, pasti karena jam pulangnya jadi tertunda akibat hujan. Sama seperti Jena sih, sekarang ia bingung harus melakukan apa karena Yuna sudah pulang.
Jena pun memutuskan untuk masuk kembali ke dalam gedung sekolah. Mungkin ia akan pergi ke lobby untuk mendapatkan tempat duduk sembari menunggu hujan reda. Ia berjalan melewati tumpukan siswa-siswi yang bergerombol di area teras sekolah, ada yang mendengarkan musik, bergosip bersama temannya, ada juga yang bergumam kesal akibat hujan tak kunjung reda.
Setelah menemukan sofa kosong yang terletak tak jauh dari ruang kepala sekolah, Jena mendaratkan badannya untuk bersandar di sandaran sofa yang cukup empuk. Namun sebelumnya, ia kembali memasang cardigan yang sebelumnya sempat ia lepas. Udara semakim dingin akibat hujan.
Lama-kelamaan, Jena merasakan matanya yang semakin berat. "Ya Allah, ngantuk." gumamnya sambil mengusap-usap matanya, berharap rasa kantuknya hilang.
Namun, apa daya. Jena malah larut dalam suasana nyaman yang diciptakan hujan, belum lagi udara sejuk, dan aroma tanah yang disebablan oleh hujan.
Jena pun tertidur.
• • • • •
"Neng, bangun."
Jena mengernyit, merasakan tepukan lembut yang menghantam bahunya beberapa kali. Sebelum matanya terbuka, ia meregangkan sebentar kedua tangannya yang terasa pegal akibat tertidur dengan posisi duduk.
"Neng, sekolah udah mau ditutup." ucap seseorang yang sukses membuat Jena membuka kedua matanya lebar-lebar.
Jena melongo, mendapati Mang Hoseok yang sedang menyengir lebar.
"Eh, Mang. Ya ampun." Jena membenarkan posisi duduk dan juga rambutnya yang sedikit berantakan. "Aku ketiduran."
Mang Hoseok tertawa kecil, "Udah jam 5 sore, Neng, hujan juga udah berhenti. Neng gak mau pulang?"
"Mau atuh, Mang." Jena ikut tertawa. "Makasih ya, Mang, udah dibangunin."
Mang Hoseok mengangguk, "Iya, Neng, sama-sama. Tadi juga Mamang gak tau kalo masih orang di dalam sekolah. Eh si aa bilang masih ada yang tidur di lobby."
Jena yang sedang merapihkan tasnya pun mengernyit bingung, "Aa siapa, Mang?"
"Itu, di parkiran." Mang Hoseok mengarahkan dagunya ke arah luar gedung sekolah. "Ya udah, Mamang keluar dulu ya, Neng. Mau cari gembok tadi di bawa si Cimot kabur."
Jena pun mengangguk sambil tertawa lepas, sedetik kemudian Mah Hoseok berlari kecil keluar gedung sambil bergumam "Pushh.. cimot! Balikin gembok Mamang!"
Selesai merapihkan tas dan membenarkan cardigan nya, Jena melangkah keluar sambil membuka aplikasi ojek online di ponselnya. Banyak genangan air di luar sekolah, tak heran karena hujan tadi sangat deras. Jena melangkah hati-hati melewati genangan sebab sepatu yang ia pakai hari ini berwarna putih.
Sesampainya di teras sekolah, tepat sekali ada ojek online yang menerima order nya. Jena pun memutuskan untuk menunggu di sana.
Tak lama. suara bising knalpot motor menyadarkan Jena dari lamunannya. Ia menoleh ke arah sumber suara, mendapati seseorang yang menaiki motor besar berwarna hitam tengah menatap ke arahnya. Jena menaikkan sebelah alisnya, "Siapa?" batinnya. Helm full face yang dikenakan orang itu terlalu menutup sang empunya. Jena hanya bisa melihat sepasang mata yang menatap tertuju padanya. Namun Jena tetaplah Jena, ia tidak peduli.
Setelahnya, keluar sesosok perempuan berambut coklat dengan senyum lebarnya berlari ke arah motor tersebut. Ia adalah Lea, anak kelas 11 IPA yang bersebelahan dengan kelas Jena. Tanpa aba-aba Lea menaiki motor si lelaki hingga motornya sedikit goyang. "Pacarnya Lea, pasti." batin Jena lagi.
Jena terus menatap ke arah mereka-- ah tidak. Jena menatap laki-laki yang mengendarai motornya. Tentu karena ia tampan, tapi kenapa Jena juga ditatap olehnya? Jena kan jadi bingung. Sedetik kemudian si lelaki sedikit menganggukkan kepalanya, seperti memberikan isyarat pada Jena bahwa ia pamit untuk pergi terlebih dahulu.
Jena mengernyit, tak mengerti maksud dari anggukan itu apa. Ia terus memerhatikkan ketika motor itu berbalik arah dan tancap gas meninggalkan sekolah yang sudah sepi.
Sedetik setelah suara khas motor besar itu hilang dari pendengarannya, entah kenapa Jena merasa penasaran. "Apa jangan-jangan itu orang yang ngasih tau Mang Hoseok kalo gue tidur?"
Tiin!!
"Mbak! Mbak Jena ya??"
Jena mengangguk, "Iya, Pak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You to Stay || Lee Heeseung Enhypen
FanfictionJena terus menatap ke arah mereka-- ah tidak. Jena menatap laki-laki yang mengendarai motornya. Tentu karena ia tampan, tapi kenapa Jena juga ditatap olehnya? Jena kan jadi bingung. Sedetik kemudian si lelaki sedikit menganggukkan kepalanya, seperti...