Chapter 23

726 118 5
                                    


Jena menatap sekitarnya. Gelanggang olahraga ini sangat asing di matanya. Tentu, gelanggang ini bisa dibilang cukup jauh dari sekolah maupun rumahnya.

Di hadapannya ada Heeseung yang masih menatap helm mereka di atas motor. Laki-laki itu memperhatikan adik kelasnya dengan senyum kecil. Mata Jena membesar dengan tatapan yang berbinar.

"Gede banget gelanggangnya." komentar Jena.

Heeseung mengangguk, "Emang dipake buat acara-acara yang besar soalnya."

Jena mengangguk-angguk, menyadari fakta bahwa acara yang sedang ia kunjungi ini juga lumayan bergengsi. Heeseung mendekatinya, sebelum sama-sama berjalan berdampingan memasuki gate.

"Kak Heeseung!" seorang laki-laki yang berdiri tak jauh dari gate melambai ke arah mereka.

Jena mengernyit, lantas menoleh pada Heeseung yang tengah membalas lambaian laki-laki tersebut.

"Apa kabar, Niel?" tanya Heeseung, sesampainya di tempat laki-laki yang menyapanya. Kemudian melakukan chest bump.

"Baik, Kak, alhamdulillah." jawab laki-laki yang bernama Daniel. Kemudian ia melirik Jena, "Kan gue udah feeling pasti lo ajak cewek." ucapnya, kemudian mengeluarkan dua tiket masuk dari saku celananya.

Jena yang mendengarnya pun menunduk malu. Sementara Heeseunrg tertawa sambil mengacak rambut Daniel kemudian menerima tiket yang Daniel sodorkan. "Kenalin, Daniel. Adek kelas gue waktu SMP." ucap Heeseung pada Jena. Sementara Daniel menjulurkan tangannya.

Jena tersenyum, menjabat tangan Daniel. "Jena."

"Pacar Kak Hee?" tanya Daniel.

Lantas Jena menggeleng, "Adik kelas."

"Berarti kita seumuran dong?" tanya Daniel, pada Heeseung.

Heeseung mengangguk, "Tapi gak usah genit lo." ucapnya yang membuat Daniel tertawa. "Lo main jam berapa?"

"Nih, habis ini. Ayo makanya masuk, gue harus brief." kata Daniel, kemudian memandu Heeseung dan Jena memasuki gate.

Memasuki hall utama gelanggang yang merupakan lapangan basket, Jena sontak menutup telinganya kala sorak sorai dari para penonton terasa menggelegar di telinganya. Heeseung tertawa, ikut menutupi telinga Jena dengan kedua tangannya.

Pasalnya, ada salah satu supporter yang membawa bass drum. Jika kalian ingin tau, selain sensitif dengan wewangian, Jena juga sensitif dengan suara-suara kencang. Itu akan membuatnya panik.

Jena melepaskan tangan Heeseung perlahan ketika mereka memasuki tribun. Dari sini, suara-suara yang didengar Jena tidak terlalu berisik.

"Kak Sunghoon sama Yuna belum nyampe ya?" tanya Jena.

Heeseung mengangkat kedua bahunya, "Katanya ke rumah Sunghoon dulu sih sebentar."

Setelah memastikan Heeseung dan Jena mendapat tempat duduk, Daniel tersenyum. "Gue cabut dulu ya, Kak." ucapnya cepat. "Pamit ya, Na." tak lupa ia tersenyum pada Jena.

Heeseung mengacungkan ibu jarinya, sementara Jena hanya tersenyum ramah.

"Pernah nonton basket kayak gini?" tanya Heeseung.

Jena mengangguk, "Nonton Kak Jeno tanding. Dia kan dulu anak basket juga." jawabnya.

"Oh iya." Heeseung mengangguk-angguk.

I Want You to Stay || Lee Heeseung EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang