"Tau apa aja lo?" tanya Jena, begitu menjulurkan tangannya ke arah sudut bibir Jake.Jake menunduk, "Semua." gumamnya. Ia kembali mendongak begitu Jena meraih dagunya, agar gadis itu bisa membersihkan bekas darah yang berada di sudut bibirnya. "Karena gue selalu tau apa yang Heeseung lakuin, termasuk yang dia lakuin di belakang lo."
Jena menarik nafas dalam, masih mencoba fokus untuk membersihkan luka di wajah Jake.
"Pertama, ke Kalimantan cuma alibi, Na. Heeseung emang kaget di hari itu, cuma setelahnya Lea ngasih tau dia kalo itu cuma alesan supaya dia bisa ngehindar dari lo." jelas Jake.
Jena hanya diam mendengarkan.
"Dari sebelum kalian pacaran, mereka udah sering jalan. That's why gue lebih sering anter lo pulang, karena Heeseung juga sering jemput Lea di sekolahnya." lanjut Jake yang sampai saat ini belum mendengar kata "berhenti" dari mulut Jena. "Dan Yuri yang selama ini lo curigain, ya-- itu Lea. Jung Yuri dan Jung Leanor itu orang yang sama. Masih inget komentar di post-an Heeseung? Itu akun anonim Lea juga. Mereka pacaran, Na." Jake menambahkan. "Gue tau semuanya, sampai hal terkecil pun."
Tanpa di sadari, Jena kembali meneteskan air mata. Dengan senyum tipis di bibirnya, dan masih mengoleskan salep di beberapa luka memar Jake.
"Maaf, gue gak pernah cerita padahal gue selalu tau apa aja yang dilakuin Heeseung. Karena gue selalu yakin Heeseung akan berubah." ucap Jake. "Bahkan sampai sekarang pun gue masih yakin dia akan berubah, walaupun keliatannya berbanding terbalik sama keyakinan gue." Ia mendengus kencang, melihat Jena sudah selesai dengan kegiatannya. "Sorry."
Jena mengusap air matanya, kemudian mendongak. "For what?"
Jake tertawa kecil, "Gue keliatan kayak ngehancurin hubungan kalian gak sih?" tanyanya.
"Lo nyelamatin gue malah." jawab Jena, masih tersenyum. "Thanks."
Jake menyandarkan punggungnya, melihat sekitar rumah Jena yang kini terlihat sepi. Waktu sudah menunjukkan pukul enam lebih, Jake pikir ia harus buru-buru pulang sebelum Jeno datang.
"Gue kayaknya harus pulang deh. Kak Jeno pasti kaget kalo liat gue begini, kan?" tanya Jake dengan aksen meledek di akhirnya.
Jena tertawa kecil, "Bilang aja abis gue gebukin. Pasti gak kaget lagi dia."
Jake tertawa lagi, "Yauda, gue balik deh. Makasih ya."
"Makasih juga, Kak. Maaf, muka ganteng lo jadi begini." ucap Jena sambil memerhatikan keseluruhan wajah Jake yang sedikit mengenaskan.
"Jadi lo ngakuin gue ganteng?"
Jena mendecih, "Biar lo seneng aja."
Keduanya sama-sama tertawa. Kemudian Jake meraih kunci mobilnya, berpamitan, sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan rumah Jena. Sebenarnya Jake sempat menimbang-nimbang, haruskah ia pulang atau menunggu sampai Jeno datang? Jake agak khawatir meninggalkan Jena sendirian seperti ini, tapi di sisi lain Jake paham kalau Jena sedang butuh waktu sendiri.
Jena menghela nafas panjang setelah mobil Jake hilang dari pandangannya. Ia meraih kotak obatnya sebelum kembali melangkah masuk ke dalam rumah.
Seketika ia ambruk di balik pintu. Kedua kakinya lemas, bahkan rasa sesak yang sedari tadi ia tahan kini meluap semua. Ia menunduk, sambil memeluk kedua lututnya. Air matanya turun dengan deras, saking derasnya bahkan Jena sampai tidak bisa bersuara.
Laki-laki yang selama ini ia kagumi ternyata tidak jauh beda dengan seorang penipu. Jena merasa bodoh karena selalu merasa dicintai, disayangi, diperhatikan, tapi nyatanya tidak hanya dirinya yang menerima semua itu. Maksudnya, ada wanita lain yang juga menerima kaaih sayang Heeseung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You to Stay || Lee Heeseung Enhypen
FanfictionJena terus menatap ke arah mereka-- ah tidak. Jena menatap laki-laki yang mengendarai motornya. Tentu karena ia tampan, tapi kenapa Jena juga ditatap olehnya? Jena kan jadi bingung. Sedetik kemudian si lelaki sedikit menganggukkan kepalanya, seperti...