Jena merapihkan kunciran rambutnya setelah melepas helm milik Heeseung. Kalau boleh jujur, Jena sempat mengira helm Heeseung akan berbau keringat seperti milik Kakaknya. Tapi nyatanya tidak, helm Heeseung justru memiliki aroma yang khas seperti wangi jeruk--?Jena-- cukup menyukainya.
Aromanya, maksud Jena.
"Kakak langsung pulang?" tanya Jena yang sedang menatap Heeseung. Bagaimana bisa Heeseung langsung pulang kalau ia saja sudah berdiri mengikuti Jena.
Heeseung menggeleng, "Mau liat Adek lo."
Jena mengangkat kedua bahunya, terlihat tidak peduli. Ia membalikkan badannya lalu melangkah menuju pintu masuk daycare. Sudah banyak orangtua yang menjemput anaknya, cukup ramai mobil yang terparkir di luar.
"Tante Miyeon!" Jena memanggil seorang perempuan cantik setengah baya yang terlihat anggun dengan senyum ramahnya.
Yang dipanggil menoleh, melambai kecil ke arah Jena. Jena berlari kecil menghampiri.
Tak lama, sang adik yang sedang tertidur di dalam stroller keluar dengan seorang suster yang mendorongnya.
"Ya ampun, Jihan tidur mulu ya, Tan!" Jena meringis, melihat adiknya yang tertidur pulas dengan sebotol susu di tangan kirinya.
Tante Miyeon tertawa, "Jihan anaknya aktif, jadi kalo udah sore begini pasti capek." jelasnya. "Gak sama Jeno, Na?"
Jena menggeleng, "Enggak, Tan. Kakak masih ada kerjaan, katanya bakal pulang malem."
"Ooh," Tante Miyeon mengangguk. "Terus-- ini siapa? Pacar Jena?" Tante Miyeon terkikik kecil.
Jena terbelalak, menoleh ke arah Heeseung yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping kanannya. "Temen, Tan. Kakak kelas Jena."
"Heeseung, Tante." Heeseung meraih tangan Tante Miyeon dan langsung mencium tangannya. Ah, pribadi anak lelaki yang disukai Ibu-ibu.
"Kalian pulangnya gimana? Jihan lagi tidur, loh." tanya Tante Miyeon.
"Nanti Jena pesen taksi online aja, Tante. Saya ikutin dari belakang." Heeseung memberi saran.
Jena mengangguk menyetujui walaupun tidak sepenuhnya, kalimat mengikuti dari belakang rasanya tidak perlu.
Setelah mengambil semua perlengkapan Jihan dan berpamitan dengan Tante Miyeon, Jena dan Heeseung melangkah ke arah parkiran. Heeseung menyodorkan ponselnya ke hadapan Jena, "Udah gue pesenin, tunggu." ucapnya.
"Yauda, Kakak pulang aja. Udah sore," kata Jena.
"Gue anter lo dulu sampe rumah. Bahaya berduaan doang, apalagi Adek lo masih sekecil ini," Heeseung mengarahkan dagunya ke arah Jihan yang masih tertidur pulas.
Jena mendengus, membiarkan Heeseung melakukan apa yang memang dia ingin lakukan.
"Adek lo lucu ya, cantik." Heeseung berjongkok, memandang wajah Jihan dari dekat. "Lo juga cantik." kali ini ia mendongak, menatap wajah Jena.
Jena mengerutkan alisnya, bukannya malu-malu, Jena malah menyemprot Heeseung dengan kalimat, "Ih, basi banget." ujarnya dengan wajah yang terlihat-- jijik.
Heeseung tertawa kecil, memandangi wajah Jena dari posisinya. Tak lama, ponselnya berdering. Notifikasi dari aplikasi taksi online muncul di layar depan, buru-buru Heeseung berdiri.
"Tuh, Na, taksinya." Heeseung menunjuk sebuah mobil yang baru saja berhenti di pekarangan daycare. Jena segera mendorong stroller Jihan dengan hati-hati, diikuti oleh Heeseung yang berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You to Stay || Lee Heeseung Enhypen
FanfictionJena terus menatap ke arah mereka-- ah tidak. Jena menatap laki-laki yang mengendarai motornya. Tentu karena ia tampan, tapi kenapa Jena juga ditatap olehnya? Jena kan jadi bingung. Sedetik kemudian si lelaki sedikit menganggukkan kepalanya, seperti...