Chapter 7 (Part 1)

1.1K 146 5
                                    

Jena memakai hoodie nya terlebih dahulu sebelum mengikuti Yuna yang mengajaknya untuk menonton pertandingan futsal di lapangan. Kebetulan kelasnya sedang tidak ada guru, ditambah ada pertandingan kecil yang diadakan sekolah dengan sekolah lain. Jungwon dan Sunoo sudah terlebih dahulu kabur ke lapangan.

"Rame banget gak sih?" tanya Jena.

"Kayaknya," Yuna berhenti sejenak. "Soalnya ada supporter juga dari sekolah lain."

Jena mengangguk-angguk.

Benar saja, sesampainya di koridor dekat lapangan, terdengar suara riuh dari masing-masing pendukung sekolah. Jena ditarik Yuna untuk menyalip beberapa siswa yang menghalangi. Maklum saja ramai, guru di sini cukup pengertian sama muridnya yang ingin tebar pesona ke murid dari sekolah lain. Jadi kegiatan seperti ini tentu tidak boleh di lewatkan.

"Di sini aja," ujar Yuna saat sampai di salah satu spot yang cukup mengarah ke lapangan dengan jelas.

Jena sempat ragu, sebab ia tidak tau akan kuat berdiri lama atau tidak. Sementara pertandingan saja sepertinya baru dimulai, ia jadi gelisah. Perutnya masih begitu nyeri di hari ketiga datang bulan ini.

Yuna terlihat girang ketika melihat Sunghoon mencetak gol di gawang lawan. Ah, memang pujaan hatinya.

Berbeda dengan Jena yang sudah mulai meringis akibat nyeri diperutnya tiba-tiba meradang. Yuna menatapnya khawatir, "Lo mau duduk dulu?" tanyanya yang hanya dibalas anggukan oleh Jena.

Yuna menarik lengan sahabatnya menuju kantin, karena hanya dikantin banyak bangku kosong tersedia. Yuna paham betul kondisi Jena kalau sedang kedatangan tamu bulanan, lemah banget kayak orang putus cinta, katanya. Bahkan waktu kelas 10, Jena sering tiba-tiba pingsan saking lemasnya.

"Yuna!" Langkah Yuna terhenti, begitu juga Jena yang memejamkan mata akibat nyeri di perutnya sangat hebat.

Yuna melepaskan rangkulannya pada lengan Jena, membuat Jena semakin sempoyongan. Namun dengan cepat seseorang menahan badannya.

Jena mendongak, tangannya menyingkirkan kupluk hoodie yang kebesaran di kepalanya.

Heeseung menatapnya khawatir, tanpa basa-basi ia menarik Jena untuk duduk di kursi yang berisikan teman-temannya. Begitu juga Yuna yang mengekori mereka.

"Eh, ngapain!" Jena memekik ketika Heeseung memaksanya duduk di kursi yang semula ia pakai.

Heeseung beralih pada Yuna, "Lo duduk situ aja." Ia menunjuk kursi kosong tepat di sebelah Jena. Yuna mengangguk, lalu mendudukkan badannya walaupun gemetar setengah mati. Bagaimana tidak, Yuna mendapati tas olahraga dengan tanda pengenal Park Sunghoon berada tepat dikursi sebelahnya.

"Nonton dari sini aja, biar bisa duduk." ucap Heeseung yang kemudian menarik kursi kosong lain ke sebelah kursi yang diduduki Jena.

Jena dan Yuna saling menatap, yang satu kesakitan, sementara yang satu sedang kegirangan.

Akhirnya Jena ikut memusatkan pandangannya ke arah pertandingan di tengah lapangan. Sejauh ini sekolahnya masih unggul beberapa poin dibandingkan sekolah lawannya.

Sesekali ia memegangi perutnya, rasa nyeri dan mual seperti bercampur. Perutnya benar-benar tidak enak.

Tiba-tiba sebotol air mineral muncul di sampingnya. Ia menoleh, mendapati Heeseung yang menyodorkannya. "Siapa tau ngurangin sakitnya."

Tanpa menjawab, Jena mengambil dan meminumnya beberapa tenggak. Lalu ia menawarkannya pada Yuna.

Kedua gadis itu akhirnya larut dalam suasana pertandingan, walaupun Jena tidak heboh seperti Yuna. Ia hanya menontonnya dengan seksama. Sebenarnya kehadiran Heeseung disampingnya membuat dirinya semakin canggung. Mengingat kemarin ia melihat Heeseung memeluk Lea sampai kepikiran sepanjang malam. Jadi Jena hanya memilih diam dan berusaha untuk mengurangi interaksi dengan Heeseung.

I Want You to Stay || Lee Heeseung EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang