Yuna menarik lengan Jena saat sebuah bola hampir saja mendarat di kepala temannya itu. Ia mendecih, "Tangan masih luka, mau kepala benjol juga?" omelnya."Gak keliatan, Yunaaa." sehut Jena, kemudian menarik lengan hoodienya yang sedikit merosot akibat ditarik Yuna barusan.
Hari ini dirinya tidak mengikuti jam pelajaran olahraga. Ya kalian tau lah sebabnya. Jadi ia hanya duduk di pinggir lapangan, sementara yang lain sedang belajar bermain basket, entah teknik apa yang diajarkan Pak Shownu kali ini.
Yuna baru saja mengajak Jena membeli minuman. Kini ia kembali duduk di kursi pinggir lapangan, sementara Yuna sudah kembali bergabung dengan yang lain.
Jena melirik sekitar, tepatnya ke arah kelas 12 yang juga sedang dalam jam pelajaran olahraga. Dirinya tidak mendapati Heeseung yang seharusnya juga sedang berolahraga.
Melihat situasi aman, Jena memutuskan untuk ke UKS saja untuk sekedar berbaring. Sebenarnya pak Shownu juga sudah menyuruhnya ke UKS, tapi ia mau melihat teman-temannya bermain. Jadi, ia tidak perlu izin lagi sama Pak Shownu.
"Yun! Gue ke UKS ya!" seru Jena ketika Yuna menoleh ke arahnya.
Yuna mengangguk sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
Jena melangkahkan kakinya melewati tengah lapangan yang masih kosong, sebab yang bermain baru saja dihentikan oleh Pak Shown untuk briefing.
Ia menghela nafas lega ketika mencapai koridor yang tertutupi atap, setidaknya ia tidak tersorot terik matahari lagi.
Sebelum masuk, Jena sempat mengetuk pintu beberapa kali. Agar orang yang di dalam tidak akan kaget jika ia masuk. Setelahnya, ia langsung mendorong pintu UKS, membuat hawa dingin dari dalam langsung menyambut tubuhnya.
Mata Jena terbelalak, mendapati sosok Heeseung tengah duduk di salah satu kasur yang menghadap pintu. Mata Heeseung menatap tajam ke arahnya, dengan kedua tangan yang mencengkram pinggir kasur hingga urat nadinya terlihat.
Jena jadi berpikir, haruskah ia tetap masuk atau bilang "Oh maaf, salah masuk." ???
Terlambat untuk memutuskan hal apa yang akan ia lakukan, kini ia melihat Heeseung berjalan ke arahnya. Baru saja ingin berbalik mundur, tangannya sudah ditarik lebih dulu. Siapa lagi selain Heeseung yang ada di dalam UKS? Tidak mungkin lemari obat punya tangan kan?
Heeseung menarik lengan Jena, menutup pintu UKS, dan menghimpit badan Jena ke pintu.
Jena membeku, rasanya oksigen tiba-tiba menghilang dari bumi. Tidak, tidak. Jena hanya lupa caranya bernafas. Jantungnya berdegup kencang, kali ini ia bingung entah karena wajah Heeseung terlalu dekat dengannya atau karena ia takut melihat ekspresi Heeseung yang seakan-akan ingin membunuhnya?
"K-Kenapa--" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, bahu Jena kembali ditarik. Kini ia merasakan tangan Heeseung yang mendekapnya erat. Hidungnya menyentuh sekitar tengkuk Heeseung, membuatnya bisa mencium aroma jeruk yang menjadi ciri khas kakak kelasnya itu.
Jena dapat merasakan nafas Heeseung yang tak karuan, tanpa sadar ia menggerakkan kedua tangannya untuk mengusap punggung Heeseung.
Ia berpikir, apa Heeseung baru saja mendapat berita sedih? Atau mungkin ia dimusuhi temannya? Ah, tidak mungkin.
Cukup lama mereka berada di posisi seperti itu. Sejujurnya Jena takut, ia melirik atap-atap UKS untuk melihat apakah ada cctv yang terpasang.
Heeseung kembali menormalkan nafasnya, lalu ia memejamkan mata. "Jadi gara-gara Lea?" gumamnya tiba-tiba.
Jena mengernyit, merasa bingung dengan apa yang Heeseung barusan bilang. "H-Hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You to Stay || Lee Heeseung Enhypen
FanfictionJena terus menatap ke arah mereka-- ah tidak. Jena menatap laki-laki yang mengendarai motornya. Tentu karena ia tampan, tapi kenapa Jena juga ditatap olehnya? Jena kan jadi bingung. Sedetik kemudian si lelaki sedikit menganggukkan kepalanya, seperti...