Instagram : wp.alialinsyah
Facebook : Elflayy...🦋...
Reyzan mengalihkan atensinya, menatap laki-laki yang sepantaran dengannya tengah memasuki kamarnya tanpa permisi, berakhir duduk di kursi belajar dengan wajah kurang semangat.
“Lo kenapa, Ka?” tanya Reyzan sambil merapikan almameter sekolahnya di depan cermin, matanya melirik saudaranya yang masih diam dengan tatapan kelelahan.
“Capek banget gue Rey,” keluhnya mampu membuat Reyzan tersedak ludahnya sendiri, dan spontan terbatuk. Alis tebalnya tertaut mendengar itu, tak biasanya.
“Capek apa? Jadi ketua osis?” Tujuh belas tahun hidup sama-sama, ditinggal jauh oleh kedua orang tua, dan Reyzan baru mendengar saudaranya itu mengeluh tentang sesuatu.
“Bukanlah.”
“Terus?” Reyzan menunggu jawaban.
“Ya itu, gue tadi ke rumah Naila, bangunin dia sesuai perintah lo tapi, malah nggak bangun-bangun. Gue udah lakuin segala hal, tapi emang kayaknya tuh bocah lagi di alam lain.”
Reyzan terbahak tanpa sadar, sementara laki-laki itu semakin memasang wajah dongkolnya melihat respon yang tak sesuai dengan yang keinginannya.
“Malah ketawa! Kalau disuruh pilih, gue lebih baik ngurusin proposal, atau siswa nakal di sekolah daripada harus berhadapan sama Naila,” katanya angkat tangan tanda menyerah.
“Kayak nggak tau modelan dia aja,” cakap Reyzan yang sudah hafal bagaimana modelan saudaranya yang satu itu. Bahkan, ia juga sempat dibuat pusing.
“Ya tau cuman ini udah overdosis kayaknya, dia tidur atau simulasi mati?” tanyanya dengan kesal. “Bukan gimana-gimana ya, cuman kalau gue ikutin dia yang ada gue bakalan ikutan telat dan citra gue bakal buruk. Nyerah gue, nyerah pokoknya.”
Ardennaka Putra, seorang ketua osis yang menjabat di GHS. Dikenal sebagai orang yang tegas, disiplin, dan berwibawa dalam memerintah ketika menjalankan visi-misinya dalam satu kali periode namun, menyerah begitu saja ketika menghadapi Naila yang notabenenya adalah adiknya sendiri.
“Masa nyerah, semangat dong.” Kalau Naka menyerah dengan sikap Naila yang demikian, lalu bagaimana dengan dirinya yang bahkan sudah tak dianggap lagi, namun tetap berusaha?
“Gak! Udah nyerah, gue mau ke sekolah duluan,” katanya tak mengendahkan ucapan Reyzan barusan. “Cara terakhir yang gue lakuin cuman stell alarm dekat telinganya, semoga aja dia bisa bangun. Kalau nggak, wah parah sih.”
“Terus dia berangkat bareng siapa, Ka?” tanya Reyzan masih peduli. Tangannya mengambil parfum untuk disemprotkan ke tubuh dan seragam yang digunakan. Cowok itu menatap Naka dengan alis terangkat.
“Bareng lo aja Rey, gue harus ke sekolah lebih awal. Masih banyak tugas osis yang harus gue kerjain.” Naka meraih tasnya, kemudian memasang di satu bahunya. Ia menyambar kunci mobil yang tergantung rapi, seolah-olah dia tidak tau bagaimana hubungan Reyzan dan Naila.
“Gak mungkinlah, Ka. Kemarin aja waktu gue jemput, dia malah nanyain lo.” Reyzan tidak tau lagi, harus bagaimana menghadapi sikap Naila yang terlalu kekanakkan seperti itu. Dia juga butuh didengar, dia juga manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan.
“Naka … Cuman lo yang tau sebenarnya,” lanjut Reyzan refleks membuat tatapan mata gelap itu mengarah padanya. Naka termenung di tempat, tak jadi melangkahkan kakinya keluar dari sana.
“Rey!” panggilnya pelan, suaranya seakan hampir hilang. “Ada masanya orang juga capek.”
Kali ini Reyzan yang termenung di tempat, matanya membalas tatapan lurus Naka yang berdiri tak jauh darinya. Tak ada ekpresi yang diperlihatkan. Otaknya mendadak beku, perkataan saudaranya tadi memang ada benarnya, lalu salahkah dia berusaha?
KAMU SEDANG MEMBACA
MIXTURE! (About Secrets)
Ficção Adolescente"Jadi, lo pikir bisa lepas dari gue?" "Lo pikir gue nggak bisa?" tanya Naila balik dengan nada sedikit sombong. "Gue bisa, bakalan bisa. Dan, gue bakalan buat lo nggak bakalan betah udah nerima tawaran ini. Siap-siap aja bentar malam sholat taubat...