...🦋...
“Annasya tidur, ya?” tanya Arvi berbalik ke belakang. Naila menaikkan jempolnya sebagai tanda mengiyakan. Jadwal mereka untuk jalan-jalan bersama Annasya sudah terselesaikan, walaupun penuh drama peroastingan, yang sama sekali membuat kepala pusing.Awalnya, saat ke gramedia. Annasya malah meroasting salah satu cover buku, katanya warna sampulnya harus berwarna hijau botol bukan berwarna biru biar ada kesan romantisnya, berakhir buku itu dibeli lalu dihadiahkan pada Naila.
Kedua, saat di toko kue. Annasya malah mengomentari puding yang dibeli Naila, katanya penjualnya tidak kreatif, seharusnya puding itu diberikan topping mesis atau keju, biar unik, padahal Naila memang sengaja membeli yang polos.
Selanjutnya saat mereka berada di mall, Annasya memaksa Arvi dan Naila membeli satu set perlatan dapur, katanya kalau main masak-masak akan terasa lebih real lagi. Padahal, sudah dinasehati, malah gadis itu berakhir menangis dan tetap kukuh ingin membelinya.
Dan yang terakhir paling membuat keduanya pusing, saat Annasya meminta untuk difoto bersama patung untuk pakaian, kali ini Arvi serta Naila juga harus ikut difoto, kalau keduanya menolak, Annasya akan menangis sambil guling-guling di eskalator katanya.
Sebenarnya Arvi membiarkan Annasya berlaku begitu, tetapi Naila justru kasihan dan sedikit malu dibuat gadis itu, makanya dia membujuk Arvi supaya mau mengikuti kemauan Annasya.
Setelah ingin pulang, gadis itu meminta untuk digendong katanya nggak bisa jalan. Jadi, Arvi menggendongnya dan berakhir tertidur begini.
“Plis, hidup gue udah berat malah makin dikasih padi sekarung. Nambah berat deh.” Naila meringis pelan sambil mengusap lembut Annasya yang sudah bermimpi naik odong-odong.
“Itu karma karena lo juga gitu sama gue,” balas Arvi kemudian melajukan mobilnya dengan santai. Membelah jalanan yang cukup ramai di waktu sore seperti biasanya
“Tau gini kita nggak usah kenal aja Arvian, gue lebih suka versi lo sebagai ketua kelas yang galak daripada versi Mas Boy, diseruduk lelucon mulu. Besok apa lagi yang akan terjadi?”
“Nggak bisa dicancel. Gimana dong?”
Naila mendesah pelan. “Aih, yaudalah diterima aja dengan lapang dada. Moga besoknya awet muda, kan gue ketawa mulu.”
“Iya harus gitu emangnya.”
“Tapi sebenarnya gue udah muak banget, ubun-ubun gue udah nampung malu karena adek lo ini. Mau bilang kurang akhlak, nggak juga. Mau bilang random, ini udah kelewatan banget.” Naila menatap sekejap wajah teduh yang sedang tertidur dengan pulasnya.
“Udah biasa, biasanya juga kalau tidur ngorok. Sekarang udah kalem kayaknya,” kata Arvi melirik sekilas di spion yang ada di atas kepalanya. Menatap wajah Annasya yang sedang terlelap, sangat anggun sekali.
“Kayak nggak pernah aja lo,” sebal Naila.
“Enggaklah, gue kalau tidur biasanya cosplay jadi pangeran. Lo sendiri?” Model tidur macam apa itu? Tidak ada sejarahnya, orang tidur kemudian jadi pangeran, sangat mustahil sekali.
“Jadi Flora sama Fauna,” balas Naila lebih tak masuk akal. Kalau berubah jadi pangeran masih dalam batas wajar, tetapi kalau sudah berubah jadi spesies lain berarti sudah masuk kategori manusia jadi-jadian.
“Oh, gue kirain lo mirip kuda botak kalau lagi tidur.”
“Maksud ente?” tanya Naila tersinggung sampai jantung tembus ke ususnya, singgah di ulu hati.
“Ya kuda botak, taukan bunyinya kayak gimana? Memekikkan telinga.” Wtf? Gadis secantik dirinya malah dikatai begitu? Wah, Arvi harus mendapatkan hadiah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIXTURE! (About Secrets)
Novela Juvenil"Jadi, lo pikir bisa lepas dari gue?" "Lo pikir gue nggak bisa?" tanya Naila balik dengan nada sedikit sombong. "Gue bisa, bakalan bisa. Dan, gue bakalan buat lo nggak bakalan betah udah nerima tawaran ini. Siap-siap aja bentar malam sholat taubat...