Bab 15 : Algo (1)

322 41 0
                                    

Instagram : wp.alialinsyah
Facebook : Elflayy
Tik tok : wp.alialinsyah

...🦋...

Naila menghela nafas, kemudian keluar dari ruangan pengambilan kartu tes. Id card yang berisi kartu tersebut di simpan ke saku almameternya. Kemudian dia melangkah menuju ke arah Arvi yang menunggunya di luar.

Hari ini adalah jadwal mereka tes, namun jadwal tes tersebut akan dilaksanakan tepat pukul delapan. Arvi dan Naila datang kepagian, bahkan sangat pagi. Hanya ketua osis dan anggotanya yang datang di waktu ini, untuk mengurus kartu peserta.

“Ayok!” Naila tidak menyahuti, dia ikut melangkah beriringan dengan Arvi. Cowok itu menatap Naila dengan wajah bingung, tumben gadis ini kalem.

“Kok kalem?” tanya Arvi, kemudian ingatannya berputar ketika dia menjemput gadis ini tadi pagi. “Mata lo bengkak, habis nangis ya Nai?”

“KOK TAU? LO LIHAT GUE, YA?” Tidak jadi Arvi memberikan predikat kalem, baru sebentar saja sudah kembali ke stelan pabrik. Tetapi Arvi lebih menyukai Naila versi ini, dibandingkan yang tadi.

“Matanya kelihatan.”

“Heh jelaslah. Btw, lo salah nebak Mas Boy. Ini mata bengkak begini nih, itu namanya habis belajar semalam. Kalau ada yang perlu disalahin kalau gue lolos di kelas itu, yah lo orangnya,” tunjuk Naila pada Arvi.

“Bagus dong kalau lolos.”

“Mana ada bagus, kalau masalah fasilitas dan biaya sekolah yang dikurangin karena masuk kategori siswi yang duduk di kelas itu, bapak gue juga mampu bayar. Cuman, yah ini demi orang tua tersayang yang ganteng, jadi wajib masuk ke sana.”

Tanpa dijelaskan juga Arvi sudah tau. “Kalau lolos harusnya syukur Naila, masih banyak ratusan orang yang mau di posisi lo.”

“Pandangan orang beda-beda Mas Boy, gue sama mereka itu beda. Kalau masalah syukur, gue tiap hari juga syukur. Contohnya, dapat orang ngeselin kayak lo juga gue syukuri,” katanya sambil menyengir. Ujung-ujungnya, Arvi juga yang kena.

“Berbakti sama orang tua itu harus, walaupun itu bukan kemauannya kita," balas Arvi.

Naila melirik malas. “Padahal, nggak semua yang baik untuk orang tua baik untuk anaknya juga.”

“Tapi yang pasti, keinginan orang tua sudah terbaik untuk anaknya. Cuman, pola pikir anaknya aja yang memandang itu nggak baik Naila,” kata Arvi memberikan penjelasan. “Tergantung dari diri seseorang yang menilai dan memandangnya.”

“Iya-iya Mas Boy. Daripada lo ceramah, mending kita ke kantin. Lo ngajak gue ke sekolah kepagian banget, ayam aja kalah.” Naila mengeret Arvi berputar ke kantin, laki-laki itu hanya pasrah mengikut. Naila tidak mau melanjutkan perdebatan mereka, takut kalau Arvi malah cosplay jadi ustadz di sini.

“Satu lagi, kenapa manggil gue Mas Boy? Nama gue Arvian Naila, Arvian.” Naila tidak lupa ingatan, dia tau siapa nama laki-laki ini tanpa perlu dijelaskan.

“Kata Ayu kemarin, Mas itu panggilan kesayangan dari bunda lo. Jadi, kalau  Mas Boy berarti itu panggilan kesayangan dari gue, Vi.” Naila menjelaskan. Arvi berkedip polos, dia yakin telinganya tidak salah dengar.

MIXTURE! (About Secrets)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang