Bab 6 : Perduli

359 52 0
                                    

Instagram : wp.alialinsyah
Facebook : Elflayy

...🦋...

Naila merenggangkan otot-ototnya, pokoknya hari ini dia harus menikmati harinya sebelum besok ditindas tutor sampai habis-habisan. Jadi, sepulang sekolah dia segera bergegas mandi dilanjutkan naik ke kasur sambil duduk dengan laptop yang berada di depannya, bukan untuk belajar melainkan menonton lanjutan episode drakornya yang hari ini tayang dua episode sekaligus.

“Bismillah nggak diganggu dari golongan manusia mana pun,” katanya mulai menekan tombol play. Karena sedikit tegang, jadi dia langsung men-skip bagian yang tidak penting.

“Naila tolong!” Naila menutup telinganya, doanya tidak terkabul. Lola datang bersama suara teriakan yang begitu dahsyat sekali. Kepala pelayan itu dengan wajah yang tak bisa didefinisikan langsung muncul di hadapannya tanpa diminta.

“Non itu—“

“Apa mbak? Kenapa? Tarik nafas dululah, oke tarik pelan-pelan kemudian ditahan sampai mampus, ya kalau bisa,” ucap Naila membuat Lola tidak jadi mengikuti intruksi dari majikannya, takut kalau dia metong detik ini juga.

“Itu Den Rey mukanya bonyok—“

“Kan emang bonyok, habis digebukin di sekolah karena salah jawab soal matematika,” jawabnya tak masuk akal sekali. Lola menepuk jidatnya, bukan itu maksudnya.

“Iya tau emang bonyok tapi—“

“Tapi tetap ganteng? Wajarlah mbak, keturunan gitu semua. Nggak usah heran.” Hais, Lola mendesah pelan. Naila selalu saja memotong ucapannya, padahal penjelasannya belum sampai.

“Bukan! Tapi Den Rey digebukin  sama Pak Denis. Sampai-sampai Pak Reano nggak bisa ngelerai mereka—“

“Kan ada Naka—Astagfirullah! Kok nggak bilang sih,” kata Naila tidak tau diri. Gadis itu segera melompat turun dari tempat tidurnya, mendorong Lola yang menghalanginya sampai perempuan itu jatuh bebas di kasur, untung pendaratannya bagus.

Naila buru-buru berlari melewati tangga, sampai semua pelayan di rumah ini geleng-geleng kepala melihat tingkah gadis yang punya tahta di sini.

“Hati-hati Non,” teriak salah satu dari mereka ketika melihat model Naila yang sudah seperti hantu, yang kakinya tak menapak ketika berlari sambil melompat.

Tak menghiraukan ucapan sang pelayan, Naila langsung marathon ke rumah Reyzan. Walaupun laki-laki itu menyebalkan baginya tetapi, dia tidak mau kalau saudaranya itu mati di tangan om angkatnya. Pokoknya tidak boleh, hanya Naila yang boleh membuat laki-laki itu sakit.

Karena pintu rumah itu terbuka luas, Naila langsung masuk dengan acara menendangnya sampai semua orang yang panik dan kalang kabut langsung terdiam sejenak termasuk Denis dan Reano. Matanya mengedar menatap kekacauan yang terjadi, Rena menangis dipojokkan, Reyzan sudah tak sanggup sekedar untuk berdiri, Reano yang tak cukup kuat melerai, dan Denis yang membabi buta menghukum keponakan sendiri.

“Berhenti! Nggak ada gunanya mukul Rey kayak gitu!” kata Naila membela Reyzan untuk pertama kalinya setelah sekian lamanya ogah-ogahan dengan laki-laki itu. Denis menghentikkan aksinya untuk sementara, menjauh beberapa langkah dari tubuh tak berdaya itu.

Naila mendekat. “Ayah Rean itu ayahnya Reyzan, dia yang wajib mukul anaknya kalau buat kesalahan. Bukan malah om, sampai buat dia hampir metong gini.”

MIXTURE! (About Secrets)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang