|| - 4. SAKIT?

8.5K 1.1K 1.2K
                                    

"Hati gue udah ke kunci dan cuma lo yang berhak nyimpen kuncinya"

Galaksi

***

Baru sejam, terget komen udah tembus. Itu cari lu pada nggak capek? :(  Jangan capek-capek, ya. Nanti sakit.

Taburkan bintang dan komentarnya gengz. 

200 vote + 1K komen to next chapter. Buni tau ini susah tembus. Gapapa. Biar ada jeda.

Kasih jeda dua hari, ya. Biar lebih menikmati. 

Happy reading gengz ^_^

***

Galaksi membatu Lusia merapikan pecahan beling itu. Suster cantik itu nampak terkejut ntah karena apa. Beda dengan Bintang, ia malah duduk di sofa dengan santainya. Insting perempuan itu kuat. Bintang langsung sadar kalau suster ini menyukai Galaksi. Keren juga tunangan gue.

Sementara Venus menatap sinis Bintang. Menurutnya, Bintang itu tidak punya sopan santun. Bukannya membantu Lusia, ia malah bergaya sok dengan angkuhnya. Demi apapun seperti inikah tunangan Galaksi? Ah. Venus akan mengintrogasi Galaksi nanti.

Ngincer hartanya doang pasti. Halah sampah! Sama aja kek cewek Galaksi sebelumnya. Murahan! batin Venus.

"Kenapa bisa jatoh, Sus?" Galaksi menyatukan semua pecahan beling ke nampan, memberikannya pada Lusia untuk dibuang. Mereka berdua bersamaan berdiri.

Lusia menatap Galaksi begitu dalam. Perhatian Galaksi semakin membuatnya terkagum penuh damba. Baginya, laki-laki seperti Galaksi sulit ditemui sekarang ini. Namun, Lusia langsung tersadar kalau Galaksi ternyata sudah punya tunangan. Kepalanya menoleh menatap Bintang yang juga sedang memperhatikan gerak-geriknya. Memposisikan dirinya seperti penjahat yang harus diwaspadai.

Lebay!

"Nggak apa, Gal. Aku cuma kaget tadi. Kamu nggak papa, 'kan, tangannya? Mau aku bantu bersihin?"

Galaksi langsung menyembunyikan tangannya ke pinggang belakang saat Lusia mencoba melihat tangannya yang memang terluka karena serpihan kaca. Bukan hanya untuk menghargai Bintang. Kalaupun Bintang tidak ada, Galaksi juga tidak akan membiarkan gadis lain memegang tangannya, kecuali Venus.

"Nggak usah, Sus. Makasih."

Lusia mengangguk maklum lalu keluar dari sana. Sebelumnya ia menatap Bintang sekali lagi. Ia tersenyum. Penuh arti.

Sedangkan Venus daritadi terus saja memandangi Bintang dengan tatapan tidak suka. Kepalanya mau meledak melihat sikap Bintang yang nggak ada baik-baiknya dimatanya.

"Kalo ada orang kesusahan itu ditolong, bukan ditonton!" Venus sengaja menyindir Bintang. Bukannya marah, Bintang malah tertawa geli. Beginilah Venus temannya dulu. Bar-bar dan ceplas-ceplos.

Bintang merindukan Venus yang dulu.

"Nyindir gue?" Bintang bersedekap dada membalas tatapan Venus dengan berani. Bukan bermaksud memancing emosi Venus. Hanya saja Bintang berharap, jika sikapnya sama seperti sikapnya dulu, Venus bisa sedikit mengingatnya. Bintang sangat merindukan masa-masa persahabatan mereka dulu. "Nggak mempan tuh."

"Sok cantik. Najis!" maki Venus makin jijik.

Rasanya, Bintang ingin memeluk Venus dan berkata semoga Venus cepat sembuh. Bintang ingin berkata bahwa dirinya sebenarnya juga ingin membantu merawat Venus. Menemani Venus terapi. Menemani Venus begadang. Dan meyakinkan Venus kalau Bintang tidak akan meninggalkan Venus bagaimana pun keadaannya.

Antariksa's : After Aerglo + Galaksi Wijaksana (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang