|| - 6. INGKAR JANJI

8.2K 1K 1.1K
                                    

"Sesempurna apapun, lo akan tetep dipandang sampah kalo ganggu milik orang lain"

Bintang

***

Haloo....

Absen dulu kalian dari kota mana.
Kalo Buni dari Medan.

Oiya, selamat Hari Raya Idul Adha bagi yang menjalankan. Semoga, kedepannya
kita menjadi pribadi yang lebih baik.

Maafin Buni kalo misalnya ada salah kata & salah sikap.

Chapter ini lebih panjang dari biasanya. Semoga nggak bosen.

Siapin mental karena chapter ini kalian bakalan jatuh cinta sama suster Lusia.

230 vote & 1K komen to next chapter. Bisikin kalo udah tembus.

Happy reading ^_^

***

Lantunan ayat suci terdengar begitu nyaman ditelinga. Segala doa puji dipanjatkan berharap sampai ke sang pencipta. Karena, hanya lewat doa kita bisa saling menyapa dengan orang yang sudah beda dunia.

Hari ini adalah empat puluh hari kepergian Mars. Tidak terasa, lelaki blasteran Belgia itu sudah pergi sekian hari. Walau raganya sudah tidak ada, namun rasanya ia masih di sini. Ia tidak sepenuhnya pergi.

Pasukan Antariksa—Galaksi, Bumi, Angkasa, Atlas, Satelit—sengaja berkunjung ke makam untuk mengirim seuntai doa suci. Doa yang terselip sejuta kata rindu yang sangat sungkan untuk diucapkan.

Galaksi menatap ukiran nama dipapan putih yang mulai kecokelatan itu. Matanya mau menangis tapi ia masih bisa menahannya.

"Berat banget nggak ada lo, Mars," tuturnya teringat keadaan Venus yang tidak ada kemajuan. "Venus butuh gue sementara gue butuh Bintang dan Bintang juga pasti butuh gue. Trauma yang pernah gue alamin waktu Langit meninggal dulu dateng lagi. Lo masih inget, 'kan, gimana mau matinya gue waktu itu?"

Bumi menepuk bahu Galaksi agar Galaksi menahan diri. Bumi tahu Galaksi hidupnya berat. Tapi, semua orang memang akan mendapat cobaan masing-masing.

"Gue takut kalo akhirnya Bintang nggak bisa ngertiin gue dan dia nyerah. Gue nggak bisa kehilangan dia tapi Venus gimana?" lanjutnya tidak memperdulikan peringatan Bumi.

Galaksi sadar kalau Bintang sebenarnya membutuhkannya walau gadis itu tidak pernah protes. Tapi tentang Venus itu adalah nyawa taruhannya.

Nyawa.

Kalau bukan karena Venus dulu yang selalu ada waktu Galaksi dibenci papanya, mungkin sekarang Galaksi sudah gila. Dan karena itu, Galaksi ingin balas budi. Venus tidak baik-baik saja dan Galaksi tidak mungkin diam saja.

Merasa curhatannya sudah cukup, Galaksi beranjak diikuti yang lain. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Sebelum masuk ke mobil, Galaksi melihat area pemakaman sekali lagi. Satu hal yang tiba-tiba terlintas dibenak Galaksi.

Semua orang pasti mati. 

Dunia ini indah, tapi fana. Akan ada masanya kita lelah. Dan tentang indahnya dunia itu, akan menjadi hanya sebatas pernah.

***

Sepulang dari makam, mereka mampir ke Garden Latte untuk mengisi amunisi kebutuhan perut. Meja outdoor dekat kolam ikan adalah tempat favorit mereka. Karena rasanya begitu segar di sini. Jika sedang berkumpul, mereka memang selalu memilih meja outdoor karena Bumi dan Atlas mau merokok. Kebetulan mereka berdua perokok aktif.

Antariksa's : After Aerglo + Galaksi Wijaksana (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang