|| - 32. VIDEO TERSEBAR

7.6K 1.2K 3.8K
                                    

Hewlo ^_^

Buni back!

Akan kembali di update kalo vote & komen udah melebihi chapter sebelumnya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading ^_^

_______________________________________________

"Patah hati terbesar seorang anak perempuan adalah saat ia kehilangan ayahnya"

Bintang || After Aerglo

***

"Gue udah tau itu."

Jantung Reygan makin tidak terkontrol. Darimana Bintang tahu dan sejak kapan? Dan kalau Bintang tahu, kenapa Bintang masih mau berteman dengan seorang pembunuh?

Bintang terkekeh, lalu mendorong Reygan pelan. "Ngapa, dah, muka lo gitu?"

"Are you, okay?" Reygan sangat takut Bintang menaruh dendam dan makin memperkeruh masalah. Tapi yang dilakukan Bintang malah tersenyum.

"Kenapa malah nanya gue. Yang ada itu lo. Are you okay, Maha Reygantara?"

"Gue nggak permah baik-baik aja setelah kejadian itu, Bin. Sedetik pun nggak. Gue—gue selalu dihantui rasa bersalah yang akhirnya buat gue hampir gila."

Bintang malah mengusap bahu Reygan. Tanda ia memberi pengertian. Reygan berani jujur setelah sekian tahun saja Bintang sudah senang.

"Jujur, kehilangan Papa adalah awal kehancuran gue dan Bulan karena kami kehilangan sosok penjaga. Kami kacau banget, Gan. Sampek harus ngejual rumah untuk bertahan hidup. Bahkan Bulan sampek milih nggak kuliah. Cita-cita dia jadi dokter. Sekolahnya mahal. Dan dia sadar diri. Padahal Bulan pinter banget."

Airmata Bintang jatuh mengingat momen itu. Momen dimana hatinya dipatahkan oleh takdir.

Patah hati terbesar seoarang perempuan adalah saat ia kehilangan ayahnya.

"Bin—"

Reygan bingung, Bintang senyum tapi juga menangis.

"Gue pengen banget bilang kalo gue nggak papa, Gan. Tapi nggak bisa. Sakit banget kalo inget kejadian itu. Kami ditelfon dalam keadaan Papa udah nggak ada. Bahkan jenazahnya nggak utuh karena luka bakar. Lo mau tau apa yang gue rasain?"

Bintang menoleh ke Reygan. Cowok itu sejak tadi sedang menatapnya penuh rasa bersalah.

"Waktu itu gue bener-bener kehilangan poros. Tujuan hidup nggak ada. Liat Papa dimasukin ke liang lahat, diazanin, ditutupi papan, sampek akhirnya ditutupi tanah, itu rasanya untuk berdiri aja lo nggak punya kekuatan."

Antariksa's : After Aerglo + Galaksi Wijaksana (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang