Naruto sekarang di atas atap sekolah sedang melihat Hinata dan Kiba berjalan bersama dan bergandengan tangan dari balik pagar besi dengan termenung.
"Padahal aku sudah berusaha melupakanmu" gumam Naruto.
Angin berhembus pelan menerpa lembut tubuhnya. Dia melihat ke arah atas sambil memejamkan mata. Surai pirang panjang miliknya yang terlihat halus itu mengikuti arah angin yang berhembus pelan, tanpa dia sadari airmata mulai membasahi pipi. Airmata itu terasa seakan dingin saat angin menyambutnya dengan sepoi-sepoi yang menenangkan perasaan sedihnya dengan perlahan.
Dia mulai membuka mata dan menghalangi sinar matahari dengan tangannya.
"Inilah kenyataannya. Aku bukanlah diriku yang dulu. Kami-sama, apakah takdirku harus seperti ini? Kehilangan semuanya?" tanya Naruto kepada hati dan yang dia yakini.
Naruto yang telah ditinggalkan kedua orangtuanya seminggu sebelum takdir hidup yang dia jalani berubah dia seakan merasa lelah kali ini. Diapun berbalik arah dan saat akan melangkahkan kaki, kedua mata tertuju kepada seorang remaja bersurai merah bata yang kini sedang bersandar didekat pintu keluar dari tempat itu.
"Dasar penguntit" gumam Naruto.
Remaja itu mulai mendekat ke arah gadis remaja cukup jauh dari hadapannya.
Taph.
Taph.
Taph.
Taph.
Melangkah maju dengan pasti tanpa ada rasa ragu didalam hati dengan senyuman sebagai pengantarnya. Saat tepat berhadapan mereka berdua hanya saling memandang.
"Ini pertama kalinya, aku melihatmu bersedih Naru-chan." gumam Gaara.
"Hahahaha..."
Naruto tertawa karena dia benar-benar diperlakuhkan seperti perempuan dan faktanya dia adalah perempuan saat ini. Dilihat dari segala sisi dan dari jauh maupun dekat dia terlihat tetaplah siswi SMA.
"Jauhi aku Gaara-kun," ucap Naruto yang diakhiri senyumannya.
"Aku benar-benar bingung sekarang siapa aku ini?" kata batin Naruto.
Gaara menyentuh pipi dengan kedua tangannya. Naruto hanya memejamkan mata dan merasa semua ini sudah salah, semua harus diakhiri pikir Naruto.
"Aku tidak akan menyukaimu. Karena sudah ada yang aku suka dan cinta." ucap lirih Naruto.
Remaja itu masih menyetuh pipi pujaan hatinya dengan perasaan yang tidak menentu. Banyak pertanyaan yang ingin dia tanya namun bibir enggan bergerak untuk bertanya, hanya diam memandang dengan perasaan yang aneh kali ini.
"Dia beruntung sekali" gumam Gaara.
"Aku yang beruntung..." gumam Naruto menjawab.
Sementara sang dewa kematian Kurama Namikaze hanya melihat kejadian itu dari layar smartphone nya. Senyum terlihat sangat tenang dengan pandangan simpati nya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto Second Chance
RandomNaruto mendapat kesempatan kedua hidup di Dunia. Sayangnya dia harus menjadi wanita remaja. Ingatan Naruto kepada teman-teman dan pacaranya yang bernama Hinata Hyuuga, memanglah tidak dihapus namun dengan fisik seorang wanita remaja dan rahasianya t...