"Kissaaaa... cepetan turun..."
"Iya iyaaa..." Kissa tergopoh – gopoh turun dari kamarnya.
"Kamu tuh kalo mau berangkat bareng Ayah bangunnya yang cepet!" omel bunda kepada anak perempuannya sambil menuangkan beberapa sendok nasi goreng panas buatan Bi Ina. Kissa tidak menggubrasi ucapan bundanya. Ia sibuk dengan kaus kaki dan sepatunya. "Kamu tau ga? Telat lima menit aja berpengaruh banget sama kemacetan Jakarta."
"Aaah, yaudah deh Kissa naik metro aja. Makanya jangan pindah ke Jakarta kalo gak suka macet."
"Naik metro juga ga bisa jalan jam segini Kissa! Kamu emang ga liat apa kalo berangkat bareng Ayah? Banyak anak sekolah yang berdiri sampe ke pintu kan? Mau naik metro jam segini? Mending kamu jalan kaki sekalian aja," sahut ayahnya melarang.
Kissa manyun, "Biiii, tolong siapin bekel buat aku dong... nasi gorengnya bungkus aja Biii..." sahut Kissa lagi. Bi Ina pun ikut tergopoh – gopoh menyiapkan bekal untuk Kissa.
Bundanya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya kesal. "Kamu tetep harus sarapan dulu! Makan itu nasi gorengnya!"
"Entar telat lagi. Udah, Kissa minum aja nih teh mama ya..." ujar Kissa cuek sambil menenggak habis teh manis milik bundanya, "Oya, nanti Kissa ada ekskul. Jadi pulang telat..."
"Sampe jam berapa?"
"Gatau... mulainya jam empat. Tapi Kissa ga pulang dulu ah... males bolak balik."
***
"Lo jadinya ikut ekskul apa Kiss?" tanya Bilda ketika mereka sedang berdiri di depan kelas. Kissa menatap kelas VIII-5 di seberangnya. Ada Dika disana yang juga sedang berdiri di depan kelasnya, mengobrol dengan teman-temannya.
"Karate Bil..."
"Asiiik... sama dong kita Kiss..." sahut Yesa gembira.
"Wah lo jadi ikut karate juga Sa? Untung deh ada temennya hehehe... lo jadi ngambil Ekskul Tari Bil?"
"Iya jadi, sama Tiwi juga nih..."
"Oooh, hari apa deh ekskulnya?"
"Hari ini Kiss... karate juga hari ini kan ya?" tanya Tiwi.
"Iyaa," jawab Yesa, "Lo udah bawa baju olahraga Kiss?"
"Udah tuh di tas... lo pada nanti pulang dulu apa langsung?"
"Rumah gue sih deket sama sekolah... jadi pulang dulu deh..." kata Tiwi.
"Gimana kalo kita main ke rumah Tiwi dulu aja?" ajak Bilda.
"Iya setujuuu... gue udah lama ga ketemu Simon..." Yesa menyetujui.
"Simon tuh siapa Tiw?"
"Kucing gue hahaha... Yesa kan maniak kucing..." jelas Tiwi.
"Oooh, hmmm gue boleh ikut ga nih ke rumah lu?"
"Ya boleh lah Kiss..."
***
"Masih jauh ya rumah lo?" tanya Kissa sambil menyeka keringatnya.
"Hahaha cape ya Kiss? Udah deket kok..." jawab Tiwi sambil berbelok ke sebuah rumah yang sederhana namun terlihat elegan.
"Nah udah sampe deh... Asalamualaikum Ibuuuu... Tiwi pulang nih..."
Sesosok perempuan paruh baya yang kental dengan perawakan keibuan keluar dari rumah, membukakan pintu untuk anaknya. Mata perempuan itu melebar dan tersenyum senang melihat kedatangan teman-teman anaknya. Satu per satu mereka mencium tangan ibu Tiwi.

KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK TIRAI
Teen FictionKisah klise remaja yang jatuh cinta ini dimulai pada saat remaja mengalami masa pubertas. Hormon-hormon pubertaslah yang bertanggung jawab atas apa yang dialami Kissa. Kissanash Mauriz Ayunda, bersama keluarganya terpaksa pindah ke Jakarta. Kisah in...