Tidak terasa satu semester sudah dilalui. Anak-anak sudah seminggu menjalani serangkaian ujian di semester ganjil. Kegiatan perkemahan tiap tahun yang selalu diadakan setiap usai ujian semester ganjil pun siap dilaksanakan hari ini.
Butuh kurang lebih tiga jam untuk sampai ke Bumi Perkemahan Cibubur. Satu per satu anak-anak berseragam pramuka turun dari mobil yang biasa di pakai tentara. Kissa menghirup nafas dalam - dalam untuk menghilangkan rasa mualnya karena goncangan yang keras selama perjalanan tadi.
"Ayo semuanya bikin lima belas banjar dihadapan saya dalam hitungan ke sepuluh! Satu... dua... tiga..." suara Dika ketua Ekskul Pramuka berkumandang melalui TOA yang digenggamnya. Anak - anak pun mulai berlarian menghampirinya. "Semuanya, siap grak! Istirahat di tempat grak!" perintahnya setelah semua sudah di hadapannya, "Silahkan Pak," ujar Dika kepada Pak Budi, penanggung jawab Ekskul Pramuka.
"Baik adik - adik, selamat datang di Bumi Perkemahan Cibubur. Kalian disini akan dididik menjadi mandiri selama tiga hari," Pak Budi memandang menyeluruh anak - anak di hadapannya. "Disini sudah ada kakak - kakak yang merupakan regu inti dari SMP Singa ini," sambil menunjuk ke arah Dika dan kawan-kawan, "Seperti yang sudah kalian ketahui, Ekskul Pramuka merupakan ekskul yang wajib diiukuti untuk siswa kelas VII. Selanjutnya, bagi siswa yang ingin lebih memperdalam ilmu pramuka maka bisa masuk ke dalam regu inti seperti kakak - kakak ini di kelas VIII nanti. Dan..." pidato pun berlanjut selama lima belas menit lagi.
Pak Budi selesai dengan pidatonya. Dika kembali memimpin, "Nah adik - adik, untuk menunjang keberhasilan kegiatan ini, kami harapkan kerjasama dari adik - adik untuk tidak menyembunyikan ponselnya dan segera mengumpulkannya ke Kak Ara di meja sana!" jelas Dika yang di sambut dengan sorakan serempak anak - anak dihadapannya. "Ayo, segera laksanakan!" Dika tidak menghiraukan keluhan anak - ana yang tidak setuju. "Habis itu saya kasih waktu sepuluh menit untuk kalian membentuk kelompok. Satu kelompok berisi sepuluh orang dengan satu ketua dan satu wakil ketua. Ada yang kurang paham?"
Salah satu anak perempuan dari kelas VII-2 mengangkat tangan, "Kak, kelompoknya harus sama kaya kelompok yang tiap hari Sabtu di sekolah gak?"
"Kali ini bebas kok. Kalian terserah mau sekelompok dengan siapa aja yang bisa buat kalian nyaman... semuanya sudah mengerti?"
"Ngertiii kaaaaaak..."
"Oke, balik kanan bubar jalan!"
Kerumunan dihadapannya pun bubar saling berteriak memanggil nama temannya, "Bilda... Kissaa... ayo siniii," panggil Yesa. Kissa dan Bilda beserta tiga orang temannya menghampiri Yesa. "Ayok kita sekelompok," ajaknya.
Kelompok Kissa pun akhirnya terbentuk dengan tambahan beberapa anak lagi. "Siapa nih yang jadi ketua?" tanya Bilda. Aksi saling tunjuk pun terjadi.
"Udah-udah kita voting aja deh ya," putus Kissa yang di setujui yang lain. Hasil voting pun memutuskan bahwa Tiwi sang ketua dan Diyah wakilnya.
***
"Lo gimana sih? Ngapalin enam huruf simaphore aja ga bisa?! Malu-maluin gue ah," Diyah memarahi Tiwi karena ia masih belum hafal gerakan simaphore untuk membentuk kata-kata PRAMUKA saat tugas kelompok tadi sehabis mendirikan tenda, apalagi karena Tiwi ketua kelompok. Diyah yang menjadi wakil ketua menjadi kesal dibuatnya.
"Ya maaf, gue kan ga belajar itu di SD,"
"Lah Bilda sama Yesa juga dari SD yang sama kaya lo kan? Mereka buktinya bisa tuh langsung hafal," bentak Diyah, anggota lain diam saling pandang di dalam tenda.
"Maaf deh kalo otak gue ga seencer mereka!" jerit Tiwi tertahan.
Diyah melirik Tiwi dengan tatapan jijik, "Nyesel gue milih lo jadi ketua!" Tiwi pun pergi meninggalkan mereka setelah mendengar kekecewaan Diyah.

KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK TIRAI
Teen FictionKisah klise remaja yang jatuh cinta ini dimulai pada saat remaja mengalami masa pubertas. Hormon-hormon pubertaslah yang bertanggung jawab atas apa yang dialami Kissa. Kissanash Mauriz Ayunda, bersama keluarganya terpaksa pindah ke Jakarta. Kisah in...