19 Cemburu

183 13 0
                                        

Semenjak hari itu Naron berubah. Itulah yang dirasakan Kissa. Ada jarak diantara mereka walaupun sikap Naron masih sama. Namun rasanya berbeda. Ritual berpetualang mengelilingi Jakarta juga sudah dikurangkan mengingat mereka kini sudah duduk di semester ganjil di kelas XII. Kelas mereka pun terpisah – pisah. Diantara mereka berlima, tidak ada satupun yang sekelas. Naron kini jarang bahkan hampir tidak pernah lagi mengantarkan Kissa pulang karena adanya jadwal belajar kelompok dimasing – masing kelas pada waktu yang berbeda.

Hanya berangkat saja yang terkadang bersama. Naron juga sudah jarang menghubunginya melalui ponsel. Ini semua karena sudah mendekati UN. Pikirnya. Naron berubah karena sudah mendekati UN. Itu yang diyakini Kissa. Waktu istirahat juga sibuk dipakai untuk mencari materi di perpustakaan sekolah. Di kelas XII pokoknya kebiasaan mereka berkumpul sangat jauh berkurang.

"Kiss! Sendirian aja? Tiwi mana?" tanya Naron menghampiri Kissa yang sedang membaca sebuah buku di perpustakaan.

Kissa mengangkat pandangannya dari buku, "Iya nih Ron, si Tiwi belom keuar kelas."

"Naron, mau ngerjain tugas Kimia kapan Ron?" Faya, teman sekelas Naron menghampiri.

"Ohiya.. kita sekelompok ya? Hmm besok aja gimana?"

"Yah gue besok ada bimbel Ron jam setengah lima. Keburu ga ya? Kalo gue kesana dianter motor sih kayanya keburu..." ujar Faya yang menurut Kissa penuh dengan modus.

"Bimbel dimana emang?"

"Itu di Kingkong."

"Oooh, yaudah besok gue anterin aja biar ga telat..." ujar Naron santai.

"Oke deh kalo lo mau nganterin gue mah. Udah dulu ya... bye Ron," Faya melambaikan tangannya, "bye Kiss..." ia melambaikan tangan kepada Kissa juga.

Kissa membalasnya dengan sopan, ia tidak menyangka bahwa perempuan yang tidak pernah sekelas denganya bisa tahu namanya. Ada perasaan tidak enak yang tiba – tiba terbit di hatinya ketika mendengar Naron akan mengantarkan Faya. Ia tidak suka melihat cara Faya memandang Naron.

"Lo nanti pulang mau bareng ga? Ada belajar kelompok gak lu hari ini?" tanya Naron membuyarkan lamunannya.

Karena kesal mengetahui bahwa besok Naron akan mengantar Faya, dengan ketus Kissa menjawab, "Gak bisa Ron. Gue mau ngerjain tugas dulu habis pulang nanti di perpus."

"Oooh, yaudah kalo gitu. Gue balik ke kelas dulu ya Kiss... byeee..." Kissa mendengus kesal.

'Kenapa juga gue marah – marah?' pikir Kissa bingung dicampur dengan kesal.

***

Semalaman ini Kissa gelisah memikirkan Faya. Faya. Dan Faya. Karena penasaran, Kissa memutuskan menelepon Tiwi, "Tiw, lo tau ga Faya kelas XII IPA-2?"

"Iya tauu..." suara Tiwi terdengar dari seberang sana, "dia kan ngetop banget di kalangan angkatan kita."

"Oh, gitu yaa..."

"Denger – denger nih ya, Faya naksir Naron banget loh..."

"Masa?" rasa penasaran Kissa pun terjawab.

"Iyaa... katanya dari kelas X juga dia udah suka sama Naron."

"Oh..."

"Kenapa Kiss nanya?"

"Hah? Ah enggak kenapa napa kok. Iseng aja hehehe... oya Tiw, lo ikut nonton pensi hari Sabtu ga?" Kissa mengalihkan topik.

"Ikutlah... ini kan tahun terakhir kita nonton pensi di sekolah kita sebelum jadi alumni..."

Kissa tersenyum, "Iya juga sih yaa..."

***

Esok harinya Kissa resah sepanjang pelajaran. Ia sibuk memikirkan Naron yang nanti akan mengantar Faya yang suka sama dia. Kissa menggigit – gigit kukunya. Kebiasaan dia ketika sedang gelisah.

"Kiss, gue pulang duluan yaaa..." Tiwi berteriak di parkiran. Ia pun pergi dengan berboncengan bersama Nakula meninggalkan Kissa sendirian. Kissa celingukan seperti orang linglung di dekat parkiran motor. Tere sudah pergi beberapa menit sebelum Tiwi dan Nakula pergi.

Kissa sendiri masih tidak rela bila mengingat Naron yang akan mengantarkan Faya nanti. Dengan rasa gugup Kissa menghampiri motor Naron. 'Ah, Naron sama Faya kan masih ngerjain tugas di kelas. Disini udah sepi juga ini...' Kissa berpikir dalam hati sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar pelataran parkir. Ia membulatkan tekadnya. Dengan pelan ia membuka pentil ban motor Naron. Tekanan ban motor Naron pun berkurang derastis.

"Lo ngapain Kiss? Belom pulang?"

Kissa membeku, ia menoleh ke belakang. Sudah ada Naron dan Faya di belakangnya. 'Aduh, ketauan ga ya?' Kissa nyengir salah tingkah, "Ini gue lagi jalan mau pulang, terus gak sengaja ngeliat ban motor lo kayanya kempes deh Ron hehehe..." Kissa tersenyum salah tingkah.

Naron menatap tajam mata Kissa. Kissa memalingkan bola matanya ke arah lain. Ia tidak berani balas menatap Naron. "Hmm, Fay... sorry nih. Ban motor gue kempes. Kayanya gue ga bisa nganter lo ke tempat bimbel deh..." ujar Naron hati – hati sambil terus menatap Kissa.

"Gapapa Ron... hahaha, gue langsung pergi sekarang aja deh yaa... dada Naron.... dada Kissaaa..." Faya melambaikan tangan dengan senyuman ceria kepada keduanya.

Naron mendesah nafas, "Harus dorong motor ke bengkel deh kalo gini mah..."

"Mau gue temenin Ron?" tanya Kissa langsung, "Maksud gue... dari pada lo sendirian jalan ke bengkelnya. Pasti bikin bete banget kan kalo gitu..."

Naron kembali menatap Kissa tajam, "Yakin gapapa? Gak ngerjain tugas? Ga ada belajar kelompok?"

Kissa melambai – lambaikan tangannya sambil nyengir, "Enggak kok enggak... tenang aja..." jawab Kissa tanpa memandang mata Naron. Mereka pun akhirnya jalan berdua sambil mendorong motornya perlahan. Selama perjalanan, mereka mengobrol seperti biasa. Kissa bersikap biasa saja, padahal sebenarnya tanpa ia tahu bahwa Naron sudah melihat apa yang Kissa lakukan di parkiran tadi.

Naron tidak ingin membahasnya. Hatinya terlalu senang untuk membahasnya melihat kenyataan baru ini. Hatinya penuh harapan.

"Hmm, Ron... Faya cantik yaa..." ujar Kissa hati – hati.

Naron melirik Kissa, "Ya... banyak yang bilang gitu."

"Hmm, pasti seneng banget ya Ron disukaain sama cewek cantik kaya Faya..."

"Lumayan..." Naron terkekeh, Kissa mengangguk – angguk, ia mengalihkan perhatiannya kepada montir yang sedang menambahkan udara ke dalam motor Naron, "Kenapa? Cemburu ya?"

Kissa menoleh dengan muka innocent-nya, "Hah? Enggak kok..."

Naron mengangkat kedua alisnya ke atas, 'Gue ga bakal ketipu sama muka innocent lo itu Kiss. Sinar mata lo sekarang udah sama kaya sinar mata lo ngeliat tetangga lo itu. Terimakasih.' Ujarnya dalam hati, "Lo besok dateng ke pensi sekolah kita kan?" tanya Naron mengalihkan pembicaraan.

"Dateng doong... kan tahun terakhir kita ini..."

"Mau gue jemput?"

Kissa menoleh, "Mauuuu..." jawabnya segera, "Jam berapa?"

"10.00?"

"Okeeee...."

***


DI BALIK TIRAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang