19.3 Badut (Setengah) Belis

69 25 11
                                    

5, Bulan Puncak. Tahun 1927.

Pagi ini cukup terik, padahal sudah mulai masa peralihan menuju musim gugur. Caellan melangkah santai menyusuri trotoar menuju Arial setelah menyantap sarapan di kedai pojok persimpangan di belakangnya. Menghadapi para setengah iblis sudah cukup menguras kesabaran, sehingga ia perlu mengisi amunisi yang cukup banyak! Nah, Caellan pun merutuki para manusia yang berlalu-lalang di sekitarnya. Betapa beruntungnya mereka—para pekerja kantoran, pasukan pembersih jalan, pemuda seusia Rayford yang mengambil surat-surat dari kotak pos merah, atau wanita paruh baya yang sedang mengelap pintu kaca toko roti itu—karena tak perlu berada di tengah-tengah sekumpulan setengah monster. Ah, apakah wanita itu pernah berpikir jika salah satu pelanggan setianya barangkali menyembunyikan insang di leher dengan selalu mengenakan syal atau bisa menyemburkan api dari kedua telinganya? Mungkin tidak.

"Iblis! Iblis berulah lagi!" Caellan tersentak oleh seorang pria yang tengah menjajakan koran tak jauh di depannya. Ia duduk santai sembari berteriak pada orang-orang yang melewatinya. Tak perlu usaha banyak selain meneriakkan berita utama untuk menarik beberapa orang mendekat. "Berita heboh pagi ini! Politikus tewas karena iblis! Tuan-tuan, jangan ragu-ragu, mampirlah!"

Caellan bergabung pada kerumunan yang satu-persatu membeli koran itu. Tangannya secara otomatis menyambar koran terdekat dan membaca judulnya dengan tegang.

Usik Vehemos, Politikus Theompore Kehabisan Darah

"Ya Tuhan, ini jelas-jelas ulah iblis," seseorang berkomentar di dekat Caellan. Ia mengeluarkan beberapa keping uang. "Politikus-politikus gila itu terlalu berambisi untuk mengganggu para iblis di era sebelumnya. Ini akibatnya."

Para pembaca lainnya menggumamkan persetujuan, lantas meninggalkan kios kecil itu dengan masing-masing koran di tangan, bergantian dengan para pejalan kaki baru yang penasaran. Caellan masih bertahan di tempat, matanya jelalatan membaca berita seutuhnya. Politikus yang memiliki andil dalam proyek penelitian di perbudakan lalu ini digantung terbalik di ruang kerja, dengan bilah-bilah tulang menancap pada kakinya. Tak ada luka selain itu, jadi bagaimana bisa ia kehilangan darah? Tak pelak ini adalah perbuatan vehemos, tetapi mengapa, dan bagaimana bisa vehemos mempedulikan seorang manusia? Caellan tak terlalu memusingkan permasalahan utama, karena ia lebih terfokus pada bilah-bilah tulang itu.

Par.

Demi Tuhan di langit, apakah Par membuat Rayford membunuh? Guru Muda yang polos dan dirundung trauma itu, apakah iblis brengsek ini berhasil memanipulasi adiknya? Caellan mencengkeram tepi koran terlalu erat hingga muncul sobekan, dan itu tidak luput dari perhatian sang penjaja koran.

"Hei, kau sebaiknya membeli koran itu."

Caellan tersentak. Ia cepat-cepat merogoh saku dan mengeluarkan sejumlah keping uang. Boks telepon! Ia membutuhkannya saat ini, dan Caellan bergegas menuju boks merah terdekat. Ia harus menelepon Camon secepatnya.

"Yo, halo?"

"Came, ini Caellan," kata Caellan dengan buru-buru. Ia membuka koran sekali lagi dan menyusuri berita. "Kau tahu berita utama di koran-koran pagi ini tentang politikus Theompore?"

"Ah, ya. Orang-orang ramai membicarakannya di sini. Bahkan iblis saja membenci pembela sayap kiri."

Caellan mengabaikan kekehan Camon. "Bukan itu intinya. Aku ingin meminta tolong padamu," ujarnya cepat, membuat Camon tersadar bahwa situasi genting sedang menimpa pemuda ini. Caellan dengan cepat menjelaskan bagaimana iblis yang menguasai Rayford adalah satu-satu-nya yang kemungkinan bisa menghasilkan bilah-bilah tulang serupa foto di koran. Ini membuat Camon kehilangan semangat untuk bercanda, dan Caellan memohon untuk mencari daftar nama yang sekiranya terlibat di proyek penelitian di perbudakan seperti Theompore. Bisa saja Rayford sedang mengarah ke nama-nama selanjutnya.

ANTIMA: The Denial  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang