"Rencanamu terbongkar?" Tawa Camon membahana di telepon, membuat Caellan semakin jengkel. "Oleh seorang bocah empat belas tahun? Jika Don tahu, sungguh, kau akan menjadi bulanan-bulanannya! Seorang Caellan Caltine dipermalukan!"
Caellan mendesis. Matanya secara aktif menyapu pemandangan di luar boks telepon. Dia kembali melihat gagak-gagak sialan yang mengawasinya itu. Caellan semula berpikir kemunculan sekumpulan gagak di sudut-sudut tertentu adalah hal yang lumrah di kota singgah sebelumnya, tetapi setelah mengetahui Elliot ternyata memiliki Energi dari vehemos gagak, rasa santainya berubah menjadi ketegangan. Elliot mengawasinya sejak awal.
"Lalu bagaimana sekarang?" tanya Camon lagi saat Caellan mengumpat berulang kali.
"Mana kutahu?" bentak Caellan. "Aku refleks mengancam dan tidak lagi bisa memanfaatkannya dengan cara yang kemarin. Sekarang dia akan menganggapku sebagai orang paling mencurigakan dan akan lebih banyak gagak yang mengawasiku ... oh, apa kau sudah tahu kalau dia bisa mengontrol gagak?"
"Bekerja bersama setengah iblis membuat kehidupanmu menjadi transparan, Caellan."
"Ya, dan sekarang apa yang mesti kulakukan?"
"Bagaimana? Hanya kau yang tahu karena aku tidak pernah mengalami situasimu. sekarang kau tahu jika rencanamu pada umumnya tidak akan bekerja. Kenapa tidak lakukan hal-hal yang diluar kebiasaanmu?" Ketika Caellan tak menyahut, Camon melanjutkan dengan lebih kalem, "Kalau kau tak mengalaminya, bagaimana mungkin kau bisa menjadi seorang Vandalone? Ayo, bung, kau harus kembali ke rumah dengan dagu terangkat. Buat Don kembali mencari-carimu seperti sedia kala."
Caellan mendesah. "Oh, aku menantikannya."
"Benar, kan? Dan, aku mungkin tidak akan bosan-bosannya mengingatkanmu; jangan lupa minum obat."
"Kenapa tiba-tiba?"
"Entahlah. Aku hanya khawatir jika kau berada terlalu lama bersama para setengah iblis itu maka ... kau tahu, dia akan ikut bangun?"
Otak Caellan secara aktif memutar kenangan-kenangan mengerikan itu dan—sembari menggelengkan kepalanya kuat-kuat—ia berkata, "Itu tidak berpengaruh bagiku. Kecuali kalau aku dihadapkan pada situasi yang benar-benar ...."
"Ah, sudahlah. Tidak usah membicarakannya. Yang penting itu tidak terjadi. Benar?"
Caellan belum bercerita bagaimana sebuah kejadian kecil yang melibatkan lutut berdarah telah membuatnya merasa haus, tetapi Caellan memutuskan untuk menyimpannya sendiri. Toh itu hanya sebuah kejadian kecil.
"Tidak," katanya. "Aku baik-baik saja."
"Bagus! Kalau begitu telepon aku lagi nanti malam. Karena targetnya adalah para tentara, aku tidak bisa menyimpulkan bagaimana pola target dari iblis itu. kukira mereka mengincar para politikus dan bangsawan sayap kiri, tetapi kita ada sedikit kekeliruan. Maksudku, bangsawan yang menyembunyikan para tentara itu memang pembela sayap kiri, tetapi yang menjadi targetnya malah para tentara."
"Tetapi aku tidak mau menunggu muncul korban ketiga atau keempat agar mengetahui polanya." Caellan meremas rambut. Lama-kelamaan dia bisa gila sungguhan. Sementara Camon berusaha menghiburnya, Caellan terus memutar otak untuk memikirkan bagaimana caranya mengendalikan situasi. Pada akhirnya, gejolak emosi tidak karuan membuatnya tak bisa berpikir jernih. Caellan mengakhiri telepon itu dengan kegelisahan memuncak.
Dia tak punya cara lain selain satu lagi. Jika ini gagal, Caellan harus keluar dari tim China Lau dan mendeklarasikan perlawanan terhadap Trevor Curtis.
Oh, demi Rayford, dia akan melakukan apa pun.
Caellan kembali ke lapangan sirkus dan tenda telah didirikan dengan sempurna. Para staf kini sibuk menata panggung di dalam sementara para pemain berdandan dan menyiapkan kostum. Empat jam menuju dibukanya loket tiket. Ia menyeret kaki menuju kereta China, menyadari bahwa sang ketua sirkus belum kembali dan hanya ada dua bocah sialan yang terpekur di kompartemennya. Mereka berdua sontak menatap Caellan saat muncul di ambang pintu.
Elliot, sesuai dugaannya, kini menatap Caellan dengan berbeda. Bocah itu waswas kepadanya sementara Elena terus-terusan memasang tampang bersalah. Ketika Caellan duduk dan bersiap mengatakan sesuatu, Elliot tiba-tiba bersuara, "Aku sudah mendengarnya dari Elena. Aku ... aku minta maaf."
Caellan mengernyit.
Belum sempat ia bertanya, Elliot melanjutkan, "Maafkan atas kelancanganku. Sungguh, apa pun yang kutanyakan kepadamu sebelumnya murni karena aku hanya tidak ingin ada yang perlu dicurigai di antara kita. Kau tahu itu, bukan? Tetapi Elena telah bercerita padaku, dan jangan marah padanya, karena akulah yang bertanya. Aku teramat tidak tahu kalau ternyata kau punya masalah seberat itu dengan Par sejak lahir." Sang aristokrat termenung sejenak. "Kau hanya bercerita sedikit, sehingga kukira masalahmu hanya sekadar ... yah, trauma ringan. Aku sama sekali tidak mengira Par mempermainkan hidup para Caltine bahkan sebelum kalian lahir."
Caellan tak menyangka ini. Selama sesaat dia terpekur di tempat. Elliot sendiri mengatupkan bibir dan sebagaimana pemuda bangsawan yang beretika baik, dia meminta maaf lagi. Dia pun menambahkan bahwa tindakannya selama ini hanya perintah dan Elliot tak memiliki niat buruk selain memastikan semuanya berjalan sesuai keinginan Trevor.
Caellan mendengus. Ini dia.
"Sudah kuduga jenderal itu memang tidak memercayaiku." Caellan mengusap wajah. "Apa yang bisa kulakukan sekarang, bung? Rayford adalah satu-satunya keluarga yang tersisa. Hidupku kuhabiskan untuk mencarinya, dan setelah dia datang kepadaku, iblis keparat itu ada bersamanya. Seolah tidak cukup, orang-orang mendadak mengincarnya pula, dan tidak sedikit yang mengancamku."
Elliot mengernyit. "Tak mungkin Paman Curtis mengancammu."
"Terserah kau mau memercayaiku atau tidak. Dia mengatakannya semudah itu di depanku. Elena saat itu ada bersamanya, di rumahku, tetapi dia sedang bertelepon dengan Nona China." Elena melongo. Dia tidak tahu Caellan diancam saat itu, tetapi waktu kejadiannya sangat bertepatan sehingga dia membenarkan ucapan Caellan. "Sekarang aku akan bertanya kepada kalian. Mudahnya saja," kata Caellan lagi. "Aku dihantui Par sedemikian rupa sehingga aku trauma karenanya, dan harus menenggak ini selama bertahun-tahun karena kesehatan mentalku terganggu." Caellan melempar obat-obatan anti-depresan ke meja, mengejutkan kedua bocah itu. "Aku adalah salah satu alasan mengapa Vandalone mempertahankan kemurnian klan sebagai klan manusia seutuhnya. Sekarang, kalian tahu betapa besar traumaku terhadap para iblis, tetapi apa kau tahu mengapa aku masih menerima ini semua? Aku bisa saja menolak jika aku mampu dan mencari Rayford dengan caraku sendiri. Toh aku adalah anggota Vandalone—apa yang tidak bisa kulakukan? Tetapi aku ada di sini, bersama kalian para setengah-iblis, mengikuti tur yang membuang-buang waktuku dan bersabar menenggak ini semua setiap malam karena mimpi-mimpi buruk."
Elliot maupun Elena tak bisa menjawab. Mereka terhenyak dan rasa bersalah menguasai keduanya.
"Aku—aku tidak tahu."
"Tentu saja kau tidak tahu. Jenderalmu itu sangat baik dan melakukan berbagai aksi kepahlawanan yang menyelamatkan seisi negeri. Aku pun kagum padanya sampai ini terjadi, dan terserah jika kau tidak memercayaiku, tetapi dia memanfaatkan situasiku yang terpojokkan untuk mendapatkan Rayford."
"Kenapa dia sampai melakukan ini kepadamu?" Elliot bertanya, lebih kepada dirinya sendiri. "Apa spesialnya Rayford daripada para penyintas lain sehingga paman menyuruhku melakukan ini karenamu?"
Sadar Caellan menatapnya dengan terheran-heran, Elliot menghela napas. "Ya, Paman menyuruhku ikut tur untuk mengawasimu. Aku harus ikut tampil selama beberapa hari pun adalah keputusan mendadak dan kebetulan saja. Findel terkilir."
Kompartemen itu kemudian menghening. Semua sibuk pada dugaan dan kecurigaan masing-masing, tetapi Caellan yakin, semua kini meletakkan kecurigaannya pada Trevor Curtis. Satu rencananya terlaksana dengan baik, tetapi bukan berarti Caellan bisa bernapas lega. Ucapan Elliot memunculkan satu pertanyaan yang paling mengganggu:
Apa yang membuat Rayford sangat spesial sampai dikejar oleh banyak pihak seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTIMA: The Denial ✓
Fantasy[BOOK 1] Khass memang seorang Guru Muda, tetapi Par takkan menyerah untuk menyeretnya keluar dari perguruan menuju neraka dunia. = = = = = = = = = = = = = = = = = = Listed as Featured Story on WIA Indonesia Listed as a part of Reading List #3 o...