Note: Sudah masuk bab 20, berarti kita masuk ke sepertiga akhir cerita. Semangat! ^^
------------
Gladi bersih berakhir sekitar dua jam kemudian dan Elena mendapati Caellan tak kembali sama sekali. Cuci muka yang terlampau lama, eh? Atau jangan-jangan dia pulang ke penginapan untuk sekadar cuci muka? Dugaan terakhir membuat Elena merasa geli. Untunglah ia tak perlu menduga-duga terlalu lama. Caellan ternyata berbaring di salah satu bangku taman seraya memandang matahari yang menyengat. Heh, apa-apaan pemuda ini? Bukankah tadi dia bilang sedang kepanasan?
"Caellan?" Elena menghampiri dengan bertanya-tanya. Pemuda itu sendiri sudah tahu jika sang gadis mendekat. Senyum tersungging di bibirnya. "Apa yang kaulakukan di sini? Berjemur?"
"Tidak juga." Caellan pun beranjak dan mengibaskan tepi fedora ke wajah. "Aku lapar. Apa gladi bersihnya sudah selesai?"
"Ya, dan kenapa kau tidak berada di dalam?"
"Kupikir ... akan lebih baik jika aku menonton pertunjukkan langsungnya dan tidak merusak fantasiku."
Elena mengangkat alis. "Baiklah. Dan, ya, aku juga lapar. Apa kau mau makan sesuatu?"
"Mau makan bersamaku? Aku ingin merayakan sesuatu."
"Merayakan apa?"
Alih-alih menjawab, Caellan hanya memberikan isyarat kepada Elena agar mengikuti. Gadis itu dengan patuh mengekori sang pemuda keluar tenda, lantas menaiki trem dari halte terdekat. Caellan rupanya mengajaknya ke salah satu kedai kue di tepi kanal Applebaker.
Elena heran ketika muncul kue mungil ketiga di tengah-tengah meja, dan kue itu berhiaskan lilin serta liuk krim gula bertuliskan "selamat ulang tahun".
"Apa kau berulang tahun hari ini, Caellan?"
"Bukan. Rayford." Jawaban itu membuat Elena terhenyak dan kekalutan segera menyelimuti wajahnya. Caellan tersenyum melihat ekspresi Elena dan berkata dengan pelan. "Tetapi hari ini bukan ulang tahunnya. Ulang tahunnya baru saja lewat. Aku hanya menyesali kenyataan bahwa setelah dia menemukan identitasnya yang asli sekalipun, Rayford belum bisa merayakan ulang tahun sebagaimana kita, atau anak-anak seusianya. Sementara aku bisa merayakan ulang tahunku dengan sangat meriah, Rayford harus ... yah ...."
Caellan masih tidak bisa mengatakan bahwa Rayford telah digerakkan Par untuk membunuh politikus di koran-koran itu. Caellan hanya bisa diam, berharap bahwa Elena akan jatuh ke dalam rencana yang sudah dibentuknya selama meninggalkan gladi bersih tadi. Cukup sulit baginya sebab ada emosi yang harus dimunculkan di sini, tetapi memancing emosi Elena semudah memerangkap tikus dengan umpan selai kacang. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
"Oh, Caellan," bisiknya. "Aku sama sekali tidak tahu ... aku, aku merasa sangat ingin bertemu dengannya sekarang dan memeluknya."
"Aku juga, dan kuharap kue ini akan menjadi simbol dari akhir penderitaannya di usianya yang sekarang. Mari berharap bahwa tahun depan ia bisa meniup lilin kuenya sendiri."
Menggelikan. Caellan bahkan tidak pernah merayakan ulang tahun dengan kue-kue manis.
Namun, yang terpenting, saat ini Elena otomatis menangkup kedua tangannya dan memejamkan mata. "Amin," ucapnya lembut. "Aku benar-benar akan membantu semampuku untuk mencari Rayford."
"Nah, aku sudah memikirkan beberapa rencana ... tetapi kau harus mendengarkanku dengan baik dan membuka pikiranmu selebar mungkin. Ini akan terdengar sedikit ... berbeda dari bayanganmu."
"Apa itu?"
"Sebuah rahasia keluarga," kata Caellan, membuat Elena refleks berhenti memotong kuenya sendiri dan mencondongkan tubuh. "Alasan yang barangkali membuat Rayford kabur."
"Kenapa kau menceritakan ini kepadaku?"
"Karena rahasia keluarga kami begitu besar," bisik Caellan, dan saat membayangkannya saja membuat gelisah. "Aku khawatir jika Elliot Zane barangkali sudah tahu juga, sebab rahasia ini sesungguhnya bukan rahasia yang eksklusif lagi! Mungkin beberapa orang pun sudah tahu, begitu pula dengan Jenderal Curtis dan nona Lau."
"Bagaimana bisa?"
"Elena, kau adalah putri seorang politikus, benar?" tanya Caellan pelan-pelan. "Kuyakin kau pasti merasa familiar dengan margaku. Bukankah terdengar seperti nama sebuah klan yang besar?"
Caellan membuktikan satu kecurigaannya saat Elena terlihat ragu-ragu saat mengangguk. "Elliot menyinggungnya sebelum kami bertemu denganmu. Tentang ... margamu dan Rayford, yang terdengar begitu familiar, dan bagaimana ayah kalian ... begitulah."
"Ceritanya panjang, akan kusampaikan lain kali. Dan, ya, Elliot tidak salah." Caellan menguak satu kecurigaannya lagi. Ini lebih cepat daripada dugaannya. "Singkat cerita aku dan Rayford diasingkan oleh Da sebagai bentuk usaha menjauhkan kami dari keluarga besar. Usaha Da tidak berhasil sepenuhnya. Rayford ternyata terperangkap pada perbudakan yang juga disponsori keluarga besar kami. Itu yang membuat Rayford sangat syok, dan sangat marah, bahkan dendam pada Desmond. Aku menyetujui dugaan nona Lau tentang itu. Namun, nona Lau dan Jenderal Curtis mengabaikan sesuatu."
Elena sudah sedemikian terkejut saat mendengar penuturan Caellan, sehingga pancingan terakhir membuatnya makin kalang kabut. "Apa itu?"
"Rencana nona Lau tidak sempurna," kata Caellan penuh penyesalan. "Mereka tidak mengenal Rayford, dan rencana-rencana yang mereka gagas saat ini mengacuhkan perasaan Rayford. Mereka membuat rencana seolah-olah Rayford sudah dewasa betul dan berpikir logis! Padahal Rayford masih seusiamu, dan aku tahu betul betapa dia hidup sendirian dan membutuhkan perhatian semua orang yang ia kenal."
Elena mengangguk cepat. Air mata menggenang. "Astaga, kau benar! Aku ... jika aku menjadi Rayford, aku akan semakin ketakutan jika dikejar-kejar seperti ini."
"Benar sekali," kata Caellan tenang. "Kenyataan bahwa Rayford kabur dan mengikuti iblis sialan itu membuktikan bahwa Rayford lebih percaya kepadanya, yang kuyakini telah menemani adikku sejak dahulu. Rayford belum sepenuhnya percaya kepadaku, tetapi aku yakin jika kita bekerja sama untuk melindunginya, Rayford akan segera datang kepada kita. Dia anak baik. Dia pasti terpaksa mengikuti iblis itu karena merasa tidak punya pilihan."
"Bagaimana cara kita akan melindunginya?"
"Dengan terang-terangan tidak menunjukkan bahwa kita adalah bagian dari rencana Jenderal dan nona Lau, Elena," kata Caellan perlahan, memastikan Elena tidak merasa tersinggung dengan itu. Saat sang gadis mengernyit, Caellan menambahkan, "Kutegaskan sekali lagi, kalau mereka memperlakukan Rayford seolah-olah buronan. Itu tidak baik. Kita harus mengejar Rayford dalam diam, tidak berisik, apalagi bersifat mengancam. Kita ikuti pergerakan Rayford tanpa bersuara. Kita dekati dia, dan bahkan jika berhasil mencapainya, kita yakinkan Rayford bahwa dia aman bersama kita. Dan, sejujurnya alasan mengapa aku juga membutuhkanmu, karena kau pernah mengenal iblis Rayford. Aku hanya manusia biasa, Elena, aku tidak punya cukup Energi untuk menghadapinya."
Elena terkesiap. "Aku juga tidak sekuat itu untuk melawan iblis."
"Jangan khawatir," kata Caellan. "Itu hanya untuk berjaga-jaga. Aku akan memastikan kau tidak perlu menghadapi iblisnya, dan bukankah dua lebih baik daripada satu?"
"Kau benar."
"Rayford juga pasti takkan membiarkan iblisnya menyakiti teman-temannya. Yang terpenting, Rayford tahu kita ada untuknya, bukan mengejarnya seperti buronan."
Elena mengangguk agak ragu. "Lantas ... apakah kita tidak mengikuti rencana Nona Lau? Bagaimana kita akan mengatakannya?"
"Kita tetap mengikuti tur sirkus Nona Lau, jangan khawatir," kata Caellan. "Kita tetap akan mengikuti mereka, tetapi dengan cara kita sendiri. Ingat, ketika orang-orang berisik, kita harus tetap diam. Dan, sungguh, jangan cemas! Kita tidak melawan Jenderal Curtis atau nona Lau. Kita tetap menumpang pada rencana mereka. Kita tetap sejalan. Tetapi, ingat, jika mereka berisik, maka ...."
"Kita diam," Elena menyelesaikan ucapan Caellan dengan sempurna. Sang pemuda menyambut awal mula dari kerja sama ini dengan gembira. Ia pun memotong kue ulang tahun Rayford dan membaginya dengan Elena, lantas mengganti topik dengan hal-hal yang lebih ringan dan menyenangkan.
"Jadi, Elena," ujarnya. "Ingat kalau obrolan kita tempo hari belum selesai? Bagaimana komentar ayahmu setelah itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTIMA: The Denial ✓
Fantasy[BOOK 1] Khass memang seorang Guru Muda, tetapi Par takkan menyerah untuk menyeretnya keluar dari perguruan menuju neraka dunia. = = = = = = = = = = = = = = = = = = Listed as Featured Story on WIA Indonesia Listed as a part of Reading List #3 o...