Dugaan Caellan meleset sedikit. Ternyata kereta sirkus ini tidak berhenti di stasiun besar—tentu saja, memang bagaimana mereka akan mengangkut barang?—dan kereta berakhir pada sebuah stasiun kecil terbengkalai yang dibeli oleh Korporasi Arial untuk keperluan sirkus. Stasiun kecil itu terletak di tepi kota dan area sekelilingnya telah diratakan menjadi sebuah lapangan sebesar lapangan bola. Para staf dengan cepat mendirikan tenda dan menyediakan sarapan. Selepas itu mereka menegakkan pagar kayu tinggi yang mengelilingi lapangan, semata-mata mencegah para pejalan kaki untuk mengintip proses pendirian tenda dan sebagainya. Sirkus adalah keajaiban, kau tahu? Itulah yang dipercaya para orang semenjak dahulu, sehingga ketika kereta sirkus itu tiba, mendadak penduduk sekitar berke-rumun penasaran.
Caellan, bertiga bersama Elena dan Elliot, diizinkan untuk tidak terlibat kegiatan apa pun. Mereka mengunci diri di kompartemen China Lau untuk mempelajari rencana yang sudah dibentuk, kemudian menyewa mobil untuk menuju laboratorium Desmond yang terletak di ujung lain kota. Butuh waktu perjalanan sekitar sembilan puluh menit untuk mencapai sebuah pelabuhan ... dan, ya, kau membacanya dengan benar. Pelabuhan.
Caellan sepertinya harus menenggak tiga kapsul lagi, tetapi itu sudah dilakukan tadi pagi. Tubuhnya cukup berenergi, sayang kelebat mimpi yang menyebalkan mengurasnya dengan sia-sia. Tak ingin membuang lebih banyak stamina, Caellan memusatkan pikirannya pada berbagai hal yang akan diembatnya dari laboratorium Desmond. Semua tidak hanya tentang Par dan Rayford saja. Dan, uh, aroma laut ini begitu memuakkan, bahkan baunya lebih pekat daripada pesisir Applerock.
"Kemungkinan Rayford berada di sini sangat kecil, tetapi apa pun yang kita lakukan sekarang pasti membawa kita lebih dekat kepadanya," kata Caellan saat mobil terparkir di depan sebuah gudang mungil di antara jajaran yang lebih besar. Gudang itu tidak mencolok, dan dibentuk menyerupai gudang-gudang barang yang lain. Caellan membenci pemandangan ini. Gudang-gudang di tepi laut, dan kapal-kapal pengangkut barang yang tertambat di dek panjang! Ini sangat persis dengan pemandangan ketika Caellan terdampar di usia enam. Untungnya para kuli telah menuntaskan tugas mereka sejak berjam-jam lalu. Para wanita pengangkut ikan telah lama menghilang ke pasar, dan hanya menyisakan bau amis yang melekat kuat pada dinding-dinding pergudangan. Dua orang tentara suruhan Trevor Curtis telah menanti di gudang Desmond dan segera membukakan pintu. Senapan berpeluru venome siap di sabuk masing-masing, membuat Elliot dan Elena refleks menutup hidung saat melewati mereka.
Laboratorium yang disarukan sebagai gudang membuat kelima orang cukup waswas. Kesan pertama yang muncul adalah rasa jengah akibat barang-barang yang berserakan sembarangan, seolah-olah pernah terjadi gempa bumi. Rak-rak besi tergeser dari tempatnya, tetapi tidak cukup jauh, sehingga barangkali hanya disenggol cukup kuat sampai buku-buku sebesar separuh tubuh Elena berjatuhan di lantai. Meja-meja penelitian diatur di tengah ruangan. Berbagai peralatan penelitian berupa pinset hingga tabung raksasa kosong menjadi penegasan bahwa laboratorium ini memang adalah tempat singgah terakhir Desmond sebelum berpindah ke situs perbudakan. Entah apa yang terjadi hingga laboratorium digembok dengan situasi seperti ini. Seorang tentara mengabarkan rekan-rekannya melalui radio genggam untuk bersiap, tetapi Caellan merasa tidak perlu. Debu menumpuk dan jaring laba-laba tersebar aman di berbagai sudut. Laboratorium ini sudah tak tersentuh selama tahunan.
Itu berarti Rayford tidak kemari.
"Merasakan sesuatu, Elena?" tanya Elliot, memperjelas kecurigaan Caellan. Gadis itu terdiam sejenak sebelum menggeleng ragu-ragu.
"Aku hanya mencium bau tipis dari iblisnya."
"Mungkin saja sel iblis itu dikembangkan di sini sebelum dibawa ke situs," kata Caellan. "Apa kau mencium bau-bau iblis lainnya?"
Elena mengangguk lesu. Itu cukup untuk menegaskan jawaban, lantas tim kecil sepakat untuk berpencar. Caellan perlu mengawasi tindak-tanduk Elliot yang berusaha mencari sesuatu, tetapi nampaknya pemuda empat belas tahun tidak cukup dewasa untuk dipercaya menangani sesuatu yang penting. Elena dengan gelisah mengacak berkas yang berserakan di lantai dengan sia-sia. Dia juga tidak tahu ingin melakukan apa. Maka Caellan menyusuri setiap jengkal dengan cepat, berusaha menilik di mana kiranya Desmond menyimpan berkas-berkas yang berharga. Dia kepala penelitian proyek ilegal, tentu saja ada banyak hal penting yang harus diketahuinya. Seperti daftar nama klan yang memasok sumber daya manusia ke situs, misalnya. Dia pasti butuh infromasi subjek-subjek yang cocok untuk menjadi kelinci percobaannya. Jangan sampai jika kelak Rayford sungguhan datang kemari, dia menemukan berkas itu.
"Apa yang dia cari? Tidak ada apa-apa di sini. Banyak sekali debu menumpuk, pasti tak ada yang kemari sejak ditinggalkan." Elliot menghampiri Elena yang termangu di dekat pintu gudang. Gadis itu menyadari bahwa Elliot sedang menyinggung Caellan dan matanya mengawasi dengan saksama. Elena menggigit bibir.
"Entah. Tinggalkan Caellan sendiri. Kita juga tidak mungkin kembali dengan cepat."
"Dia mencari sesuatu."
Elena gugup. "Masa? Kukira dia begitu frustasi mencari Rayford. Kau sudah mendengar kalau mereka berpisah sangat lama, dan ketika akhirnya berhasil bertemu, iblis itu justru menghancurkannya kan? Mungkin Caellan mencari hal-hal yang berhubungan dengan iblis itu. Karena ... nampaknya sel iblis itu dikembangkan di sini."
Barulah pada saat itu Elliot menatap Elena, dan reaksi ini membuat sang gadis cepat-cepat mengalihkan pandangan. Semoga Elliot tidak menyadari usahanya membela Caellan. "Kukira dia punya dendam yang begitu besar pada vehemos itu."
"Kupikir juga begitu."
"Dan ... kau? Apa kau tidak marah pada monstermu?" kata Elliot.
Elena mengangkat alis. Baru kali ini Elliot benar-benar mengajak bicara tentang dirinya. Selama ini mereka jarang mengobrol selain untuk hal-hal lain yang lebih penting, atau Elliot yang sekadar bersikap sopan dengan membantunya melakukan sesuatu. Namun, itu cukup untuk membuat Elena jatuh hati kepadanya, dan kesempatan tak terduga ini membuatnya bingung.
"Aku ... entahlah. Monsterku bersikap sangat baik kepadaku. Tak pernah sekali pun dia menyakitiku atau memunculkan ketakutan, berbeda dengan Rayford."
Elliot mengangguk. "Tidak semua vehemos pantas disebut sebagai iblis."
"Ah ... benar."
"Caellan!" Elliot tiba-tiba berteriak, mengejutkan Elena. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya lagi, membuat sang gadis menggerutu dalam hati. Oh, tidak bisakah dia membiarkan Caellan sibuk sendiri? Caellan menyahut dari kejauhan bahwa dirinya sedang mencari apa pun yang berhubungan dengan iblis itu. Elena diam-diam merasa lega karena Caellan rupanya memikirkan alasan yang sama dengannya, meski Elena yakin bukan itu yang persis dicari Caellan. Entah apa, yang jelas berhubungan dengan Rayford. Mereka harus mendapatkan Rayford lebih dahulu daripada yang lain.
"Aku akan menunggu di luar!" seru Elliot lagi. "Aku akan melihat laut," ujarnya, dan mendapat balasan bahwa Caellan tidak menyukai laut sehingga Elliot bisa berpuas-puas diri sesukanya. Pemuda itu mendengus geli dan memandang Elena. "Kau mau ikut denganku atau membantunya?"
Elena mengerjap. Ikut dengan Elliot? Yang benar saja, tentu dia mau! Tetapi mendapat tawaran seperti itu membuat Elena ragu. Kenapa dia tidak membantu Caellan? Dia refleks memandang ke dalam gudang, dan ternyata Caellan sudah menatap ke arahnya. Dia memberikan isyarat agar Elena juga ikut pergi. Oh, wow. Apakah Caellan memercayainya untuk mencegah Elliot mengganggu Caellan lagi?
"Aku akan ikut denganmu," kata Elena malu-malu. "Gudang ini terlalu menyesakkan bagiku."
"Bukankah begitu? Lagipula aku tidak mau dekat-dekat dengan senapan para tentara itu. Dadaku nyeri," kata Elliot, dan mulai bergumam pelan soal Caellan. Elena sempat mendengarnya berkomentar bahwa Caellan bertingkah agak mencurigakan karena posisinya, dan Elena tidak paham soal itu, tetapi ia harus memastikan bahwa rencana Caellan tidak diketahui siapa-siapa dahulu. Elliot cukup tajam. Barangkali Jenderal Curtis membuatnya demikian. Lagipula untuk apa Elliot berada di sini alih-alih mendampingi putra mahkota kalau bukan untuk tujuan tertentu?
Ketika mereka mendekat ke tepi pelabuhan, gagak-gagak bermunculan. Jumlahnya sedikit terlalu banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTIMA: The Denial ✓
Fantasi[BOOK 1] Khass memang seorang Guru Muda, tetapi Par takkan menyerah untuk menyeretnya keluar dari perguruan menuju neraka dunia. = = = = = = = = = = = = = = = = = = Listed as Featured Story on WIA Indonesia Listed as a part of Reading List #3 o...