"Happy valentine day, istri orang! Karena aku tidak punya kekasih, aku memberikan cokelat buatan ibuku padamu saja."
Keributan pertama di pagi hari Yeona terisi oleh Taeyong yang baru saja masuk kafe dengan sekotak cokelat di tangannya. Ia berjalan mundur, melakukan moon walk seolah ia adalah bintang ternama, Michael Jackson. Mengangkat kotak cokelatnya tinggi-tinggi bak sebuah persembahan yang diagungkan.
Cara jalan moon walk-nya berhenti tepat saat dirinya tiba di depan Yeona yang baru saja akan merapikan meja. Ia meringis kecil melihat wajah datar Yeona kemudian memberikan kotak itu pada sang gadis.
Yeona menerimanya dengan mata menyipit. "Terima kasih, Taeyong," ujarnya seraya menerima kotak berwarna merah hitam itu.
Istri orang, ya? Haha. Ia bahkan tidak pernah merasa benar-benar menjadi seorang istri. Bahkan ia merasa aneh ketika Jaehyun tempo hari memarahinya karena kiriman buket bunga yang memang biasanya ia terima setiap bulannya.
Omong-omong tentang bunga, Yeona jadi curiga pada Taeyong. Ia kembali menatap pria di hadapannya dengan penuh curiga. "Kau juga tidak mungkin mengirim bunga setiap bulan pada istri orang hanya karena kau tidak memiliki kekasih, 'kan?" tuduhnya.
Taeyong membulatkan matanya lebar. "Hey! Aku juga punya harga diri! Untuk apa aku membelikan bunga pada seseorang yang menggajiku? Lebih baik kau potong saja gajiku untuk membeli bunga," belanya seraya menepuk-nepuk dadanya.
"Kau benar."
Yeona menghela napas. Taeyong benar. Tersangka pengirim bunga telah hilang satu. Ia jadi penasaran dengan siapa pengirim bunga itu. Dengan langkah loyo, ia berjalan ke ruang karyawan untuk memakai celemeknya. Sebentar lagi pukul 9 dan mereka harus bekerja.
"Bagaimana dengan Jaehyun? Apa hadiahnya?" tanya Taeyong dengan wajah usilnya. Ia mengekori langkah Yeona.
Namun, belum sempat mereka bertengkar karena pertanyaan pemantik dari Taeyong, gemerincing lonceng berbunyi, menandakan bahwa ada seseorang yang masuk ke kafe. Buru-buru, mereka bersiap diri di belakang meja kasir tanpa celemek yang membalut.
"Oh, selamat datang. Ada yang bisa kubantu?" Yeona menyapa ramah pria bertopi yang baru saja masuk. Sedangkan tangannya di bawah menyikut pinggang Taeyong yang berwajah masam karena jam kerja mereka yang belum dimulai.
Pria itu mengangkat wajahnya, memberikan senyuman manisnya hingga lesung pipinya terlihat. "Untukmu." Ia meletakkan seikat bunga dan sekotak cokelat ke depan Yeona tanpa basa-basi.
Yeona tersentak kecil. Ia ingat pria itu. Pria yang sama yang menatapnya dalam ketika sedang menunggu pesanan. Kalau ia tidak salah ingat, namanya Qian Kun.
Gadis itu meringis kecil. "Maaf, tapi aku tidak memesan bunga atau pun cokelat," tolaknya halus. Oh, tentu saja ia paham apa maksud bunga dan cokelat itu.
"Apa aku terlihat seperti pengantar paket? Ini untukmu, dariku."
"Maaf, sebelumnya. Tapi, aku tidak bisa menerimanya."
Yeona terkekeh kecut. Ia masih punya rasa segan untuk menolak dengan berkata—
"Dia sudah bersuami, Tuan. Mohon sopan santunnya." Taeyong mendahuluinya. Pria itu benar-benar nekat menjawab seperti itu dengan wajah garangnya.
Hal itu tentu mengundang rasa panik di wajah Yeona. "Taeyong," desisnya. Bagaimana pun juga, pria itu adalah pelanggan mereka. Tidak etis jika mereka berkata pedas terhadap pelanggan sendiri.
Seperti yang Taeyong baru saja lakukan.
Kun mengangkat alisnya terkejut. Ia menatap Taeyong dari atas sampai bawah. "Kau suaminya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fiksi Penggemar[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...