Karena Re lagi seneng banget kemarin dihujani update-an sama 127, sekarang mau nyakitin kalian lagi ah😏
Canda.
Tapi beneran. Selamat tersakiti💅
Percakapan singkatnya bersama Jaehyun semalam serta insiden memergoki drama perselingkuhan itu tidak pernah hilang dari kepala Yeona. Semua itu membuat hari ini menjadi terasa berat untuknya. Ia bahkan sangat sulit untuk berkonsentrasi saat membicarakan masalah kafe bersama Taeyong.
Ia lebih banyak melamun saat Taeyong tengah sibuk mengatur keuangan mereka di sebuah tablet. Sangat sulit baginya untuk lepas dari belenggu lelah di hatinya.
"Menurutku finansial kita sudah mencukupi jika ingin menambah karyawan, Yeona. Lagipula—" Ucapan Taeyong terputus saat pria itu menyadari nyawa Yeona yang tidak sedang bersamanya. Ia mengerutkan keningnya, menggoyangkan pelan pundak gadis yang melamun itu. "Yeona, kenapa? Kau sakit?"
Tatapan Yeona yang awalnya mengarah pada meja kosong di depannya itu mendongak menatap Taeyong. "Ada apa? Kau bilang apa tadi?" tanyanya, masih dengan pandangan yang setengah kosong.
"Ck, kebiasaan! Jika sakit bilang. Kau tidak perlu bekerja hari ini."
"Aku tidak sakit, Taeyong. Aku hanya—" Yeona kembali larut pada bayangan Jaehyun yang dipeluk oleh Perrie Kim malam itu. Ia embuskan napasnya panjang kemudian melanjutkan seraya memijit keningnya, "—lelah."
Taeyong mengernyit menatap Yeona. Kecurigaan menyelimutinya. Tidak pernah selama ini ia melihat Yeona setertekan ini. Dan menurutnya tidak ada hal apapun yang bisa membuat jiwa bebas Yeona menjadi suram seperti ini. "Apa itu tentang Jaehyun?" tanyanya hati-hati.
Yeona menelan ludahnya kasar mendapat tebakan yang tepat sasaran itu. Ia tersenyum kecil seraya mengibaskan tangannya di depan wajah. "Bukan. Sampai mana kita tadi?" Ia berusaha mengambil alih tablet di tangan Taeyong, berusaha memfokuskan dirinya pada perhitungan yang Taeyong catatkan di layar tabletnya.
Namun, tindakannya itu urung terlaksana karena Taeyong menyahut tablet itu terlebih dahulu. Tatapan pria itu sangat tajam saat menatap Yeona. "Yeona. Kau tidak perlu menutupinya dariku. Aku sahabatmu, kau ingat? Kau bisa memberitahu apapun padaku."
Kedua mata Yeona bergetar saat gadis itu menggigit bibir bagian bawahnya. Ia berusaha untuk terlihat kuat dan tidak mencurigakan. Tapi, itu sangat sulit. "Mungkin tidak sekarang, ya? Ini bukan masalah besar."
Sial. Ia bahkan menjadi aktris yang buruk sekarang. Tak bisa ia tahan lagi getaran di ujung tenggorokannya hingga suaranya terdengar parau.
Melihatnya, Taeyong hanya bisa mengembuskan napas pelan. Ia menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "Apapun masalahmu, aku siap membantu. Okey?" bisiknya seraya mengusap kepala belakang gadis yang sudah seperti adiknya sendiri itu.
Tindakan itu sangat salah! Yeona justru merasakan emosinya semakin memuncak. Dengan mudahnya ia kembali menangis di pelukan Taeyong. Seolah pelukan itu adalah obat pereda yang ia butuhkan selama ini.
"Terima kasih, Taeyong," gumamnya di pundak Taeyong.
Kapan terakhir ia bisa menangis sebebas ini? Ah, iya. Mungkin empat setengah tahun yang lalu.
***
"Untuk bagian penyuntingan, biar aku dan Johnny saja." Yuta yang baru masuk ke dalam studio bersama dengan Johnny langsung menghampiri Jaehyun.
Jaehyun, pria berwajah dingin yang tengah memainkan ponselnya itu nampak tidak mau repot-repot mengangkat wajahnya untuk menatap Yuta dan Johnny. Ia justru semakin menyamankan dirinya di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fanfic[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...