17. DESTINASI

1.1K 181 15
                                    

"Mau mendengarkan lagu apa?"

Yeona membuka aplikasi musik pada ponsel milik Jaehyun yang sudah tersambung dengan mobil. Jangan tanyakan ponselnya, ia terlalu malas untuk masuk rumah dan mengecek ponselnya itu. Toh, Jaehyun sudah memberi kabar bahwa ia ditemukan.

Walaupun sebenarnya ia tidak pernah merasa ia menghilang.

"Terserah kau saja," jawab Jaehyun tanpa perlu memperhatikan Yeona.

"Menyedihkan sekali, ponselnya sudah retak." Gadis itu menggumam di sela-sela memilih lagu. Ia tidak tahu cerita di balik retaknya ponsel itu dengan jelas. Yang ia tahu, Jaehyun tidak sadar bahwa ponselnya itu jatuh membentur batu.

Sedetik kemudian, lagu milik Pink Sweat$ berjudul "No Replacing You" mengalun dengan volume sangat pelan.

"Hmm, biar tidak begitu mengantuk, ini saja," ujarnya seraya mengeraskan sedikit volumenya. Ia taruh ponsel tersebut di console box sebelum ia mulai melajukan mobil milik Jaehyun.

Diam-diam Jaehyun memperhatikan Yeona selama perjalanan. Ia masih belum tahu kemana mereka akan pergi. Ia hanya takut jika perjalanan mereka jauh. Apalagi ini sudah malam dan bukan berarti Yeona tidak lelah jika harus berkendara sedekat apapun itu.

"Jika mengantuk bilang padaku. Kau tidak perlu menyetir seperti ini. Apalagi ini sudah sangat larut," tawarnya seraya menaruh sikunya di pintu. Ditumpukannya pipi kanannya itu pada telapak tangannya saat kedua matanya fokus ke jalanan di depan mereka.

Kedua mata tajam itu berputar jengah saat tak kunjung mendapat jawaban apapun dari sang lawan bicara. Memangnya ia berbicara dengan patung atau bagaimana? Ia berdecak kesal.

Kekesalannya itu tidak membludak, untungnya. Karena harus teredam saat ia merasakan tangan kirinya yang tertelungkup di atas paha itu digenggam dengan lembut. Matanya membulat, menengok cepat ke arah Yeona yang menyetir dengan satu tangan. "Eh?"

Yeona hanya tersenyum kecil tanpa mengalihkan tatapannya pada jalanan di depannya. "Aku juga ingin melakukan hal-hal yang seharusnya aku lakukan denganmu sebelum semuanya usai. Sesederhana bergendengan tangan seperti ini. Boleh, 'kan?"

Jaehyun hampir kelepasan mengiyakan pertanyaan Yeona. Jakunnya bergerak kasar saat berusaha menelan ludahnya. Tangan Yeona sangat hangat dibandingkan dengan miliknya. Itu— sangat nyaman. Hingga dirinya tak mampu berkata-kata.

"Tanganmu dingin sekali. Mau dinaikkan saja suhunya?" tawar Yeona ketika lampur merah menyala. Ia punya kesempatan untuk mengecilkan pendingin dengan tangan kirinya sebelum ia merasakan tangan yang ia genggam itu berbalik.

"Sebentar lagi juga hangat kalau digenggam seperti ini." Jaehyun menelusupkan jemarinya di antara jemari Yeona. Membiarkan telapak hangat itu bertemu dengan telapaknya yang sangat dingin.

Yeona mengangkat alisnya saat menatap tautan jemari mereka. Lantas dirinya mengeratkan genggamannya seraya berujar, "Kalau begitu aku genggam lebih erat supaya kau tidak kedinginan."

Lampu hijau menyala, membuat Yeona buru-buru menjalankan mobil tanpa melepaskan tautan tangan mereka.

Yeona tidak pernah tahu jika Jaehyun mati-matian menahan senyumannya. Pria itu menolehkan wajahnya ke jendela, menutup bibirnya yang tengah mengulas senyum dengan telapak kanannya.

Sentuhan sederhana ini entah mengapa membuat Jaehyun melupakan semua kesedihannya kemarin dan kecemasannya hari ini. Genggaman ini seperti obat yang membungkam perasaan buruknya.

Seajaib itu kah?

Mobil terus melaju diiringi oleh lagu-lagu yang terus berubah. Di lagu kelima, mobil yang Yeona kendarai itu berbelok masuk ke tol. Hal itu membuat Jaehyun menegakkan tubuhnya.

LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang