9. KIMBAB

1.1K 186 17
                                    

"Ayah dan Ibu mampir ke rumah Jaehyun? Okey, baiklah. Aku akan segera ke sana."

Jaerin kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas tanpa memperlambat langkahnya menuju basement. Senyumnya merekah saat mendengar bahwa ayah dan ibunya sudah pulang dari Osaka dan tengah dalam perjalanan ke rumah Jaehyun. Ia sangat merindukan kedua orang tuanya itu, maka dari itu ia urungkan niatnya untuk lembur malam ini demi mereka.

"Jung Jaerin."

"Oh, astaga, kau mengagetkanku!" pekik Jaerin keras saat tiba-tiba Taeyong muncul dari balik sebuah mobil yang ia lewati. Ia mengelus dadanya yang ikut melonjak kaget. "Ada apa malam-malam datang ke kantorku, Taeyong?" tanyanya seraya mengedarkan pandangannya ke basement. Well, sejauh mata memandang hanya mobil Taeyong dan motornya yang terparkir di sana.

Wajah Taeyong nampak sangat serius. "Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."

Yang ditatap seperti itu hanya bisa berdeham menepis gugup. Ia belum pernah merasakan kegugupan yang menyenangkan seperti ini. Apakah Taeyong akan mengungkapkan perasaannya? Atau kah pria itu tengah mengajaknya kencan?

Jemarinya menyelipkan rambut sebahunya ke belakang telinga. "Katakan saja."

"Kau ada waktu?"

"Apa ini akan lama?"

"Mungkin." Taeyong memberi jeda sebentar sebelum melanjutkan, "Ini tentang Yeona dan Jaehyun."

Senyum Jaerin luntur seketika. Keantusiasannya menguap tergantikan dengan rasa penasaran yang bercampur dengan rasa kesal. Dengan sedikit gerutu, ia mengikuti langkah Taeyong menuju mobilnya.

Di dalam mobil, Jaerin masih berusaha menetralkan wajahnya yang memerah karena malu. Bisa-bisanya ia menyangka Taeyong akan mengajaknya kencan dengan raut wajah setegang itu. Astaga!

"Apa kau selalu seperti ini saat bekerja?" Taeyong bertanya seraya mengambil sebuah bungkusan plastik dari kursi belakang.

"Seperti apa?"

"Hot," bisik Taeyong seraya terkekeh yang hanya dibalas decakan kesal dari gadis di hadapannya. Seolah ia merupakan orang yang berbeda dari Lee Taeyong beberapa detik yang lalu.

Taeyong tidak salah. Cara berpakaian Jaerin yang modis dan rambut lurus sebahunya yang tergerai itu memancarkan aura dominan yang luar biasa. Sebuah jaket kulit hitam kebesaran yang membalut sweater berwarna merah dan rok hitam separuh paha itu mampu membuat Taeyong sempat hilang akal saat pertama kali melihatnya.

Pria itu mengeluarkan sekotak kimbab dari bungkus kertasnya. Ia meletakkan bungkus tersebut di atas pahanya yang terbalut celana jeans sementara ia membukakan kotak itu di depan Jaerin. "Aku membawakanmu kimbab. Mau aku suapi?"

Yang terus-terusan digoda itu mendengus keras. Dengan kasar ia menyahut sumpit di genggaman Taeyong. "Aku masih punya tangan. Aku bisa sendiri," ucapnya kemudian mencomot satu kimbab di sana. Ia lapar, tolong maklumi.

Melihat itu, Taeyong hanya bisa terkekeh seraya mengmbil sumpit lainnya di bungkusnya. "Jika kau ingin mayonais, ambil sendiri," ujarnya seraya mematahkan sumpit kayu itu dengan bantuan giginya karena satu tangannya digunakan untuk membawa kotak kimbab.

Alis Jaerin terangkat antusias. "Dimana?" tanyanya dengan mulut yang masih cukup penuh dengan kimbab.

Taeyong menunjuk bungkusan kertas di pahanya dengan dagu. Matanya masih fokus pada kimbab yang menggoda lidahnya itu.

Instruksi acuh tak acuh dari Taeyong membuat Jaerin tersedak. Ia melirik horor pria yang tengah menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

"H—hey! Kenapa kau jadi mesum sekali seperti ini? Pertama kau bilang aku panas. Lalu kau mencobaku untuk mengoralmu, begitu?"

LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang