Jaerin menatap ke arah laptopnya yang kini menampilkan media sosial milik Taeyong yang baru saja ia temukan. Ia harus jujur di sini; Lee Taeyong adalah pria dengan fisik paling sempurna yang ia pernah temui. Terkadang ia bertanya-tanya apakah memang ada orang sesempurna itu di dunia ini.
Ia menumpu dagunya di atas telapak tangannya sementara tangan satunya mengontrol tetikus. Rahang tajam, hidung bangir, mata bulat. Oh, astaga! Ia pikir itu hanya ada di dunia komik saja.
Ia bersumpah dalam hati. Pria itu memiliki potensi besar untuk menjadi seorang model. Tidak hanya wajahnya saja yang sempurna, tapi juga kepercayaan diri dan aura yang pria itu sorotkan lewat foto-foto tersebut.
Katakan lah ia jatuh cinta untuk ke sekian kalinya pada sosok pria berkemeja putih yang tengah memeluk sebuket bunga. Juga pada siluet pria di kursi jalan di malam hari. Oh, ya! Juga pria berkaos putih yang berada di antara bunga-bunga mawar merah.
"Ini semakin parah, Jaerin!"
Seruan keras serta pintu ruang kerjanya yang terbuka itu membuat Jaerin gelagapan. Sosok Lee Taeyong seolah keluar dari layar komputernya, hadir dari ambang pintu, dan berjalan lebar ke arahnya.
"Taeyong? Bagaimana kau bisa masuk?" keluhnya seraya menutup cepat halaman yang menampilkan wajah Taeyong.
"Sekretarismu bilang kau tidak sedang bekerja. Lagipula ini jam makan siang, jadi kau pasti tidak terganggu." Taeyong meringis kecil, menunjukkan deretan rapi giginya.
Membuat Jaerin gemas bukan main dan menahan sekuat tenaga untuk tidak mencubit pipi itu. Gadis itu menghela napas panjang merasakan sakit di kepalanya. Ia hampir kelepasan memuja pria yang seperti paket komplit itu. Tampan dan menggemaskan.
"Iya, tapi setidaknya ketuk pintu dulu, Taeyong," jawabnya lirih setelah berhasil menguasai dirinya sendiri.
Taeyong menggigit bibirnya. Membawa berita tentang Yeona terkadang membuatnya tidak bisa berpikir jernih. "Tidak ada waktu, Jaerin. Ada yang harus ku katakan padamu."
Jaerin membuka laci mejanya, mengambil kartu nama dari dalam sana kemudian menyerahkannya pada Taeyong.
"Apa ini?" Taeyong menerima kartu nama cokelat yang berukirkan nama Jung Jaerin di sana.
"Nomor teleponku. Jika ada sesuatu yang penting, lain kali tanyakan dulu apakah aku sibuk atau tidak."
Mendapat jawaban ketus itu membuat Taeyong menahan senyuman gelinya. Sungguh, ia ingin sekali menggoda Jaerin. Terang-terangan sekali ingin dihubungi, hm?
Ia simpan kartu nama itu baik-baik di saku celananya kemudian menarik sebuah kursi. Ia duduk di hadapan Jaerin dengan mode seriusnya. "Jaerin, dengarkan aku. Ini tentang Yeona dan Jaehyun. Sepertinya hubungan mereka semakin buruk."
"Memangnya ada apa?"
Diambilnya napas dalam sebelum menceritakan semua yang ia curigai dari Yeona belakangan ini pada Jaerin. Termasuk kedatangan Kun ke kafenya kemarin yang begitu mengejutkannya. Penjelasannya menggebu seolah ia tidak memiliki hari lain untuk menyampaikannya pada Jaerin.
Yang sudah pasti membuat Jaerin tersenyum geli melihatnya. Ia tidak bercanda tentang betapa menggemaskan pria dewasa itu saat menjelaskan sesuatu dengan bibir yang sedikit mengerucut. Kalian harus melihatnya sendiri dan membuktikan apa yang Jaerin katakan itu benar adanya.
Jaerin mengangguk kecil ketika Taeyong menyelesaikan ceritanya. Ia belum tahu apa yang terjadi di antara Jaehyun dan Yeona karena waktu itu pun Yeona tampak sangat baik-baik saja.
Ia mendengus kecil kemudian kembali melirik ke arah komputernya. Demi kesehatan jantungnya, ia mengalihkan tatapan dari Taeyong yang tengah menatapnya dalam, menunggu jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fanfic[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...