"Ugh, astaga!"
Jaehyun mengerang keras merasakan pening di kepalanya sesaat setelah meneguk champagne bersama Perrie.
Motel adalah tempat mereka berada saat itu. Hanya berdua ditemani sebotol champagne dan lampu yang begitu redup. Keduanya kompak menumpukan kepala mereka yang berat usai menenggak champagne.
Bodoh sekali mereka meminum alkohol setelah sebelumnya pesta arak bersama tim agensi dan produser.
Ini sepenuhnya ide gila Perrie Kim. Gadis itu baru saja dilecehkan oleh managernya sendiri dan beruntungnya malam itu Jaehyun menolongnya. Keduanya yang setengah mabuk itu pergi ke motel karena, well, apartemen Perrie sangat jauh dari tempat mereka berpesta.
Pada mulanya Jaehyun hanya berniat mengantarkan Perrie saja. Yeah, itu sebelum Perrie memaksanya untuk menemaninya malam itu. Jaehyun benar-benar tidak punya pilihan selain menemani sang gadis. Ia hanya merasa bahwa tidak baik membiarkan seorang gadis mabuk seorang diri. Rencananya ia hanya akan membatasi Perrie agar tidak minum terlalu banyak.
Malangnya, semua itu hanya harapan saja. Keduanya justru mabuk berat saat ini.
"Perrie, kita sudahi saja, ya? Aku harus pulang," gumam Jaehyun seraya mengusap wajahnya yang kebas. Dengan sempoyongan, ia bangkit dari sofa dan berniat untuk mengambil jaket yang ia sampirkan di belakang pintu.
"Tidak, Jaehyun. Kau tidak bisa pulang dalam kondisi seperti ini. Lebih baik tidur denganku, hum?"
Perrie menyusul Jaehyun yang hampir memakai jaket kulitnya. Melemparkan jaket itu ke sembarang arah kemudian menarik pria itu mendekat ke arahnya. Tangannya terulur mengusap dada hingga perut Jaehyun dari luar kemeja.
"Bagaimana bisa ada pria setampan ini," kekeh sang gadis kemudian memeluk posesif pinggang Jaehyun.
Kelopak mata Jaehyun waktu itu hanya terbuka separuh. Ia tidak begitu ingat apa yang terjadi saat itu, yang pasti ia sempat merasakan tangan lentik Perrie mendorongnya hingga ranjang.
"Ah!" Pria itu meringis merasakan kerasnya ranjang yang ia hantam dengan punggung. Ia menatap datar seorang gadis yang tengah merangkak di atasnya. Mengungkung dirinya seolah tidak sadar tubuhnya itu jauh lebih kecil.
"Bermain denganku?" Tangan Perrie bermain di tulang selangka Jaehyun. Memberi kecupan ringan di sana.
"Tidak, Perrie. Aku harus pulang."
Perrie kembali menghempaskan tubuh Jaehyun ke ranjang dengan kasar saat sang pria hampir bangkit dari posisinya.
Terlalu kasar untuk Jaehyun sebenarnya. Pria yang sudah diujung pening itu pada akhirnya menemukan ketidaksadarannya saat kepalanya itu membentur ranjang yang keras.
Namun, waktu itu Perrie tidak ambil pusing. Dengan separuh sadar, sang gadis duduk di atas perut keras milik Jaehyun. Ia goyangkan pinggulnya pelan hingga menyentuh area privasi milik Jaehyun. Membuatnya mendesah kesetanan seorang diri.
Ia sudah diujung tanduk. Gadis itu melepaskan seluruh pakaian miliknya hingga tersisa pakaian dalam saja. Begitu pun dengan Jaehyun. Ia lepaskan satu persatu kancing kemeja itu dengan gerakan sensual.
"Jae— oh, astaga!"
Johnny membulatkan matanya sesaat setelah dirinya membuka pintu. Bukan, bukan karena Perrie yang hampir telanjang, tapi karena menyadari siapa pria yang menjadi lawan main sang gadis.
Dengan kasar, Johnny menarik tangan Perrie yang sudah hampir menyentuh kancing terakhir kemeja Jaehyun. Ia membuat gadis itu kini berdiri sempoyongan di hadapannya. "Perrie, apa yang kau lakukan? Jaehyun sudah—"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fanfic[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...