21. HAMPIR

1.2K 172 10
                                    

1 minggu kemudian

Jaehyun terduduk di pinggir meja studio. Tatapannya mengarah pada jendela di luar ruang rekaman yang menunjukkan jejak hujan. Sedangkan tangannya bergerak mengetukkan pena ke atas kertas di genggamannya.

Dengan tangan satunya, ia menguntai nada asal pada piano di sampingnya. Mencoba mencari sesuatu yang cocok dengan tulisannya dan suasana di luar jendela.

Ah, juga tentunya juga harus cocok dengan inspirasi dari sajak yang ia tuliskan.

Matanya sekali lagi bergulir ke tulisan tangannya. Sedikit tersenyum menyadari sajak itu melukiskan hubungannya dengan Yeona dengan sangat baik.

Egois adalah kita yang terus melangkah di atas jarum, membiarkan darah menjadi jejak buruk kisah kita.

Izinkan aku bersumpah, jika nanti kita bertemu, maka biarkan langit yang menangis karena keegoisan kita.

Aktivitas membacanya terhenti saat menyadari suara berisik Yuta yang baru saja datang di depan. Matanya menatap pintu ruang rekaman yang terbuka, menanti sahabatnya yang sudah pasti tahu keberadaannya.

Pria Jepang itu melongokkan kepalanya, menampilkan senyum jahil sebelum kemudian menghambur pada Jaehyun. "Jaehyun, sudah lama tidak bertemu," ujarnya seraya menepuk pelan punggung pria yang lebih muda itu.

"Oh, Hyung."

Yuta terkekeh kemudian mengusak rambut Jaehyun. Sudah cukup lama ia menahan untuk tidak terlalu ikut campur dalam permasalahan Jaehyun atas permintaan pria itu sendiri. Melihat lubang di kedua pipi Jaehyun membuatnya sadar jika setidaknya Jaehyun sudah kembali pulih sedikit demi sedikit.

Juga untuk Johnny, ia juga bangga pada keberanian pria itu mengakui pada publik mengenai siapa sesungguhnya yang menghamili Perrie. Ia juga begitu salut saat Johnny benar-benar mengorbankan kariernya demi pengakuan itu.

Ia hanya berharap jika semua kebahagiaan kembali pulih.

Matanya menangkap secarik kertas yang sedari tadi tak lepas dari tangan Jaehyun. Alisnya terangkat sebelum kemudian merebut kertas tersebut dan membacanya cepat.

"Ini untuk lagu baru— tunggu. Lagu balada? Sejak kapan produser RnB ini beralih genre?"

Jaehyun buru-buru menyahut kembali kertas miliknya sebelum Yuta membaca jauh lebih bawah. Dengan asal, ia melipat kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam tas selempangnya.

Walaupun hanya membaca sebagian, Yuta tidak bodoh. Ia tahu maksud dari kata-kata manis Jaehyun di atas kertas itu. Setelah menghela napas panjang, ia melipat tangannya di depan dada.

"Jaehyun, aku tahu kau sedang tidak baik. But, life must go on. Jangan menjadi pengecut hanya karena satu masalah."

"Itu sangat mudah diucapkan, Hyung. Kau yang jauh lebih lembut dariku pasti akan jauh lebih tersiksa jika hal ini terjadi padamu."

Tatapan Yuta berubah menjadi iba seketika. Seumur hidupnya, ia baru tahu gunung es seperti Jung Jaehyun dapat meleleh dan semenyedihkan ini.

"Jadi, benar? Kau dan Yeona akan bercerai meskipun rumor itu sudah ditepis?" Ia menarik kursi kosong dan duduk di sana.

"Yeah."

Melihat keraguan di mata Jaehyun membuatnya menjebikkan bibir. "Sepertinya kau memang tidak pernah yakin dengan ucapanmu sendiri, ya? Omong-omong, Haesoo memberitahuku jika Yeona tidak pernah terlihat di kafe. Yeona belum ada kabar?"

Kedua bahu Jaehyun terangkat, begitu pula senyum kecut di wajahnya. "Kau bisa lihat sendiri, Hyung. Seberapa tidak yakinnya aku agar kami tidak berpisah tidak pernah membuat Yeona kembali," ujarnya.

LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang