Jaehyun tiba di depan kafe setengah jam kemudian. Dari balik kaca besar itu, ia tidak melihat sosok Yeona atau pun Taeyong di sana. Yang pasti, Taeyong kini tengah berusaha mencari Yeona, entah ke mana.
Ia duduk di sebuah bangku di luar kafe kemudian mengambil ponselnya. Ratusan pesan singkat dan panggilan dari Perrie tak ia acuhkan. Dengan gerakan cepat, ia menghubungi nomor Kun. Menggigiti kukunya dengan resah mengingat pagi tadi Yeona mengatakan bahwa ia akan bersama Kun hari ini.
"Di mana kau sembunyikan Yeona?" cecarnya setelah panggilannya tersambung. Wajahnya terlihat begitu merah dan menyeramkan.
"Apa maksudmu?"
"Aku tanya padamu, di mana kau sembunyikan Yeona? Jangan balik bertanya, kau, Idiot!"
"Aku sungguh tidak tahu, Jaehyun. Aku bahkan baru tahu dia hilang darimu." Kun terdengar begitu panik saat menyadari Yeona hilang.
Jaehyun mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Kau yang mengantarnya pagi tadi ke kafe, 'kan? Kau kemana kan dia?"
"I swear to God, Jaehyun! Aku tidak bertemu dengan Yeona hari ini. Kemarin dia bilang dia tidak akan ke kafe karena kondisinya yang tidak memungkinkan."
Kepalan tangan Jaehyun melemah. Itu berarti Yeona memang sengaja untuk pergi tanpa pamit. Hatinya mencelos memikirkan kemana gadis itu pergi tanpa mengabari satu orang pun.
"Shit!"
"Di mana kau? Rapatku sebentar lagi selesai dan aku akan segera menyusulmu."
Ada sedikit penyesalan saat ia tanpa sengaja membuat jiwa kompetitif Kun menyala. Ia membuang napasnya keras. "Tidak perlu. Ini urusanku." Ia tutup sambungan itu sebelum kemudian bangkit dan melangkah menuju mobilnya.
Tidak akan ia biarkan Kun yang pertama menemukan Yeona.
Sebelum ia sempat membuka pintu mobil, ia melihat mobil hitam milik Taeyong baru saja datang. Ia urungkan niatnya untuk segera mencari Yeona. Ada yang perlu ia bicarakan dengan Taeyong.
"Hyung," sapanya saat Taeyong turun dari mobil.
Pria yang lebih tua itu menatap Jaehyun dengan tatapan sinis. Ia berdecih kecil sebelum mengantongi kunci mobilnya. "Jaehyun, kau datang. Ku kira kau mementingkan jumpa pers itu," sindirnya seraya melangkah memasuki kafe. Ia berniat untuk menutup kafe lebih awal.
Jaehyun berlari kecil menyusul Taeyong. Mengikuti kemana pria itu melangkah dengan harapan mendapatkan petunjuk tentang Yeona.
"Di mana Yeona, Hyung? Sudah ada kabar?" Ia bertanya saat keduanya tiba di ruang karyawan. Semerbak kopi membuatnya semakin teringat akan Yeona.
Harum yang sama ketika ia menjemput Yeona. Harum yang selalu ia cium sepanjang perjalanan pulang bersama sang istri. Harum itu baru kembali ia hirup saat dirinya tengah dilanda kepanikan. Ia takut. Ia takut tidak bisa mencium harum itu.
Taeyong menggeleng lemah. "Dia tidak menghidupkan ponselnya," ujarnya pelan. Tangannya begitu sibuk melipat celemek dan topi yang tadi ia lepas secara asal untuk mencari Yeona.
Tubuh Jaehyun menjadi lesu. Ia sandarkan punggungnya itu ke dinding saat matanya menatap kosong ke arah langit-langit. Di mana ia harus mencari Yeona?
Ia menatap Taeyong yang baru saja kembali dari luar untuk memberitahukan pegawainya untuk segera menutup kafe. Sempat juga ia dengan suara Taeyong mengumunkan pada pelanggan bahwa mereka akan tutup lebih cepat.
"Hyung, maafkan aku. Kau sudah tahu semuanya?" tanyanya lirih saat Taeyong kembali menghadapnya.
Pria itu tertawa sinis. Tangannya bergerak cepat menyisir rambutnya ke belakang. "Tahu tentang apa? Bahwa kalian tidak saling mencintai atau tentang kalian yang pura-pura harmonis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fanfic[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...